Empati

Penerima Beasiswa ASFA Foundation, Raih S3 Summa Cumlaude di Al-Azhar Kairo

Penerima Beasiswa Lazis Assalam Fil Alamin (ASFA) pada program Studi S3 Bahasa Arab di Universitas Al-Azhar Kairo Mesir, Dr. Han Han Ulumudin Ismail, Lc., MA., lulus S3 dengan predikat Summa Cumlaude, 10 Oktober 2023.

Han Ismail merupakan salah satu dari puluhan ribu mahasiswa Indonesia yang terbaik. Dia membawa harum nama bangsa Indonesia karena prestasinya sejak S1, S2 dan S3 di Al-Azhar Kairo yang begitu cemerlang.

Dalam sidang disertasinya yang diuji oleh para pakar dan profesor ahli bahasa Arab; Prof. Dr. Ahmed Ali Rabi Mahmoud (Pembimbing utama), Prof. Dr. Syamsul Hadi, MA. (Guru besar Linguistik dari UGM sebagai pembimbing pendamping), dan sebagai penguji; Prof. Dr. Salah Hamdi Hudhud dan Prof. Dr. Ahmed Arif Hegazi, Han Ismail dapat mempertahankan disertasinya serta membuktikan kecakapan berpikir dan intelektual serta ke dalaman ilmu pengetahuannya, khususnya dalam bidang linguistik bahasa Arab.

post-cover

Han Ismail dalam disertasinya menerangkan kajian tentang kolokasi yang cukup mendalam, dengan spesifikasi studi komparatif kolokasi bahasa Arab dan bahasa Melayu, yang ditinjau dari sudut pandang ilmu semantik.

Han Ismail menyampaikan apresiasi dan ungkapan terima kasih yang tinggi kepada Ketua Yayasan ASFA Komjen Pol (Purn) Dr. Syafruddin Kambo, atas perhatian dan pemberian beasiswa serta pembinaan selama studi menyelesaikan S3.

Menurutnya, beasiswa Lazis ASFA bagi mahasiswa Indonesia di Kairo sangat berdampak positif, membantu peningkatan kapasitas inteletual.

“Terima kasih untuk ASFA, yang telah mendukung selesainya program studi S3 saya, dan alhamdulillah saya mendapatkan predikat summa cumlaude, dan siap kembali ke Indonesia untuk mengabdikan ilmu saya di pesantren yang ditunjuk oleh ASFA,” tegasnya.

Lazis ASFA mentasarrufkan dana zakatnya melalui pendekatan 5 program: pendidikan, kemanusiaan, ekonomi, kesehatan dan sosial dakwah, dengan prioritas pada bidang pendidikan, yaitu percepatan dan pengembangan SDM yang berbasis pada penguatan lembaga pendidikan dan pesantren serta organisasi keIslaman.

Para penerima beasiswa tersebut setelah selesai masa studinya, diwajibkan kembali ke lembaga pendidikan, pesantren dan organisasi keIslaman. Saat ini lebih dari 1000 orang telah mendapatkan beaiswa dari Lazis ASFA, mulai dari jenjang; santri, pelajar, S1-S3, yang tersebar di berbagai pondok pesantren, sekolah dan universitas dalam dan luar negeri.

post-cover

Menurut Ketua Lazis ASFA H. Muchlis Hasyim, saat ini penerima beasiswa ASFA tersebar di puluhan universitas, antara lain; Universitas Al-Azhar Mesir 250 orang jenjang S1-S3, di Unisulla Semarang 11 orang khusus pada Fakultas Kedokteran, di UGM, UI, UIN, Univ. Muhammayah, Unida Gontor, Universitas Darunnajah serta Ma’had Aly At-Tarmasi dan Tebu Ireng dan lainnya.

Wakil Ketua Lazis ASFA, KH. Anizar Masyhadi menjelaskan, bahwa Lazis ASFA sejak didirikannya telah berkomitmen pada percepatan dan pengembangan SDM, khususnya dalam rangka menyongsong datangnya bonus demografi untuk menuju Indonesia emas tahun 2045, SDM unggul dan berkualitas harus dipersiapkan mulai saat ini dengan baik.

Lazis ASFA berkomitmen ikut serta membangun masa depan Indonesia melalui peningkatan sumber daya manusia, dan program kemanusiaan lainnya.

Sidang S3 Han Ismail dihadiri oleh Atase Pendidikan KBRI Kairo Prof. Dr. Bambang Suryadi, Amil Lazis Tazakka di Kairo; Dr. Subhan Jaelani, Hawin Aulia, Lc., Husni Mubarok, Lc., para dosen dan mahasiswa Indonesia di Kairo.

Kolokasi bahasa Arab dengan bahasa Melayu adalah penggunaan sebuah kata Arab dengan melibatkan (menggabungkan, menyadingkan) kata Arab lain dalam struktur kalimat Arab guna memproduksi makna kalimat yg sesuai.

post-cover

Struktur kalimat dalam bahasa Arab berbeda dengan struktur kalimat yang ada dalam bahasa Melayu. Perbedaan kolokasi bahasa inilah yang dibandingkan oleh Sdr. Han Han Ismail.

Setiap kata, dalam sebuah kalimat tertentu pasti berkaitan dengan kata sebelumnya atau sesudahnya. Kesalahan dalam menyandingkan (melibatkan, menggabungkan) kalimat dengan kalimat yang lain akan menyebabkan tidak adanya kepaduan (keserasian) wacana atau teks (makna) yang dihasilkan.

Begitu juga kekeliruan dalam menyandingkan kata dengan kata yang lain akan menyebabkan lemahnya kalimat tersebut. Dalam beberapa bahasa tertentu kekeliruan dalam menyandingkan kata dengan kata yang lain terkadang merupakan kesalahan yang akan diketahui oleh para penutur asli bahasa, baik dalam bahasa Arab maupun dalam bahasa Melayu.

Contohnya dalam bahasa Indonesia, kita bisa mengatakan: “Binatang itu telah mati”, tetapi kita tidak bisa kita mengatakan: “binatang itu telah meninggal dunia”

Back to top button