Hangout

Keracunan Makanan? Lakukan 7 Hal Ini Untuk Pertolongan Pertama

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cimahi, Jawa Barat, menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) atas kasus keracunan massal terhadap 300 orang di kelurahan Padasuka, Cimahi. 300 dari 350 peserta mengalami keracunan, setelah mengonsumsi makanan nasi kotak di acara reses anggota DPRD Kota Cimahi.

Polisi turun tangan mengusut kasus keracunan ini dengan memeriksa saksi-saksi, termasuk dari pihak katering. Sementara sampel makanan telah dikirimkan ke Labkesda Provinsi Jawa Barat, untuk mengetahui apakah makanan mengandung bakteri atau zat kimia yang tercampur ke makanan.

Dinkes Kota Cimahi menyebutkan, warga keracunan mengalami keluhan mual, muntah, perut melilit, dan diare. Sebagian warga sudah ada yang pulang dan rawat jalan, sedangkan sebagiannya harus dirawat di rumah sakit.

Penyebab Keracunan Makanan

Dikutip dari laman Halodoc, keracunan makanan adalah segala gejala yang timbul akibat makanan yang terkontaminasi. Makanan tercemar dapat mengandung organisme infeksius berupa bakteri, virus, maupun parasit atau toksin yang dihasilkan oleh organisme tertentu.

Organisme infeksius atau toksin dapat tercampur dan merusak makanan makanan pada segala titik dari mulai proses, produksi atau distribusi suatu makanan.

Berikut organisme penyebab keracunan pada makanan:

1. Bakteri dan Virus

Bakteri dan virus adalah penyebab paling umum keracunan makanan. Gejala dan tingkat keparahan keracunan makanan bervariasi,  bergantung pada bakteri atau virus mana yang telah mencemari makanan tersebut.

2. Parasit

Parasit adalah organisme yang memperoleh makanan dan perlindungan dari organisme hidup lainnya yang dikenal sebagai inang. Di Amerika Serikat, parasit bawaan makanan yang paling umum adalah protozoa, cacing gelang, dan cacing pita.

3. Jamur, Toksin, dan Kontaminan

Sebagian besar keracunan makanan disebabkan bakteri, virus, dan parasit daripada zat beracun dalam makanan. Namun, beberapa kasus keracunan makanan dapat dikaitkan dengan racun alami atau racun kimia tambahan.

4. Alergen

Alergi makanan adalah respons abnormal terhadap makanan yang dipicu sistem kekebalan tubuh. Beberapa makanan, seperti kacang-kacangan, susu, telur, ikan, kerang krustasea, kacang pohon, kacang tanah, gandum atau kedelai, dapat menyebabkan reaksi alergi pada orang dengan alergi makanan.

Gejala Umum Keracunan Makanan

Beijing,china - inilah.com
Ilustrasi sakit perut akibat keracunan makanan (Foto: Gettyimages)

Umumnya, kuman penyebab keracunan membutuhkan waktu lama untuk berkembang biak di dalam tubuh. Akibatnya, terkadang gejala tidak langsung muncul dan penyakit ini sulit dideteksi sejak dini.

Meski begitu, beberapa gejala keracunan makanan yang umum terjadi dan memerlukan pertolongan pertama adalah sebagai berikut:

  • Mual dan muntah
  • Diare, kemungkinan disertai darah jika penyebabnya adalah bakteri EHEC atau Campylobacter
  • Dehidrasi
  • Nyeri kepala
  • Nyeri dan kram perut, biasanya terjadi 12–72 jam setelah makan

Dikutip dari laman Siloam Hospital, penderita keracunan makanan sebaiknya segera ditangani dokter untuk mendapat pengobatan medis dengan tepat. Namun, sebelum sampai ke rumah sakit, lakukan pertolongan pertama keracunan makanan untuk meredakan gejalanya:

1. Minum air mineral atau cairan elektrolit

Orang yang keracunan makanan biasanya akan mengalami gejala mual dan muntah serta diare, yang muncul dalam 6–48 jam setelah makan. Apabila gejala berlangsung dalam waktu yang lama, berisiko menyebabkan tubuh mengalami dehidrasi.

Maka dari itu, penderita disarankan untuk tetap mengonsumsi air mineral atau cairan elektrolit sedikit demi sedikit guna menjaga keseimbangan cairan tubuhnya. Air juga berguna untuk membuang racun di dalam tubuh.

2. Muntah dalam posisi yang tepat

Hindari posisi berbaring apabila gejala mual dan muntah masih berlanjut. Penderita disarankan untuk duduk dalam posisi tegak. Ini bertujuan untuk mencegah muntah masuk ke dalam saluran pernapasan yang berisiko menyebabkan penderita mengalami gangguan pernapasan.

Lalu, pada saat muntah, posisikan kepala sedikit menunduk agar makanan tidak kembali turun ke tenggorokan untuk mencegah risiko tersedak.

3. Batasi asupan makanan

Batasi asupan makanan hingga gejala keracunan mereda. Setelah itu, penderita disarankan untuk makan makanan rendah lemak yang mudah dicerna, seperti pisang, madu, bubur, dan kentang. Hindari minuman beralkohol, kafein, susu, makanan pedas, berminyak, atau makanan dan minuman asam untuk sementara waktu karena berisiko memperburuk gejala keracunan.

4. Minum Air Jahe

Homemade Ginger Tea - inilah.com
Minum air jahe jika keracunan (Foto: Gettyimages)

Pertolongan pertama keracunan makanan basi atau makanan tidak higienis juga bisa dilakukan dengan minum air jahe. Air jahe diketahui dapat membantu meredakan gejala keracunan seperti mual dan nyeri perut. Selain itu, air rebusan jahe juga dapat memberi efek menenangkan pada saluran pencernaan sehingga cukup baik dikonsumsi penderita gangguan pencernaan lainnya.

5. Jangan minum Obat Tanpa Resep Dokter

Muntah dan diare akibat keracunan makanan merupakan proses alami tubuh untuk mengeluarkan racun dari saluran pencernaan. Ketika sedang mengalami kondisi ini, sebaiknya hindari meminum obat antidiare tanpa resep dokter karena berpotensi memperburuk gejala keracunan.

6. Jangan langsung beraktivitas

Apabila gejala keracunan sudah mulai mereda, usahakan untuk tidak terburu-buru melakukan aktivitas. Penderita keracunan makanan disarankan beristirahat secara optimal guna memberikan waktu pada tubuh agar bisa pulih sepenuhnya.

7. Segera Periksa ke Dokter

Apabila gejala yang dialami penderita tak kunjung membaik, maka langkah selanjutnya yang paling efektif adalah mencari pertolongan medis. Penanganan dokter dibutuhkan dengan cepat jika penderita mengalami satu atau lebih dari gejala-gejala berikut ini:

  • Muntah berkelanjutan dan kesulitan untuk mengonsumsi makanan serta minuman
  • Muntah disertai darah atau BAB
  • Nyeri perut hebat
  • Diare tak kunjung berhenti setelah tiga hari
  • Mengalami gejala dehidrasi, seperti mulut kering, haus berlebihan, nyeri kepala, dan sulit BAB
  • Mengalami gejala neurologi seperti kesemutan, kelemahan otot, atau penglihatan kabur

Back to top button