News

PDIP Ingin Pilpres Diikuti 2 Pasangan, PAN: Jangan Dikte Masyarakat

Sekjen DPP PAN, Eddy Soeparno, menanggapi pernyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang menyebut Pilpres 2024 lebih baik hanya diikuti dua pasangan calon (paslon) capres-cawapres saja, dengan dalih efisiensi di tengah ketidakpastian global. Eddy menilai jumlah paslon tidak menentukan kualitas demokrasi dan masyarakat jangan didikte atau digiring untuk menentukan pilihan.

Eddy meminta tanggapannya tidak dijadikan bahan fait accompli, tetapi menjadi diskursus pembangunan demokrasi kita. Dia menilai mau berapapun jumlah paslon pada pilpres apabila tidak merepresentasikan kehendak masyarakat hal itu sama saja menutup alternatif dari akar rumput.

“Kita tentu menghendaki demokrasi ini memberikan alternatif dan pilihan kepada masyarakat tetapi yang lebih penting itu adalah calon-calon, mau dua, mau tiga mau empat mau lima, calon-calon yang maju itu representasikan kehendak masyarakat. Jadi, kami ingin tidak ada perasaan bahwa masyarakat itu diberikan pilihan yang didikte,” kata Eddy, di Jakarta, Sabtu (27/8/2022).

Dia mengingatkan PAN berada pada posisi mengawal proses demokrasi agar tidak memecah belah dan menciptakan polarisasi di tengah masyarakat. Kualitas demokrasi yang seperti ini dianggap penting untuk mencegah keterbelahan masyarakat.

“Saya hargai apa yang disampaikan teman-teman PDI Perjuangan karena partai itu sahabat kami, Mas Hasto sahabat saya, sahabat baik saya, jadi saya kembali lagi menegaskan masalah dua tiga atau empat kandidat tidak menjadi masalah yang penting pemilunya berkualitas, tidak memecah belah, intinya itu,” tegas Eddy.

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan partainya siap menghadapi Pilpres 2024 dengan dua atau lebih dari dua pasangan. Namun dia menilai di tengah situasi global dan ekonomi belum sepenuhnya pulih lebih baik pilpres hanya diikuti dua paslon, serupa Pilpres 2019 dan 2014.

“Ini yang ideal berdasarkan konteks saat ini meski PDI Perjuangan siap bertanding dengan dua atau tiga paslon. Sekitar tiga paslon, pada putaran kedua pasti akan terjadi deal-deal politik baru. Jadi, kenapa tidak membangun kesepahaman di depan saja,” kata Hasto.

Back to top button