News

Ketika Megawati Sentil Profesionalisme Pers Indonesia, Ini Katanya…

Senin, 16 Jan 2023 – 21:17 WIB

Img 20230116 Wa0000 1 - inilah.com

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. (Foto: Antara/Dokumen Pribadi)

Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri berbicara soal etika dan profesionalisme media massa di Indonesia. Dia mengingatkan agar media jangan seenaknya membuat konten berita hanya karena ingin banyak pembaca, tapi mengabaikan etika dan profesionalisme.

“Saya suka kesal, kesempatan ngomong sama wartawan. Di Bali, hati-hati ya, nggak ada yang nggak ngebelain gua. Ibu Mega bukan provokator, Ibu Mega nggak ngancem. Ini terbuka, fair. Jangan enak-enak untuk melariskan (berita), kami di-bully nggak jelas,” ujar Megawati ketika memberikan pengarahan dalam acara Peresmian Renovasi dan Revitalisasi Grand Inna Bali Beach,  di Bali, Senin (16/1/2023).

Topik profesionalisme media massa dan awak pers berkali-kali disinggung Mega terkait pemberitaan seputar HUT Ke-50 PDIP di Kemayoran, 10 Januari 2023 lalu.

“Kalau kemarin saya seperti dicap oleh media, yang ngomong wah Ibu Megawati mengeluarkan sepertinya menunjukkan kekuatannya. Saya memang kuat lho,” kata Mega.

Menurut dia, ada media massa yang mempermasalahkan perayaan itu seakan-akan PDIP sedang menunjukkan kekuasaan di depan Presiden Joko Widodo.

“Kadang wartawan saya bacain koran-korannya karena banyak wartawan, saya mau ngomong dong, masa saya dibilang (mau menunjukkan kekuatan). Tolong adik-adik wartawan ngerti politik juga ya. Partai politik saya ini kan memang terbesar di Indonesia, gimana sih, jangan dibolak-balik dong karena kami semua kerja keras,” katanya.

Dia mencontohkan kerja keras yang dimaksud, seperti bagaimana “memerahkan” Bali pada Pemilu 2024 sehingga bukan klaim semata, tapi hanya menunjukkan kerja keras PDIP.

“Nanti 2024 seluruh Bali kita ambil, sanggup nggak. Sanggup. Kadang-kadang deh yang namanya wartawan-wartawati, jangan ngompor-ngomporin orang, kerja sama aja yang baik. Saya enggak pernah ngomporin, diam-diam saja, kerja saja,” kata Megawati.

Megawati mengatakan dirinya bukan hendak meminta pujian dari media massa. Menurut Mega, yang diharapkan adalah kerja pers seharusnya dilaksanakan sesuai etika dan berbasis perspektif yang luas.

Sebagai contoh, sebelum menilai seorang Megawati seharusnya wartawan terlebih dahulu melakukan riset dan pendalaman atas dirinya, bagaimana misalnya Megawati pernah membawa Indonesia keluar dari ancaman krisis ekonomi dunia.

“Waktu itu posisi saya wapres, Indonesia kena kredit macet triliunan rupiah. Sampai aku bilang, Gusti Allah ngapain gua kalau dapat rezeki, rezekinya kayak ginian? Dan itu harus melalui hukum. Makanya wartawan buka-buka (informasi). Kemarin pidato saya katanya sombong,” ucapnya.

Padahal, menurut dia, sebenarnya hal itu karena ditanyakan CNBC dan pengamat ekonomi politik. Mereka mau memberikan penghargaan, dan Megawati menanyakan balik mengapa dirinya harus diberi penghargaan.

Megawati menyebut, dia tidak mau mendapatkan penghargaan yang diberikan begitu saja. Menurutnya,  yang membicarakan keberhasilan menyelesaikan krisis pun bukan dirinya sendiri tetapi para pengamat ekonomi politik luar negeri dan Chairman CT Corp Chairul Tanjung.

“Siapa yang ngomong gitu? Pak Chairul Tanjung. Supaya kalau tahu, tanya Pak Chairul Tanjung. Itu namanya kode etik jurnalistik, para wartawan yang saya sayangi. Jangan selalu pernyataan saya dipotong, di-bully,” kata Megawati.

Back to top button