Ototekno

60 Situs Israel Lumpuh Disengat 77 Geng Hacker Global, Indonesia Ikut Serta Dukung Palestina

Konflik antara Israel dan Palestina semakin menunjukkan eskalasi, kali ini membawa medan perang ke ranah digital. Laporan terbaru dari platform keamanan siber, FalconFeedsio menunjukkan keikutsertaan 100 kelompok aktif dalam perang siber ini, dengan 77 kelompok mendukung Palestina, 20 kelompok berpihak pada Israel, dan tiga lainnya memilih untuk netral. Menariknya, terdapat kelompok peretas asal Indonesia yang ikut berpartisipasi, yaitu Anonymous Indonesia, Islamic Cyber Team Indonesia dan Hacktivism Indonesia serta beberapa nama dari daerah seperti Aceh dan Jatim.

Mungkin anda suka

Perang siber ini tak hanya melibatkan Israel dan Palestina, tetapi juga hacker dari negara lain seperti Bangladesh, Pakistan, Maroko, dan Rusia. Menurut peneliti keamanan siber Equinix Threat Analysis Center, Will Thomas,   serangan-serangan ini telah melumpuhkan lebih dari 60 situs web Israel dan menimbulkan peretasan di lima situs lainnya.

Hacker Indonesia Beraksi

Kelompok peretas Indonesia, Anonymous Indonesia dan Hacktivism Indonesia, turut serta dalam aksi ini. Meskipun belum ada keterangan resmi mengenai serangan yang dilakukan oleh kelompok ini, keterlibatan mereka menunjukkan kepedulian global, termasuk dari Indonesia, terhadap konflik Israel-Palestina.

Serangan ini dianggap sebagai sebuah bentuk “hacktivism”, yaitu aktivisme digital yang dilakukan dengan tujuan politik. “Ini adalah bentuk baru dari perlawanan digital dengan berbagai aktor internasional terlibat,” kata Thomas.

Kelompok peretas asal Rusia, Killnet, bahkan telah secara terbuka menyatakan dukungan mereka untuk Hamas, menargetkan sistem pemerintahan Israel sebagai bentuk protes atas “pertumpahan darah yang terjadi.”

Selain kelompok aktivis dan politik, adanya operator layanan kejahatan siber yang ikut serta menambah kompleksitas dari dinamika perang siber ini. Mereka menawarkan layanan untuk serangan DDoS atau sebagai broker akses awal yang menargetkan baik Israel maupun Palestina.

Direktur Keamanan Siber dari Badan Keamanan Nasional AS (NSA), Rob Joyce, membenarkan adanya serangan ini tetapi menegaskan belum ada indikasi adanya negara yang ikut terlibat. Komite Internasional Palang Merah (ICRC) juga baru-baru ini mengeluarkan aturan yang mengatur peran “hacktivist”, menekankan agar tidak menargetkan sasaran sipil.

The Jerusalem Post, salah satu media Israel, telah mengonfirmasi mengalami gangguan akibat serangan ini. Ini menandakan bahwa perang informasi ini juga telah menyebar ke sektor media, memperlihatkan betapa seriusnya ancaman ini terhadap infrastruktur informasi.

Dengan masuknya berbagai aktor dari dunia siber, perang antara Israel dan Palestina semakin kompleks namun juga menunjukkan adanya dukungan yang semakin kuat dan luas terhadap Palestina. Ini mempertegas pentingnya keamanan dan perlindungan siber dalam konteks stabilitas dan keamanan global dan nasional.

Back to top button