News

Dua Pelapor Boeing Meninggal Dunia, Whistleblower Memiliki Banyak Risiko


Seorang pengungkap fakta (whistleblower) Boeing yang menyampaikan kekhawatiran mengenai keselamatan pesawat 737 MAX milik maskapai tersebut meninggal dunia setelah tiba-tiba sakit. Ini kejadian kedua setelah pelapor pertama juga meninggal dunia. Ada apa ini?

Joshua Dean, 45, meninggal pada Selasa lalu. Dia telah menerima berbagai diagnosis, termasuk flu, pneumonia, dan infeksi bakteri, kata pengacaranya Robert Turkewitz. “Dia adalah individu yang sehat, makan dengan baik dan berolahraga,” kata Turkewitz kepada NBC News. “Jadi rasanya aneh kalau dia meninggal begitu cepat.”

Pesawat Boeing baru-baru ini menarik perhatian dunia karena serangkaian masalah teknis. Insiden-insiden ini termasuk pintu pesawat yang meledak segera setelah lepas landas dari Portland pada 5 Januari, pesawat melakukan pendaratan darurat karena masalah mekanis, dan, pada tanggal 11 Maret, 50 penumpang mengalami cedera di pesawat Boeing karena kehilangan ketinggian secara tiba-tiba.

Dean, mantan inspektur kualitas di Spirit AeroSystems yang memproduksi sebagian besar 737 MAX untuk Boeing, telah sakit selama dua minggu. Dia bergulat dengan kesulitan bernapas dan membutuhkan dukungan ventilator, menurut NBC News. Kematiannya terjadi beberapa minggu setelah pelapor Boeing lainnya ditemukan tewas karena bunuh diri.

post-cover
Pesawat Boeing 737 Max sempat dilarang terbang pada tahun 2020 ( Foto: David Ryder/Getty Images )

Ungkap Kesalahan Pengeboran di Bagian Pesawat

Pada bulan Oktober 2022, Dean menyampaikan kekhawatiran tentang kesalahan pengeboran di bagian belakang pesawat MAX, yang sangat penting untuk menjaga tekanan kabin selama penerbangan, CBS News melaporkan. Kurang dari setahun kemudian, dia dipecat oleh Spirit AeroSystems. 

Dia mengajukan keluhan ke Departemen Tenaga Kerja AS, mengklaim bahwa pemecatannya merupakan pembalasan karena mengungkapkan masalah keselamatan. “Saya pikir mereka mengirimkan pesan kepada orang lain,” kata Dean kepada beberapa media AS. “Jika kamu terlalu berisik, kami akan membungkammu.”

Boeing mengakui adanya kesalahan pengeboran pada bulan Agustus 2023, meskipun hal tersebut bukan merupakan masalah keselamatan yang mendesak. Perusahaan tersebut menganggap perlu memeriksa ulang dan memperbaiki pesawat yang terkena dampak, sehingga menunda pengiriman ke maskapai penerbangan.

Pengumuman tersebut menyebabkan penurunan lebih dari 10 persen saham Spirit pada hari berikutnya, CBS News melaporkan. “Pikiran dan doa kami bersama Joshua Dean dan keluarganya,” kata pengacaranya Brian Knowles dan Turkewitz dalam sebuah pernyataan.

Kepergian Joshua Dean merupakan kehilangan bagi komunitas dan masyarakat penerbangan. Dia memiliki keberanian luar biasa untuk membela apa yang dia rasa benar dan tepat serta mengangkat masalah kualitas dan keselamatan.

“Perusahaan penerbangan harus mendorong dan memberikan insentif kepada mereka yang menyampaikan kekhawatiran ini. Jika tidak, keselamatan dan kualitas bukanlah prioritas utama perusahaan-perusahaan tersebut.”

Kematian Pertama Karena Bunuh Diri

Dean adalah pelapor Boeing kedua yang meninggal dalam beberapa pekan terakhir. Yang pertama, John Barnett, ditemukan tewas pada bulan Maret. Pria berusia 62 tahun itu meninggal karena luka tembak yang dilakukan sendiri, kata kantor koroner Charleston County di Carolina Selatan pada 12 Maret. Kematiannya sedang diselidiki oleh polisi setempat.

Barnett, yang bekerja sebagai manajer kualitas di Boeing selama lebih dari tiga dekade sebelum pensiun pada tahun 2017, memperingatkan otoritas penerbangan tentang apa yang disebutnya sebagai potensi kegagalan keselamatan atau “bencana” pada 787 Dreamliner, menurut laporan media AS. Pria ini juga angkat bicara setelah insiden pada 5 Januari ketika panel pesawat Boeing 737 MAX 9 meledak di udara.

Pada tahun 2019, Barnett dan selusin pekerja lainnya membocorkan rahasia Boeing dalam sebuah berita di New York Times, mengklaim bahwa proses manufakturnya memprioritaskan kecepatan daripada keselamatan publik.

Meskipun Boeing membantah klaim praktik kerja yang tidak aman, audit terbaru mengonfirmasi adanya masalah pengendalian kualitas. Administrasi Penerbangan Federal merilis hasil penyelidikan baru-baru ini yang menunjukkan banyak masalah ketidakpatuhan.

Pelapor Sering Mendapat Aksi Balasan

Kematian Barnett maupun Dean, tampaknya seperti sebuah pola yang berlaku umum. Thomas Stuart, Asisten Profesor Pengajar di Gustavson School of Business University of Victoria mengatakan, pelapor menghadapi pengawasan ketat dari publik, dan, seringkali, pembalasan setelah mengumumkannya ke publik. 

“Menurut penelitian baru-baru ini, 82 persen pelapor menghadapi tindakan pembalasan dari atasan mereka setelah membocorkan informasi, termasuk pelecehan atau pemecatan,” kata Stuart dalam tulisannya di The Conversation.

Selain melakukan tindakan pembalasan, pelapor juga sering kali kehilangan rasa kebersamaan. Budaya kerja perusahaan membuat pilihan antara tugas dan loyalitas menjadi rumit secara emosional. Bagi banyak orang, pekerjaan sangat menentukan identitas mereka. Tempat kerja mereka adalah komunitas mereka dan etos kerja mereka sering kali memadukan pencapaian pribadi dengan nilai-nilai profesional. Mereka secara emosional terlibat dalam budaya, struktur, dan drama sehari-hari di tempat kerja mereka.

Stuart yang juga Dosen Komunikasi itu mengungkapkan, ketika para pengungkap fakta (whistleblower) mengumumkan kepada publik, sama saja dengan secara terang-terangan mengambil pilihan untuk memisahkan diri dari komunitasnya. Komunitas tersebut seringkali menilai tindakan whistleblower sebagai tindakan yang tidak etis atau kriminal. Dengan demikian, mantan rekan kerja mungkin akan merasa dikhianati. Bahkan anggota masyarakat mungkin mengkritik pelapor sebagai orang yang tidak loyal dan suka mencari perhatian.

Banyak pelapor yang angkat bicara karena mereka sangat peduli dengan cita-cita komunitas kerja dan standar profesi mereka. Hal ini menunjukkan bahwa pilihan antara tugas publik dan loyalitas profesional merupakan dikotomi yang salah. Bagi para pelapor, kewajiban mereka terhadap publik dan kesetiaan mereka terhadap standar profesional adalah satu dan sama.

Bagi Barnett dan Joshua, tugas publik dan kesetiaan profesionalnya tidak bertentangan. Berusaha melindungi masyarakat, Barnett menunjukkan komitmen terhadap masa depan yang lebih baik bagi rekan-rekannya dan perusahaan tempat dia bekerja selama 32 tahun.

Setelah Barnett meninggal, pengacaranya berkata: “John Barnett adalah pria pemberani, jujur, dan memiliki integritas tertinggi. Dia sangat peduli terhadap keluarganya, teman-temannya, perusahaan Boeing, rekan kerja Boeing, dan pilot serta orang-orang yang terbang dengan pesawat Boeing. Kami jarang bertemu seseorang dengan karakter yang lebih tulus dan terus terang.”

Masih menurut Stuart, sebagai figur publik, pelapor tidak hanya menghadapi pembalasan dari atasannya, namun juga kemarahan dari masyarakat. Mereka seringkali terjebak dalam jaringan nilai-nilai budaya, sosial dan profesional yang kusut. Banyak yang memandang pelapor sebagai “cerita pengaduan” atau “tikus” yang mengkhianati majikannya demi mencari status, imbalan finansial, atau pengakuan.

Padahal pelapor memainkan peran penting dalam menegakkan akuntabilitas dan integritas dalam masyarakat. Dengan mendukung upaya para pelapor dan mengakui risiko pribadi dan profesional yang mereka ambil, kita dapat mulai menumbuhkan budaya yang menghargai transparansi, perilaku etis, dan akuntabilitas, sehingga memperkuat institusi secara keseluruhan.

Back to top button