News

Menanamkan Moderatisme dan Toleransi Islam dalam Pancasila

Guru Besar al-Mustofa International University, Iran, Prof. Dr. Hossein Muttaghi menyebut moderatisme dan toleransi dalam Islam penting untuk dipahami dan diimplementasikan inti ajarannya dalam kehidupan berbangsa Indonesia. Menurutnya, ajaran mengenai moderatisme dan toleransi sudah berasimilasi sejak masuknya Islam di Indonesia serta terkandung 100 persen dalam ajaran Islam.

“Boleh jadi di banyak tempat para pemuda menggunakan kata yang kemudian menjadi terkenal itu (moderatisme) dan itu ada di mana-mana tapi banyak yang tidak mendalami dari konten yang terkandung dalam kata tersebut,” kata Hossein dalam acara seminar internasional, dikutip di Jakarta, Rabu (14/6/2023).

Hossein menyebut sifat, karakter dan nilai moderatisme dan toleransi dibawa masuk oleh Islam ke Indonesia dengan jalan yang damai serta mudah diterima oleh masyarakat pada waktu itu. Untuk itu, ia mengatakan moderatisme dapat digali dengan berbagai ajaran Alquran dan nilai-nilai yang diyakini bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.

“Maka itu seharusnya para mahasiswa dapat menggali dengan serius asal kata moderatisme, akarnya darimana, dan bagaimana kata moderat itu ada di dalam ajaran Alquran, begitu pula dalam nilai-nilai sosial dan hal lain sehingga ketika moderatisme menjadi sebuah sikap kehidupan yang bisa dipahami dengan sebaik-baiknya dan bisa diamalkan,” terang Hossein.

Hossein menyebut moderatisme dan toleransi yang dapat menjalankan roda agama dengan semestinya serta membawa manusia pada perkembangan kemajuan dan bisa mengimplementasi berbagai ajaran agama guna membawa manusia pada keselamatan hidup dunia dan akhirat. Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir, sebut Hossein, terdapat tiga kategori pemikiran para intelektual mengenai moderatisme yang tidak bisa disangkal.

Pertama, ungkap Hossein, merupakan para pemikir baru muslim yang muncul dan memiliki visi jauh ke depan di masa yang akan mendatang. Sir Said Ahmad Hindi dari India (1817-1860) pendiri Universitas Aligar India dan pemikir muslim Muhammad Iqbal menjadi alumni dari pemilikiran ini.

“Kelompok pertama ini berusaha menjelaskan bahwa ajaran agama yang dia yakini sudah sesuai dan harmonis dengan perkembangan dunia modern dan masa depan,” jelas Hossein.

Pemikiran yang selanjutnya mengenai kelompok yang berpandangan sebaliknya dari kelompok pertama. Mereka menilai ajaran agama seharusnya di masa kini dan mendatang seharusnya berpegangan teguh dengan apa yang diajarkan para pendahulunya seperti kelompok Salafi.

“Mereka berpendapat yang dapat menyelamatkan kehidupan manusia di era modern adalah dengan mengembalikan ajaran agama kepada nilai-nilai para pendahulu. Tentu ada baik buruknya dari kelompok kedua ini, tetapi juga ada yang menyebabkan pertumpahan darah di berbagai tempat,” ungkap Hossein.

Terakhir, tambah Hossein, merupakan kelompok yang mengangkat nilai moderatisme dalam pemikirannya. Kelompok ini juga dinilai mampu menjelaskan ajaran agama di tengah masa modern dan masa depan tanpa mengabaikan ajaran-ajaran dari pemahamannya terdahulu.

“Kelompok ketiga meyakini ajaran agama sudah sesuai dengan apa yang diajarkan para pendahulu namun dengan juga mempetimbangkan tempat dan zaman. Mereka berusaha menciptakan keyakinan moderatisme antara ajaran yang dulu juga pada masa depan,” tutur Hossein.

Back to top button