News

Mengintip Rudal Antipesawat Terbang Buatan UAD Yogyakarta

Kementerian Pertahanan akan mengembangkan rudal buatan Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Yogyakarta. Rudal antipesawat terbang karya anak-anak bangsa ini sudah menjalani banyak uji coba. Bagaimana kemampuan rudal ini?

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mengunjungi kampus UAD yang dimiliki Muhammadiyah untuk  menjajaki kerja sama lanjutan sekaligus meninjau rudal antipesawat terbang buatan pusat riset Center for Integrated Research and Innovation (CIRNOV) UAD.

“Ada pengembangan peluru kendali bersama Dahana, bersama juga kami di Kemenhan. Ini tadi juga minta bantuan dukungan kalau ada cendekiawan-cendekiawan, para ahli-ahli teknologi dari kalangan universitas-universitas Muhammadiyah, bisa menjadi konsultan, bisa menjadi tenaga ahli,” kata Prabowo di UAD, Bantul, DI Yogyakarta, Jumat (14/7/2023).

Rudal buatan CIRNOV merupakan hasil kerja sama dengan mitra yang berasal dari Ex Lapan (Pusat Teknologi Penerbangan/Pustekbang), Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Darat (Dislitbangad), serta dua BUMN yakni PT Pindad dan PT Dahana sejak tahun 2016.

Rudal mencari sasaran tanpa dipandu

Penguasaan teknologi di bidang pertahanan merupakan tuntutan bangsa Indonesia untuk dapat membuat rudal sendiri guna mempertahankan kedaulatan bangsa dan negara, serta memiliki kekuatan militer yang tangguh di dunia. Juga, potensi dapat diproduksinya rudal jenis tersebut untuk meningkatkan kemandirian produk alutsista bangsa Indonesia.

Rektor UAD Muchlas menjelaskan, rudal ciptaan CIRNOV ini dikembangkan sejak 2016 lalu sebagai bagian dari pengembangan hilirisasi riset. Kecuali piranti mikroprosesor untuk komputerisasi, komponen rudal 100 persen buatan lokal dengan maksud mengurangi ketergantungan terhadap bahan produksi impor. “Ini sudah ada jeda waktu kurang lebih enam tahun, sudah mencapai tingkat yang sebut saja sudah hampir ke hilir, hampir ke tingkat komersialisasi,” kata Muchlas.

Rudal sasaran udara yang dibuat tim CIRNOV tersebut merupakan jenis panggul/MANPADS (Man-Portable-Air-Defense-Systems) yang menggunakan teknologi fire and forget yaitu rudal setelah ditembakkan ke area target, maka rudal akan mencari sendiri sasaran tanpa dipandu dari bawah karena dilengkapi dengan sensor inframerah.

Teknologi ini sudah cukup standar diterapkan untuk rudal antipesawat terbang. Tim CIRNOV sudah menguasai dalam pembuatan teknologi tersebut. Selain itu, jangkauan rudal dapat bervariasi tergantung banyak sedikitnya dan desain bahan bakar roket pendorong yang dibuat oleh PT Dahana. Untuk standar senjata anti pesawat terbang, jangkauan dari 3.000 m hingga 6.000 m.

Dari berbagai uji coba yang telah dilakukan, Muchlas mengklaim, tingkat keberhasilan rudal kini sudah nyaris 100 persen. Sebagai gambaran, rudal ini bisa mendekati sebuah sumber panas dari cerawat dalam jangkauan 2-7 meter. “Kalau itu sebuah rudal yang ada hulu ledaknya, tentu sudah sangat bisa menghancurkan, men-destroy dari pesawat tempur yang menjadi sasarannya. Jadi sudah cukup akurat,” katanya.

Rudal karya peneliti CIRNOV ini merupakan rudal buatan anak bangsa yang pertama kali sukses dibuat dan diujitembakkan. Rudal antipesawat terbang telah diuji di Lumajang, Jawa Timur beberapa waktu lalu. Uji coba akan terus dilakukan mengingat banyaknya variabel yang harus dikuasai.

Mengutip NewsUAD.ac.id, selama ini, tim CIRNOV sudah menembakkan roket atau rudal lebih dari 50 unit untuk kepentingan uji dinamis termasuk rudal sasaran darat. Dalam salah satu uji coba, sudah dilakukan performansi sistem kendali rudal dan dilengkapi dengan telemetry yang dipasang pada rudal sehingga dapat selalu mengirimkan data selama terbang ke ground station di darat.

Keberhasilan mendapatkan data telemetry sebagaimana Black Box dalam pesawat terbang merupakan prestasi sendiri, mengingat selama ini objek terbang dengan kecepatan tinggi seperti roket belum berhasil dilakukan akibat besarnya entakan roket pendorong yang bisa mencapai 20 G dan dapat menghancurkan struktur rudal.

Uji-uji akan terus dilakukan mengingat variabel yang harus dikuasai cukup banyak. Maka tak heran anggaran riset yang seharusnya dikeluarkan relatif besar, sementara anggaran yang diperoleh tim CIRNOV selama ini sangat minimalis.

Ke depan, diperlukan kerja-kerja yang lebih presisi untuk menjadikan rudal ini dapat dipergunakan sebagai alutsista TNI. Hal ini mengingat pengendalian rudal sangat rumit mengingat rudal selama terbang dengan kecepatan tinggi (dapat melebihi kecepatan suara) melakukan gerakan serempak untuk gerakan berputar (rolling), mengangguk (pitching), dan menggeleng (yawing). Teknologi yang rumit ini menjadikan rudal cukup eksklusif dan protektif dalam pembuatannya yang memerlukan keahlian tingkat tinggi.

Kehadiran senjata rudal buatan sendiri sangat mendesak. Seperti fakta perang modern yang sekarang sedang terjadi antara Rusia dan Ukraina, rudal menjadi andalan utama digunakan untuk menghancurkan sasaran serta menangkalnya melalui unjuk kemampuan teknologi.

Dalam sejarah peperangan darat, rudal sejenis banyak dipergunakan di Irak, Syria, Lebanon, dan lain-lain, yang terbukti ampuh untuk melumpuhkan kendaraan tempur termasuk tank. Bahkan, pejuang Hisbulah Lebanon berhasil meraih kemenangan bertempur melawan tank-tank Markova Israel pada 2006 menggunakan rudal perang jarak dekat sejenis.

Back to top button