Market

Proyek Mubazir, Pakar UGM Desak Bagi-bagi Rice Cooker Dibatalkan

Senin, 28 Nov 2022 – 16:27 WIB

Kementerian Energi dan Sumber daya Mineral (ESDM) rencanakan pembagian 680 ribu unit rice cooker, tahun depan. (Foto: Suara Merdeka)

Pakar Ekonomi Energi UGM, Fahmy Radhi menyarankan pemerintah untuk membatalkan rencana bagi-bagi 680 ribu unit rice cooker. Sayang anggaran tak ada manfaat.

Kepada Inilah.com, Jakarta, Senin (28/11/2022), Famy menerangkan bahwa pembagian penanak nasi listrik atau rice cooker, sangat tidak tepat. Apalagi alasannya untuk menggantikan LPG subsidi (3 kilogram), atau sering disebut elpiji melon.

Sehingga, rencana tersebut layak untuk dibatalkan saja. “Rice cooker itu, hampir bisa menggantikan LPG 3 kilogram sama sekali,” ungkapnya.

Dia bilang, fungsi rice cooker hanya untuk menanak nasi sekaligus memanaskannya. Sedangkan untuk memasak lauk dan lainnya, perlu kompor gas dengan bahan bakar LPG 3 kg.

Artinya, lanjut Fahmy, program pembagian rice cooker yang jumlahnya ditetapkan 680 ribu unit, pastilah tidak efektif dalam menggurangi, apalagi menggantikan LPG 3 kg. “Ingat, konten impor (rice cooker) dan subsidi cukup besar, sehingga memberatkan APBN,” imbuhnya.

Menurut mantan anggota tim reformasi tata kelola migas itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), seharusnya memprioritaskan diversifikasi penggunaan energi bersih, melalui migrasi dari LPG 3 kg ke energi bersih.

Misalnya, lanjut Fahmy, KESDM menambah jaringan jaringan gas (jargas). Serta mempercepat gasifikasi batu bara yang lebih masif.

“Bukan malah bikin program coba-coba yang tidak efektif dalam menggantikan LPG 3 kg. Yang menjadi permasalahan negeri ini, selama bertahun-tahun, tanpa ada solusinya,” kata Fahmy.

Dikatakan, rice cooker berdaya 200 VA dapat digunakan 24 jam. Sementara, rice cooker berdaya 300 VA tidak dapat digunakan selama 24 jam. Terutama di malam hari, saat seluruh perangkat elektronik menyala. “Agar lebih leluasa penggunaan rice cooker 300 VA, pelanggan listrik 450 VA harus mengubah menjadi 900 VA. Artinya kan memberatkan rakyat kita juga,” tuturnya.

Kalau tak ada aral, tahun depan, Kementerian ESDM membagikan 680 ribu unit penanak nasi listrik atau rice cooker kepada masyarakat miskin yang masuk kelompok penerima manfaat (KPM).

Sub-Koordinator Perhubungan Komersial Tenaga Listrik Direktorat Pembinaan Pengusahaan Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Edi Pratikno mengatakan, program ini mendukung pemanfaatan energi bersih. Program ini diharapkan dapat meningkatkan konsumsi listrik per kapita atau e-cooking dan penghematan biaya memasak.

Edi mengeklaim, menanak nasi menggunakan rice cooker lebih hemat ketimbang menggunakan LPG 3 kilogram. “Bila menggunakan kompor LPG 3 kilogram, konsumsi energi per bulan mencapai 2,4 kilogram dan biaya menanak nasi menembus Rp16.800 per bulan.

“Kalau menggunakan rice cooker, konsumsi energi per bulan hanya 5,25 kWh. Konsumsi energi untuk memanaskan per bulan hanya 19,80 kWh. Atau, biaya menanak nasi Rp 10.396 per bulan. Sehingga. biaya menanak nasi hemat Rp6.404 per bulan,” ungkapnya.

Back to top button