News

Negara-negara Ini Bisa Jadi Medan Tempur Jika Perang Dunia III Pecah

Sejumlah pengamat menilai perang Rusia dengan Ukraina, ketegangan China dan Taiwan, serta terus memanasnya kawasan Semenanjung Korea, kemungkinan bisa memicu Perang Dunia III.

Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022. Langkah tersebut muncul karena Ukraina ingin bergabung dengan aliansi militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Moskow cemas ekspansi NATO di Eropa Timur akan mengganggu keamanan mereka.

Hingga kini perang masih terus berlanjut. Sejumlah negara Barat seperti AS dan Inggris, rajin memasok senjata ke Ukraina. Beberapa pihak juga khawatir perang akan semakin besar jika China dan juga Korea Utara mengirim senjata mematikan ke Rusia.

Situs yang merilis artikel para pakar soal pertahanan, keamanan nasional, dan kebijakan luar negeri, 19 FourtyFive, menduga jika Perang Dunia III pecah, beberapa negara di bawah ini disebut akan menjadi medan tempur:

Ukraina

Banyak pihak mengkhawatirkan kemungkinan Rusia menggunakan senjata nuklir untuk membombardir Ukraina, meski Rusia membantah hal tersebut.

Presiden Vladimir Putin mengatakan jika Rusia tidak akan menggunakan senjata itu kecuali jika terjadi serangan nuklir terhadap wilayahnya.

Tidak hanya itu, Putin juga menyarankan agar pihak lain tidak menggunakan nuklir untuk menyerang Rusia, sehingga Kremlin tidk perlu membalasnya.

Selama invasi, negara-negara yang tergabung dalam NATO rajin memasok senjata ke Ukraina, seperti AS, Jerman, dan beberapa negara lainnya. Diketahui, negara-negara tersebut bahkan sempat mengirim anti-tank yang membuat Rusia ‘ketar-ketir’.

Terlebih, kabar anggota NATO akan mengirim jet tempur F-16 juga membuat Rusia marah. Sebab, mereka artinya terlibat perang dan hal ini disebutkan akan memicu Perang Dunia III.

Taiwan

Konflik China dan Taiwan juga masih terus terjadi. Baru-baru ini, Kementerian Pertahanan mencatat rekor 16 kapal perang China memasuki perairan Taiwan pada 14-15 Juli 2023.

Permasalahan Taiwan dan China bisa menjadi pemicu Perang Dunia III, sebab China menganggap Taiwan adalah bagian dari negaranya, sementara pulau tersebut tidak.

Presiden China Xi Jinping pun tidak jarang memberi kode akan mempertahankan Taiwan sampai habis.

Meski tindakan China mempertahankan Taiwan yang ingin melepaskan diri bukan tanpa alasan, sejumlah pihak menilai aksi China bisa memicu perang. Pihak Barat bahkan sempat menyebut Taiwan menjadi ‘Ukraina selanjutnya’.

Hal ini juga dikhawatirkan oleh AS akan serangan besar-besaran China.

China-India

China juga berkonflik dengan India terkait perbatasan di Himalaya. Kedua negara itu sama-sama mengklaim sebagian besar wilayah di perbatasan sepanjang 3.500 km.

China dan India tak ada yang mau mengalah, pertempuran juga terus berlangsung. Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri India Narendra Modi belum berhasil menemukan cara untuk menyelesaikan konflik tersebut.

Kedua negara sempat bersengketa skala penuh di 1962 dan melakukan gencatan senjata. Pada tahun 2003, utusan khusus ditugaskan untuk menyelesaikan perselisihan namun hampir satu dekade, perbatasan tetap tidak ditentukan.

Semenanjung Korea

Selama beberapa bulan terakhir, terjadi ketegangan antara Seoul, Korea Selatan dan Pyongyang, Korea Utara.

Selama 2022, diketahui Korea Utara kerap melakukan uji coba nuklir. Uji coba tersebut dilakukan dengan menembakkan puluhan rudal ke laut Jepang yang disebut Korea Selatan ‘provokasi’.

Kyle Mizokami, penulis yang fokus di isu pertahanan dan keamanan melansir CNN menyatakan Korea Utara akan memicu Perang Dunia III.

Kondisi ini bisa memicu AS dan China terlibat langsung dalam konflik militer jika terjadi kekosongan kekuasaan di Korea Utara.

Hal ini akan menambah panas situasi, ditambah munculnya AS dan Jepang sebagai sekutu dekat Korea Selatan, sedangkan Korea Utara sendiri diketahui di-back up oleh China dan Rusia.

Yunani-Turki

Yunani dan Turki diketahui sedang ‘panas’ dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini dipicu oleh perubahan kebijakan luar negeri terkait eksplorasi energi.

“Perselisihan antara Athena dan Ankara mengenai eksplorasi energi di Laut Aegea telah mendorong ketegangan saat ini, meskipun ketidaksepakatan teritorial yang mendasari argumen tersebut telah ada selama beberapa dekade,” tulis 19FortyFive.

Meski demikian, Turki merupakan anggota NATO sedangkan Yunani adalah sekutu dekat NATO dan konflik di masa lalu telah membawa keduanya di ambang perang.

Jika Yunani menyerang Turki tak menutup kemungkinan aliansi militer itu bakal terlibat meski belum diketahui apakah sekutu NATO akan secara terbuka menyerang NATO lainnya.

Sedangkan, NATO memiliki prinsip jika negara anggota mereka diserang, mereka akan bertindak.

Back to top button