Hangout

Pendukung LGBT Murka Gara-gara Gambar Tulang

Seorang dokter bedah, dr Gia Pratama menyoroti terkait fenomena istilah non-biner atau gender netral merujuk pada identitas gender seseorang yang tidak mengidentifikasikan dirinya sebagai perempuan maupun laki-laki. Menurutnya jika ratusan tahun lagi Arkeolog menemukan tulang mereka ia hanya akan mengakui laki-laki dan perempuan bukan dari gender lain.

“Anda boleh bilang gender netral anda boleh ngaku punya banyak orientasi seksual. Tapi ratusan tahun dari sekarang jika Arkeolog menemukan tulang anda mereka hanya akui anda itu laki-laki atau perempuan,” cuitnya dalam akun @GiaPratamaMD dikutip inilah.com, Kamis (13/10/2022).

You can say gender neutral, you can have many sexual orientation.

But hundreds years from now, if Archeologist find your bone, they will say you either Male or female. pic.twitter.com/tamYUUxCPF

— dr. Gia Pratama (@GiaPratamaMD) October 11, 2022

Cuitan ini menjadi viral dan di-retweet hingga lebih dari 30 ribu dan 4 ribuan komentar.

Sontak hal ini juga menjadi kemarahan warganet pendukung penganut gender netral.

Mereka tidak terima karena bagi mereka perbedaan laki-laki perempuan, maskulinitas dan feminitas itu bukan biologis tapi berdasar pada budaya ideologi.

Gender studies itu pseudoscience kelas rendah.

Astrologi minimal dibuat berdasarkan posisi celestial objects. Ada keilmuannya.

Tarot jumlah dan macam kartu masih bisa diitung permutasinya.

Gender studies kaga ada batasan ilmiah sama sekali. Cuma hive mind yang selalu berubah.

— Rulie Maulana (@ruliemaulana) October 12, 2022

Dan tentu studi gender ini lahirkan pro kontra. Bahkan akun dari @ruliemaulana menyebut kalau ini pseudocience karena tanpa ada batasan ilmiah yang jelas. hanya berdasar hive mind yang selalu berubah.

Sementara Dr. Irwan Martua Hidayana dari Ketua Departemen Antropologi FISIP UI, mengatakan, soal pemahaman dan pengetahuan tentang apa itu gender, perlu adanya lebih banyak informasi karena memang ada orang-orang disekitar kita yang tidak ingin di identifikasi sebagai laki-laki maupun perempuan. Menurutnya Non binary dianggap melenceng dari pengetahuan agama dan norma.

“Namun saya pikir sebagai individual mempunyai personal value tetapi disisi lain kita mempunyai lingkungan sosial yang harus berinteraksi, dalam konteks itu kita tidak bisa memaksakan personal value kita kepada orang lain. Jadi kita harus respect dan apresiasi. Jangan sampai melakukan diskriminasi seperti ejekan atau bahkan diskriminasi secara fisik kepada seseorang yang non binary,” ujar Irwan mengutip laman FISIP UI.

Diketahui sebelumnya, belakangan ini sedang viral isu identitas nonbiner (non binary) yang dilontarkan oleh seorang mahasiswa di Makassar, yaitu identitas gender yang tidak merujuk secara spesifik pada salah satu gender seperti perempuan maupun laki-laki. Ia tak bisa mengasosiasikan dirinya ke dalam jenis kelamin pria atau wanita.

Back to top button