Hangout

Penyebaran Penyakit Talasemia di Indonesia Cukup Masif

Indonesia terletak di dalam lingkaran ikat pinggang talasemia atau yang biasa dikenal dengan thalassemia belt. Akibatnya, penyebaran talasemia masih tergolong masif. Hal ini diikuti dengan kelahiran 2.500 bayi penderita talasemia mayor tiap tahunnya.

Talasemia merupakan penyakit turunan genetik yang disebabkan karena terjadi masalah pada pembentukan hemoglobin atau sel darah merah. Akibatnya, sel darah tersebut tidak dapat berfungsi dengan baik sehingga penderita mengalami kekurangan darah atau yang dikenal dengan anemia.

Ketua Unit Kerja Koordinator Hematologi Onkologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. dr. Teny Tjitra Sari, Sp.A(K) mengatakan penyakit ini bukanlah penyakit menular, melainkan penyakit turunan dari kedua orang tua yang menderita talasemia minor.

“Talasemia ini penyakit turunan, jadi diturunkan oleh kedua orang tuanya yang merupakan pembawa sifat (talasemia minor),” jelasnya dalam temu media virtual Hari Talasemia Sedunia 2023, Jakarta, kemarin.

Kedua orang tua yang merupakan pembawa sifat talasemia berpeluang memiliki anak penderita talasemia sebesar 25 persen.

“Jadi kemungkinan timbul anak penderita thalasemia adalah 25 persen. Itu kemungkinan yang terjadi bila si ibu hamil, tetapi bila ada pasien talasemia mayor kemudian dia menikah dengan orang yang normal, tentu semua anaknya adalah pembawa sifat,” tambahnya.

Talasemia diketahui muncul pertama kali di daerah sekitar Laut Tengah, Siprus. Karena terjadi migrasi dan perkawinan di berbagai daerah sekitarnya, akhirnya talasemia menyebar dan membentuk daerah yang disebut dengan ikat pinggang talasemia atau thalassemia belt.

Indonesia juga termasuk daerah thalassemia belt, menurut IDAI sekitar 11.000 penduduknya merupakan penderita talasemia.

“Data kami memang waktu itu tahun 2020 kurang lebih hampir 11.000 tetapi kalau dulu memang mencapai lebih dari 10.550,” paparnya.

Masih menurut  Teny, angka 11.000 ini bisa dicapai karena kemajuan teknologi sehingga dalam tata laksana dan diagnosisnya menjadi lebih baik lagi.

Selain itu, menurut data yang tercatat di Kementerian Kesehatan RI, daerah dengan penyandang talasemia terbanyak ada di Jawa Barat dan Jawa Tengah.

“Saat ini yang tercatat terbanyak ada di sekitar Jawa Barat dengan 3.636 kasus. Kemenkes kemarin sudah melakukan deteksi pembawa sifat talasemia di sekitar Jawa Barat dan Jawa Tengah,” imbuhnya.

Back to top button