Kanal

Pak Uu, Gaspol Siap Lanjutkan Kepemimpinan Ridwan Kamil

Peta konstelasi dan eskalasi politik di Jawa Barat (Jabar) mulai menghangat, walaupun pilkada serentak baru akan berlangsung di akhir tahun 2024. Sejumlah nama sudah menyatakan niatnya untuk berlaga di kontestasi memperebutkan posisi orang nomor satu di Bumi Pasundan. Salah satunya adalah Uu Ruzhanul Ulum yang saat ini menjabat Wakil Gubernur Jabar. Terkait dengan itu inilah.com, Jumat 10 Februari 2023 mewawancarai pria yang akrab disapa Pak Uu itu dalam program “Inilah Podcast”.

Berikut petikan wawancara Wakil Pemimpin Redaksi inilah.com Rahma Sarita dengan Pak Uu di Gedung Sate, Bandung.

Mungkin anda suka

Assallamualaikum Pak Uu. Banyak yang mengatakan kalau Pak Uu ini sebenarnya santri yang menyamar jadi wakil gubenrnur. Bahkan Pak Uu kabarnya adalah cucu dari gubernur DI/TII ?

Memang saya gak bisa dihindari ya, saya memang dari kalangan pesantren, pesantrennya pun pesantren salafiyah, pesantren tradisional, yang nyantri juga anak kiyai, orang kampung biasanya, bukan orang-orang yang di perkotaan, bukan orang-orang yang ya pejabat atau orang kaya, yang modern jadi saya pesantren di kampung lah seperti itu.

Jadi tidak ada kurikulum atau bagaimana?

Kalau itu sih, sudah pasti ada kurikulumnya sudah baku. Sudah ada tingkat ibtidaiyah, tsanawiyah, bahkan ada ma’had aly itu pesantren tingkat tinggi dan alhamdulillah ijazahnya sudah diakui negara sudah empat tahun dari program Pak Jokowi. Santrinya sekarang 7500. Namanya Miftahul Huda

Ini menarik. Walaupun ngakunya dari pesantren kampung kok bisa jadi wakil gubernur?

Iya, karena memang entah kenapa saya sejak kecil suka dibawa kakek saya. Saat kakek saya ceramah ke luar kota, bertemu dengan tokoh kemudian bertemu dengan mubaligh dan dengan berbagai macam orang. Jadi saya sering melihat dan mendengar, ya terinspirasi juga. Bapak saya pun dulu saat di madrasah ibtidaiyah, MI ya, setara dengan SD suka dibawa bawa saat kampanye itu. Tahun 82 saat saya SD sudah ikut kampanye.

Itu mungkin jadi inspirasi ya setelah dewasa. Tapi ada beban tidak dengan isu radikal yang belakangan menguat terkait dengan posisi Pak Uu sebagai cucu Gubernur DI/TII. Maksudnya apakah itu pernah jadi batu sandungan?

Saya tidak bisa menghindar, tidak bisa balik lagi ke (rahim) ibu, karena sudah dilahirkan seperti itu ya seperti ini adanya. Makanya kan harus bisa membedakan gitu kan, pergerakan zaman dulu, pergerakan zaman sekarang secara konsep pasti berbeda. Kalau konsep hari ini kita darussallam, kalau lama darul Islam.

Ada perbedaan kan, kalau Darul Islam kan untuk mendirikan negara Islam. Kalau konsep darussalam adalah sebuah negara yang kita diberi kebebasan untuk melaksanakan agama Islam. Sementara kan di negara kita yang berdasarkan Pancasila, apa sih yang dilarang dalam melaksanakan syariat Islam?

Jadi udah kita konsepnya darussallam, melaksanakan konsep Islam di negara yang berdasarkan Pancasila. Ini sudah final. Jadi Pancasila ini adalah sebuah anugerah yang lahir berdasarkan kesepakatan dimana kesepakatan ini bukan hanya satu agama tapi berbagai macam agama, bukan hanya satu generasi tapi berbagai macam generasi, termasuk berbagai macam ormas.

Makanya di situ kan perubahan pertama mungkin kita tahu sejarah. Mukadimah UUD 45, kalau kata orang lain jangan mukadimah dong, kalo itu kan umat Islam, sepakatlah diganti dengan kata pembukaan. Kemudian soal ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam. Jangan begitu dong, makanya ada kesepakatan lain menjadi Ketuhanan yang Maha Esa.

Jadi pancasila sebagai dasar negara yang sudah pas di negara kita dengan berbagai macam agama dan suku. Dari sila 1,2,3,4,5, gak ada yang bertentangan dengan agama manapun.

Dibuat netral ya, jadi cocok dengan semuanya. Tapi kan Pak Uu ini pernah mengatakan bahwa umat Islam itu masih lemah di bidang politik, maksudnya bagaimana?

Jadi maksud saya, kami kan komunitas pesantren, nah kalau umat islam, tokoh-tokoh Islam-nya semua bergerak di bidang pendidikan, maka lahir lah pesantren yang begitu banyak, lembaga pendidikan Islam yang banyak bagaikan cendawan di musim hujan.

Nah tetapi tokoh Islam yang menurut kami panutan, banyak yang tidak suka terhadap politik. Politik mah urusan orang lah, saya mah urusan pesantren saja, saya mah urusan dakwah saja, gitu. Jadi maksud saya kalau memungkinkan tokoh-tokoh Islam itu dalam tarbiyah harus gegap gempita, tetapi di wilayah siyasah pun harus gegap gempita.

Apa itu juga salah satu yang melatar belakangi Pak Uu terjun di dunia politik?

Sebenarnya saya terjun dalam dunia politik tujuannya mungkin sama ya dengan para tokoh-tokoh yang masuk dalam dunia pendidikan tetapi shiroh-nya yang beda. Saya dalam siyasah, tokoh-tokoh yang di pesantren dalam bidang tarbiyah, tapi mudah-mudahan tujuannya sama. Untuk mempertahankan agama, mengabdi kepada bangsa dan negara, pertahankan Pancasila sebagai dasar negara. Seperti itu tujuannya.

Ya itu tujuan yang baik dan Pak Uu ini berusaha memberi contoh kepada mereka yang masih termakan isu radikal untuk berjuang jalur politik. Berpolitik sekaligus untuk agama. Seperti itu Pak Uu?

Jadi begini ya, kan kalau kita sebagai umat muslim punya tanggung jawab. Satu memahami agama. Paham nih sebagai muslim, fiqih, tauhid, tasawuf harus paham. Kedua mengamalkan. Ketiga mempertahankan dan juga menyebarkan. Nah dalam rangka itu, itu kan harus dengan bil hikmah bil mauizah hasanah. Hikmah, lemah lembut, mauzah aturan, hasanah yang baik.

Jadi dalam penyebaran, mempertahankan agama itu harus seperti itu contohnya. Nah terkadang orang itu suka menyamaratakan. Karena menurut saya, muslim itu ada tiga. Ada yang dinamakan muslim abangan, ngaku muslim tapi gak pernah salat, gak puasa, gak ibadah lah. Kalau disebut bukan Islam mah gak mau, ngambek, gue Islam, dalam arti Islam KTP.

Lalu yang kedua saya suka menyebut Islam kaum sarungan. Dia paham tentang agama ibadahnya rajin dan yang lainnya, tapi terkadang ia kurang peduli ada muslim dihinakan, dimarjinalkan, agama, kitab suci dihina, gak ada upaya untuk membela, tidak ada reaksi apapun, diam saja. Yang penting salat kita khusuk, ibadah kita gak ada yang menganggu, pesantren saya aman dan yang lainnya.

Nah yang ketiga pendapat saya ada muslim fundamental. Nah musim fundamental ini adalah yang paham agama, tetapi dia kalau Islamnya dihina merasa sakit hati, muslimnya di marjinalkan merasa sakit hati, kitab sucinya dirusak sakit hati dan rasa sakitnya ada gerakan untuk mempertahankan agama, citra, dan lainnya.

Tapi dalam mempertahankan agama, membela agama, muslim itu tidak lepas dari yang tadi, bil hikmah dan mauizah  hasanah, tidak dengan cara radikal. Radikal menurut yang saya ketahui adalah seseorang atau kelompok ataupun golongan yang memaksakan sesuatu, kehendaknya yang dimana gerakan itu melanggar agama, pemerintah, bertentangan dengan sosial kemasyarakatan, norma dan normatif dilanggar semuanya, yang jelas gimana caranya kita dapat itu.

Nah kan dalam agama tidak boleh seperti itu, dia tidak boleh melanggar agama demi tujuannya. Nah ini ada perbedaan muslim fundamental dengan radikal. Tapi kadang-kadang orang diidentikkan yang muslim radikal itu fundamental begitupun sebaliknya. Padahal tidak semua seperti itu.

Bagaimana soal bursa pilkada nanti. Kita tahu Pak Uu mendukung Kang Emil untuk maju jadi capres atau cawapres. Pak Uu sudah siap jalankan suksesi?

Jadi begini, kita kan sudah lama bersama dengan Kang Emil dalam membangun Jawa Barat. Kang Emil kan luar biasa ide, inovasi, kemampuannya sampai Jawa Barat seperti ini. 500 penghargaan selama kepemimpinan Kang Emil di Jawa Barat yang diraih tingkat nasional dan internasional. Pemberantasan Covid saja kita dijadikan rujukan oleh WHO.

Kemudian di sektor pemerintahan ada beberapa inovasi Kang Emil dipakai oleh pemerintah pusat. Nah, dengan kemampuan semacam itu ya kenapa tidak ini dipakai keilmuannya di tingkat nasional, kan gitu. Oleh karena itu saya berharap beliau bisa manggung di tingkat nasional.

Yang kedua bukan berarti kami primodial. Tapi wajar sebagai orang Sunda, coba atuh pemimpin nanti dari Sunda. Penduduk kita 50 juta, 38 juta hak pilih, 22 persen hak pilih tingkat nasional itu orang Jabar. Masa sih orang Jabar tidak ada yang manggung. Tujuh presiden yang terdahulu dipilih juga oleh orang Jabar, sekalipun mereka bukan orang jabar.

Orang Jabar itu nasionalisnya luar biasa. Siapapun yang datang ke Jabar dari suku manapun, bawa sini gak ada yang diusir, mau berkiprah di politik silakan. Yang berbisnis juga banyak. Artinya kue ekonomi dari Jabar banyak dinikmati orang lain. Berarti tidak ada masalah kan.

Nah oleh karena itu, harapan kami pun wajar dong kalau pemimpin sekarang adalah orang Sunda. Maka pilihlah beliau (Ridwan Kamil). Minimal jadi wapres lah, nanti yang akan datang presidennya.

Sementara Pak Uu sudah siap-siap jadi Gubenur Jabar ?

Ya saya berharap meneruskannya. Kan harus berkesinambungan, yang memperjuangkan dan melahirkan dan melaksanakan visi Jabar lahir batin kan kita yang menjalankan kami di dalamnya. Kalau diteruskan bukan orang yang sepaham atau sejalan khawatir akan ada perubahan yang signifikan. Pogram kami belum selesai, belum sempurna dan ini harus diteruskan. Karena kan ada kecenderungan pemimpin atau para kepala daerah yang terpilih biasanya suka ada ego, kayak dulu lah. Ini zaman saya nih makanya program-program yang dulu dipinggirkan.

Seperti di Jakarta ya ?

Kan kalau gali sumur baru tiga meter tidak ada air pindah lagi, tiga meter pindah lagi gak bakal dapat air dong. Ya makanya sekarang program gubernur yang begitu hebat, belum sempurna semuanya harus ada waktu penyempurnaan. Contohnya Masjid Aljabbar, kan lagi heboh nih sebagai ikon Jabar yang kedua setelah Gedung Sate.

Kita harus tau itu adalah kebijakan Kang Emil melanjutkan program Pak Aher (Ahmad Heryawan), sekalipun arsiteknya Kang Emil. Kalau Kang Emil ego, wah ini mah ngapain diterusin, ya gak tamat. Tapi karena kebijakan beliau akhirnya tamat dan bisa dinikmati. Begtiu juga hal lain. Ya wajar saya ingin melanjutkan karena saya ikut melahirkan memperjuangkan program tersebut.

Nah apa program Pak Uu jika ingin melanjutkan ?

Yang pertama adalah terus terang kan fungsi pemerintah itu pertama pembangunan, kedua kemasyarakatan, ketiga pemerintahan. Dalam bidang pembangunan kan ada pembangunan ekonomi , pendidikan dan kesehatan, itu harus terus didorong untuk meningkatkaan IPM (Indeks Pembangunan Manusia) masyarakat Jabar. Misalnya tentang ekonomi kita dorong UMKM-nya, dorong potensi-potensi yang ada di daerah supaya ekonomi Jabar merata dan unsur adil, tidak hanya meningkat.

Kemudian pendidikan, masyarakat harus diberikan kemudahan untuk mendapatkan pendidikan karena itu adalah hak bagi masyarakat dan kewjiban pemerintah sekalipun sekarang sudah begitu mudah tetapi kenapa tidak dipermudah lagi dengan cara misalnya program pembangunan SLTA di masing-masing  kecamatan, kemudian SMP diperbanyak.

Kemudian dalam program kesehatan, kan sekarang masyarakat banyak yang ingin berobat ke kota-kota besar, kenapa tidak kita membuat sarana kesehatan sampai tingkat kecamatan, alkes-alkes yang modern itu di tingkat kecamatan, tidak hanya di rumah sakit rujukan.

Jadi Pak Uu sudah bulat ya jadi Jabar satu ?

Ya kalau Kang Emil tidak disini lagi, saya gaspol. Tapi kalau Kang Emil disini lagi saya ingin merangkul Kang Emil lagi, saya ingin pasangan lagi.

Jadi pilihannya tergantung Kang Emil ya kalau terjun ke nasional, gaspol ?

Iya, kalau enggak tetap bersinergi membangun Jabar seperti hari ini. Dalam kepemimpinan saya seperti jasadil wahid, sebuah jasad yang satu padahal dua, Uu dan Emil, namun melangkahnya sama, bebicaranya sama, pikirannya sama untuk membangun Jabar. Karena kenapa, Kang Emil-nya memberi ruang kepada saya sekalipun saya wakil gubernur, kewenangannya terbatas dan anggaran terbatas tapi beliau memberikan ruang dan saya pun tidak punya keinginan mengambil porsi beliau.

Jadi Kang Emil ini pasangan yang memberikan kesempatan berkembang ?

Betul, misal kalau di media Pak Uu kurang nih, sekali-sekali collabs sama saya lah biar Pak Uu ngangkat, kan mana ada pimpinan kepada wakilnya seperti itu. Oke Pak Uu timnya dikasih ke saya ya, dibantu saya.

Tapi kalau bicara elektabilitas, banyak yang mengatakan Pak Uu lebih kuat di Priangan Timur di wilayah urban masih kurang. Melihatnya bagaimana ?

Saya semangat, karena saya akan jadi, kalau saya tidak optimis saya tidak akan semangat, tapi karena saya optimis akan jadi maka saya semangat bergerak. Karena ini cita-cita saya itu, tetap semangat sekalipun hari ini popularitas-elektabilitas kurang tidak seperti yang lain. Ya semuanya kan ihtiar.

Tapi kalau melihat bursa nama-nam optimis atau merasa ada saingan ?

Saya suka apriori terhadap oran lain yang akan bergerak ya, saya fokus ke diri sendiri. Memikirkan orang lain capek lah. Tidak terganggu lah pikiran saya, dengan geraknya orang lain.

Orang akan tanya kalau mau maju jadi Gubenur gagasanya apa ?

Pertama jelas akan meneruskan program Jabar Juara Lahir Batin, karena masyarakat Jabar seimbang. Yang kedua kita akan berusaha untuk terpenuhinya sarana dasar atau kebutuhan dasar masyarkat, yang tadi saya bilang, pangan. pendidikan, ekonomi dan kesehatan.  Jadi yang menjadi fokus kami itu.

Sejauh ini kan sudah bulat maju jadi Gubernur, gerakannya sudah sampai mana untuk menaikan elektibilitas ?

Memang saya sedang ihtiar untuk masuk ke medsos lebih banyak lagi biar masyarakat tertarik lagi dengan medsos saya. Kemarin juga saya dikasih masukan oleh wartawan Jabar, Pa Uu harus begini-begini, kemudian kita rapatkan dengan tim sehingga pangsa pasar yang ada di Jabar ini bisa menerima Pa Uu semuanya.

Kan Pak Uu ini tidak lepas dari politik identitas karena baerasal dari pesantren. Orang santri, tapi kan tidak cukup itu pangsa pasarnya, ada pasar milenial, ada intelektualnya yang harus kita raih. Kita sedang berfikir dengan tim bagaimana supaya semua bisa dirangkul.

Nah bagaimana menggaet ceruk-ceruk nasionalis, milenial, ini kan sudah kadung steorotype-nya pesantren ?

Saya kan sekarang datang ke sekolah sekolah, masuk berkomunikasi dan juga masuk ke komunitas otomotif dan forum-forum pemuda. Saya masuk di situ sekalipun begitu banyaknya komunitas pemuda tapi saya mencoba satu demi satu masuk. Kedua ke dunia teknorat saya masuk ke dunia perguruan tinggi, kemudian ikut seminar jadi salah satu pembicara sehingga mereka sedikit melihat keberadaan saya. Memang diakui popularitas dengan Pak Gubernur sekarang agak naik karena nempel dengan Kang Emil.

Soal politik identitas yang sekarang jadi isu utama. Kalau di Jawa Barat seperti apa? Apakah jadi sandungan atau sisi positif ?

Justru saya harus jadi pemersatu, kalau rakyat Indonesia selalu dibenturkan dengan yang tadi, nasionalis, religius itu berbahaya nanti kalau berbicara tentang agama oh ini tidak nasionalis, justru kami harus menyatukan visi misi mereka.

Artinya kalau muslim harus nasionalis, seorang nasionalis tidak membenci kami. Harus mengutamakan kerukunan bersama. Makanya pemimpin itu harus bijaksana, tidak hanya bijak, kalau bijak kan membuuat keputusan sesuai dengan payung hukum, norma yang ada, itu bagus tapi kan harus biijaksana melihat keadaan sosial masyarakat, keamanan dan kebijaksanaan. Tentunya pemimpin harus bijaksana.

Back to top button