Hangout

Ketahui Jenis-jenis Erupsi Gunung Berapi Berdasarkan Tingkat Kekuatan

Indonesia adalah negara salah satu negara yang memiliki jumlah gunung berapi yang cukup banyak, yaitu sebanyak 129 gunung dengan status aktif dan 500 gunung berapi dengan status tidak aktif.

Uniknya, ratusan gunung-gunung ini menyebar di seluruh wilayah di Indonesia, kecuali Kalimantan yang menjadi satu-satunya pulau yang tidak dilalui oleh sabuk gunung api.

Wilayah lain seperti Pulau Sumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara didominasi oleh gunung berapi yang bisa meletus kapan saja.

Erupsi gunung tidak terjadi secara mendadak dan selalu memunculkan tanda-tanda kepada masyarakat di lingkungan.

Warga yang bermukim di sekitarnya mungkin sudah tahu bahwa sebuah gunung berapi akan mengalami banyak proses sebelum terjadi letusan besar, mulai dari awan panas, gempa bumi, dan masih banyak lainnya.

Anda mungkin sudah paham tanda-tanda akan terjadinya erupsi gunung. Tapi tidak semua orang mengetahui jenis-jenis erupsi yang terjadi di sekitarnya.

Bagi yang tertarik dengan gunung berapi dan ingin mengetahui jenis erupsi dengan tingkat letusan yang besar, berikut jenis-jenis yang harus diketahui:

1. Erupsi Vulkanian

Jenis erupsi vulkanian (Photo: BPBD Provinsi NTB)
Jenis erupsi vulkanian (Photo: BPBD Provinsi NTB)

Letusan vulkanian adalah erupsi tingkat menengah yang levelnya berada di antara erupsi Strombolian dan Plinian.

Erupsi ini terjadi melibatkan lontaran awan abu tebal, aliran piroklastik, dan ledakan yang relatif kecil tapi kuat.

Namun letusan yang dihasilkan termasuk cukup berbahaya untuk seluruh makhluk hidup karena menghasilkan aliran gas, abu, dan bebatuan yang panas dan bergerak cepat.

Salah satu peristiwa erupsi vulkanian terbesar dalam sejarah adalah letusan Gunung Krakatau di Indonesia pada tahun 1883.

2. Hawaiian Eruption

Hawaiian Eruption
Hawaiian Eruption (Photo: University of Hawaiian System)

Erupsi Hawaiian merupakan letusan yang paling tidak eksplosif dari sepuluh jenis erupsi gunung berapi.

Erupsi ini memiliki ciri khas unik berupa lava pijar yang menyembur seperti air mancur yang diikuti dengan terbentuknya aliran lelehan lava di antara celah-celah gunung.

Nama letusan ini diambil dari karakteristik gunung-gunung yang ada di Hawaii yang memiliki ciri khas yang sama, seperti Gunung Mauna Loa, Mauna Kea, dan Kilauea.

3. Erupsi Strombolian

Detik-detik Gunung Agung mengalami erupsi strombolian
Detik-detik Gunung Agung mengalami erupsi strombolian (Photo: Antara News)

Jenis erupsi gunung berapi selanjutnya adalah letusan Strombolian yang diawali dengan ledakan yang sering dan mendorong pecahan lava dan gas vulkanik ke udara.

Biasanya letusan yang dihasilkan jenis ini akan menghasilkan air mancur lava pijar yang diberi nama sesuai dengan pulau vulkanik Stromboli di Italia.

Tingkat kerusakannya memang tidak separah erupsi Plinian, tapi tetap menimbulkan risiko berbahaya bagi penduduk dan infrastruktur di sekitarnya.

Salah satu contoh peristiwa erupsi strombolian yang pernah terjadi di dunia pada tahun 2018 lalu, saat Gunung Agung, Pulau Bali.

4. Icelandic Eruption

Icelandic Eruption
Icelandic Eruption (Photo: CNN)

Icelandic Eruption adalah jenis erupsi yang tidak terlalu besar karena tingkat emisi lava dan viskositasnya yang rendah.

Jenis erupsi yang satu ini sangat umum terjadi di pegunungan Islandia.

Salah satu ciri khas utama erupsi ini adalah menghasilkan pancuran lava yang tinggi ke udara.

5. Pelean Eruption

Proses terjadinya erupsi pelean
Proses terjadinya erupsi pelean (Photo: Britannica)

Erupsi Pelean adalah salah satu letusan gunung berapi yang cukup eksplosif dan menimbulkan kerusakan yang cukup besar.

Ciri khas letusan gunung ini menghasilkan emisi abu, batu apung, dan gas dalam jumlah besar.

Tingkat ledakan yang dihasilkan terhitung sangat dahsyat dan dapat menghasilkan aliran gas dan abu panas yang bergerak cepat dan menempuh jarak yang sangat jauh.

Nama letusan ini diambil dari letusan Gunung Pelee di Pulau Martinique di Karibia pada tahun 1902.

6. Plinian Eruption

Erupsi Plinian
Erupsi Plinian (Photo: Wikipedia)

Nama letusan ini diambil dari nama sejarawan Romawi, Pliny the Younger, yang berawal dari Letusan Gunung Vesuvius di tahun 79 M.

Letusan Plinian adalah salah satu jenis erupsi yang terjadi saat magma dan kandungan gas tinggi menyemburkan material letusan hingga mencapai stratosfer dan menyebabkan perubahan iklim secara global.

Letusannya berlangsung secara singkat, kurang dari 1 hari, beberapa hari hingga bulan.

Biasanya erupsi yang berlangsung lama ini terjadi saat volume magma yang dikeluarkan sangat besar hingga bagian atas reruntuhannya membentuk kaldera.

Abu letusan yang dikeluarkan bisa menjangkau ratusan kilometer dari pusat erupsi.

Salah satu peristiwa gunung yang pernah erupsi dengan jenis letusan ini adalah Gunung Krakatau di tahun 1883.

7. Surtseyan Eruptions

Surtseyan Eruptions
Surtseyan Eruptions (Photo: Geology In)

Erupsi surtseyan adalah peristiwa erupsi langka yang hanya terjadi di bawah air atau wilayah pesisir dangkal. 

Singkatnya, erupsi ini hanya terjadi pada gunung yang berlokasi di bawah air, seperti Gunung Krakatau.

Lokasinya yang berada di bawah air membuat erupsi ini menciptakan ledakan yang cukup dahsyat dan berdampak kerusakan pada lingkungan sekitarnya.

Bahkan tak sedikit dari peristiwa erupsi surtseyan bisa menciptakan pulau-pulau baru di tengah lautan.

Salah satu contoh erupsi Surtseyan yang pernah terjadi ketika Gunung Api bawah laut Surtsey di lepas pantai Islandia yang meletus pada tahun 1963 dan 1965.

Di tahun 2018, anak Gunung Krakatau juga sempat mengalami erupsi berjenis ini, namun tidak menimbulkan dampak yang terlalu besar untuk lingkungan sekitarnya.

8. Phreatomagmatic Eruptions

Phreatomagmatic Eruptions
Phreatomagmatic Eruptions (Photo: Science Direct)

Phreatomagmatic adalah erupsi yang terjadi saat magma bersentuhan dengan air, baik air dari danah, laut, atau air tanah.

Erupsi ini menyebabkan terjadinya penguapan air secara tiba-tiba yang mendorong fragmentasi magma untuk meletus dan menciptakan campuran abu vulkanik, uap, dan gas.

Erupsi ini terhitung sangat berbahaya karena bisa menghasilkan ledakan yang besar dan memicu tsunami besar.

Salah satu peristiwa gunung meletus dengan jenis erupsi ini terjadi di Gunung Agung tahun 1963.

9. Submarine Eruptions

Submarine Eruptions
Submarine Eruptions (Photo: Volcano World)

Submarine Eruptions atau letusan bawah laut hampir sama seperti surtseyan erupsi.

Namun letusan ini hanya terjadi ketika batas lempeng tektonik dan titik panas gunung berapi bertemu dan menghasilkan ledakan yang bersifat eksplosif.

Letusan yang dihasilkan memang besar, tapi tidak sebesar surtseyan yang menghasilkan pulau baru di tengah lautan

Erupsi bawah laut ini hanya bisa menciptakan formasi dasar laut baru atau membuat gunung berapi baru di bawah laut.

10. Hydrothermal Eruptions

Hydrothermal Eruptions
Hydrothermal Eruptions (Photo: ResearchGate)

Letusan hidrotermal biasanya terjadi oleh sirkulasi air panas dan uap melalui kerak bumi.

Tingkat letusan yang dihasilkan memang tidak sekeras jenis erupsi lainnya, tapi hidrotermal tetap bisa menghasilkan kerusakan yang cukup besar bagi lingkungan sekitarnya.

Salah satu ciri khas erupsi ini adalah mengeluarkan air panas, lumpur, uap, dan pecahan bebatauan mencapai ketinggian 2 km.

.

.

Baca berita dan artikel menarik lain Inilah.com di Google News.

Back to top button