Market

Pertamina Masuk Blok Masela, SKK Migas Sebut Bisa Amankan Kebutuhan Gas Nasional

Dengan memiliki kandungan gas yang luas biasa, maka pengambilalihan 35 persen saham Shell di Blok Masela akan menguatkan cadangan gas nasional. Masuknya Petronas yang digandeng Pertamina akan menggairahkan investasi migas yang sempat meredup.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan dengan kesepakatan Shell melepas hak partisipasi di blok gas Masela, yang berlokasi di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku akan mempercepat akselerasi proyek Blok Masela yang berjalan lambat sejak disetujuinya Revisi Pertama POD Masela di tahun 2019.

“Setelah penandatangan revisi POD di tahun 2019, dukungan, optimisme dan harapan positif dari berbagai pemangku kepentingan terhadap industri hulu migas bermunculan, namun seiring waktu dengan rencana hengkangnya Shell maka maka optimisme tersebut yang sempat meredup.

Bentuk konkret persetujuan Shell, ditandai dengan proses penandatanganan perjanjian jual beli kepemilikan Blok Masela dilakukan oleh Direktur Utama PHE Wiko Migantoro, Authorized Representative PETRONAS Masela Sdn. Bhd. (PMSB) Datuk Adif Zulkifli, dan Director Finance for Acquisition Divestment and NBD Asia Pacific Shell Kuo Tong Soo.

Shell Upstream Overseas Services Ltd (SUOS) dalam pernyataan resminya akan mendapatkan dana segar mencapai US$650 juta setara dengan Rp9,75 triliun (asumsi kurs Rp15.002 per dolar AS). Rinciannya, PT Pertamina Hulu Energi (PHE) yang didukung Pertamina, segera memiliki 20 persen hak partisipasi Blok Masela, sementara Petronas 15 persen.

Kesepakatan ini terjadi dalam acara the 47th IPA Convention and Exhibition (IPA Convex) di Indonesia Convention Exhibition Tangerang, Selasa (25/7/2023).

Penandatanganan tersebut disaksikan oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, dan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.

Dwi memaparkan Blok Abadi Masela memiliki cadangan gas yang luar biasa, saat ini adalah yang terbesar di Indonesia. Dari lapangan ini akan diproduksi 9.5 million metric tonnes per annum (MMTPA) LNG, 150 million standard cubic feet per day (MMSCFD) gas pipa, dan 35,000 barrel/day kondensat sehingga menjadi tulang punggung bagi peningkatan produksi migas nasional untuk mencapai target 2030 yang telah ditetapkan yaitu produksi minyak 1 juta barel per hari (BOPD) dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD).

Apalagi dalam industri hulu migas nasional, Blok Masela, menjadi salah satu tulang punggung dalam meningkatkan produksi minyak dan gas nasional untuk mendukung keberlanjutan pembangunan dan tumbuhnya industri nasional pengguna gas.

Bahkan dampak multiplier effect dari proyek abadi Masela juga akan dirasakan oleh Pemerintah dan masyarakat daerah. Antara lain PI 10 persen untuk Pemerintah Daerah, serta pembangunan kilang secara onshore akan turut mendukung menciptakan lapangan kerja dan berkontribusi pada perekonomian di daerah serta meningkatkan ekonomi masyarakat sekitarnya.

Masuknya Pertamina dan Petronas ke blok Abadi Masela akan membangkitkan kembali optimisme tersebut sekaligus menjadi momentum bagi industri hulu migas nasional,” tambahnya.

Blok Masela merupakan salah satu prospek ladang migas terbesar di Indonesia. Produksinya diestimasikan dapat mencapai 1.600 juta kaki kubik per hari (MMscfd) gas atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun MTPA dan gas pipa 150 MMscfd, serta 35.000 barel kondensat per hari (bcpd).

Proyek yang diperkirakan menelan biaya investasi hingga US$19,8 miliar itu menjadi aset pengelolaan gas terbesar kedua dari Inpex, setelah Ichthys LNG Project di Australia.

Back to top button