Market

Kenaikan Suku Bunga Jadi Mimpi Buruk BUMN Karya

Tren kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) ditengarai jadi mimpi buruk bagi sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) karya alias sektor konstruksi. Menggunungnya utang jadi biang keroknya.

Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata melihat tekanan utang pada BUMN karya besar saat ini sangat mengkhawatirkan. “Ini terlihat dari memburuknya beberapa indikator, seperti indikator likuiditas, profitabilitas dan solvabilitas dari perusahaan-perusahaan tersebut,” katanya kepada Inilah.com di Jakarta, Senin (27/2/2023).

Terlebih, sambung Josua, tekanan kenaikan suku bunga, akibat naiknya suku bunga kebijakan BI. “Pada akhirnya, berdampak pada peningkatan beban bunga yang harus dibayarkan,” ujarnya.

Rapat Dewan Gubernur BI pada 15-16 Februari 2023 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%.

Berdasarkan laporan keuangan terakhir (kuartal III 2022), total utang alias liabilitas BUMN konstruksi yang tercatat di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencapai Rp214,15 triliun. Jumlah tersebut berasal dari empat BUMN Karya, yaitu:

  1. PT Waskita Karya Tbk (WSKT) sebesar Rp82,4 triliun
  2. PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) senilai Rp43,42 triliun
  3. PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) sejumlah Rp56,75 triliun
  4. PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) sebesar Rp31,58 triliun.

Khusus untuk PT Waskita Karya Tbk (WSKT), Josua melihat indikator lain yang cukup mengkhawatirkan, yakni aspek profitabilitas perusahaan yang terus mengalami kerugian operasi.

“Akibatnya, Interest Coverage Ratio, yakni rasio pendapatan sebelum pajak dan bunga dengan beban bunga, bernilai negatif dalam beberapa kuartal terakhir,” ungkap dia.

Hal tersebut, kata dia, mengindikasikan tidak ada pendapatan operasi perusahaan yang menutup beban bunga.

Terakhir, menurutnya, proporsi utang WSKT terhadap permodalan yang cukup tinggi. “Ini relatif lebih tinggi dari BUMN karya lain maupun perusahaan konstruksi lainnya, sehingga meningkatkan beban bunga perusahaan pada saat tren kenaikan suku bunga kebijakan seperti saat ini,” ungkap Josua.

Untuk diketahui, WSKT menunda pembayaran bunga obligasi berkelanjutan III tahap IV sebesar Rp2,3 triliun yang jatuh tempo pada 23 Februari.

Mengacu pada platform trading Indopremier Sekuritas, rasio utang atau Debt to Equity Ratio (DER) WSKT di level 4,71 kali berdasarkan kinerja keuangan 2022 yang disetahunkan. Bandingkan dengan PTPP 2,95 kali, dan WIKA 3,26 kali. Hanya ADHI yang lebih tinggi di level 5,17 kali.

Lebih jauh Josua melihat peningkatan beban BUMN karya merupakan dampak dari proyek-proyek sebelumnya, yang saat ini belum berhasil didivestasikan. “Menurut kami, salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah mempercepat divestasi aset-aset yang dimiliki oleh perusahaan konstruksi tersebut,” tuturnya.

Selain itu, kata dia, perusahaan-perusahaan konstruksi juga harus berhitung secara cermat dalam studi kelayakan proyek agar cost overrun tidak terjadi.

Di atas semua itu, Josua masih melihat besarnya peluang bisnis BUMN-BUMN konstruksi ke depan. Ini sejalan dengan masih tingginya alokasi dana pemerintah untuk pembangunan.

“Sebagai contoh, pembangunan Ibu Kota Negara baru di Kalimantan serta keberlanjutan pembangunan infrastruktur seperti jalan tol,” imbuhnya.

Back to top button