News

Jurnalis VOA Diminta Keluar saat Jokowi-Kamala Harris Lakukan Pertemuan Bilateral

Jurnalis Voice of America (VOA) Patsy Widakuswara mengalami kejadian kurang menyenangkan saat meliput pertemuan bilateral antara Presiden Joko Widodo dengan Wakil Presiden AS Kamala Harris, Rabu (6/9/2023). Wartawati yang berasal dari Indonesia ini diminta keluar oleh petugas usai bertanya dengan cara berteriak ke Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Patsy Widakuswara merupakan kepala biro Gedung Putih VOA yang datang ke Indonesia bersama rombongan delegasi Wapres AS Kamala Harris.

Dalam sebuah postingan di akun pribadinya di media sosial X (dulu Twitter), Patsy menceritakan kronologi insiden tersebut. Perempuan 49 tahun ini mengatakan usai kesempatan photo-spray atau acara foto di KTT ASEAN-AS pada Rabu kemarin, para wartawan kemudian digiring keluar lantaran diskusi dilakukan secara tertutup.

Saat digiring keluar, Patsy kemudian melontarkan dua pertanyaan untuk Wapres Kamala Harris dan Presiden Jokowi.

Kepada Harris, dia bertanya apakah AS hampir mencapai kesepakatan terkait nikel dengan Indonesia. Sementara kepada Jokowi dia melontarkan pertanyaan apakah Presiden RI itu kecewa karena Presiden AS Joe Biden memilih tak hadir di KTT ASEAN.

Namun usai meneriakkan dua pertanyaan itu, Patsy langsung diadang oleh petugas keamanan yang berjaga di dalam ruangan dan memintanya keluar.

Di luar ruangan, dia kemudian 'dikepung' oleh beberapa petugas, karena berteriak melontarkan pertanyaan. Petugas bahkan meminta nama Patsy dan melarangnya mengikuti rangkaian kegiatan lainnya di pertemuan itu.

“Mereka mengatakan saya dilarang mengikuti berbagai kegiatan. Mereka memblokir saya, mengadang, dan seorang petugas perempuan menyandarkan badannya ke saya,” tulis Patsy di akun X.

“Petugas itu bahkan sempat mengatakan sampai kiamat pun saya tidak akan mengizinkan dia masuk,” lanjut mantan jurnalis ANTV dan Metro TV itu.

Patsy menyebut meneriakkan pertanyaan seperti itu adalah hal yang lumrah dan sangat biasa di kalangan pers AS, meskipun ada saat-saat tertentu di mana melontarkan pertanyaan adalah hal yang kurang pantas.

“Setiap ada kesempatan untuk bertanya, memang harus digunakan. Kalau kita nurut, patuh, kepada instruksi kapan boleh nanya kapan tidak, itu berarti kita tidak menjalankan tugas sebagai wartawan. Itu berarti kita tunduk pada pemegang kekuasaan,” ujarnya.

Setelah delegasi AS dengan dibantu Duta Besar AS untuk Indonesia Sung Kim berusaha berdiskusi, Patsy akhirnya diizinkan masuk ke dalam ruangan. Dia juga diizinkan masuk setelah berjanji tidak akan berteriak maupun mengajukan pertanyaan selama pertemuan berlangsung.

Menanggapi insiden ini, Duta Besar RI untuk AS Rosan Roeslani mengaku menyesalkan kejadian itu. Dia menegaskan pemerintah RI menjunjung tinggi kebebasan pers, meski memang ada protokol tertentu untuk setiap acara.

“Kami menyesalkan insiden yang terjadi pada Patsy Widakuswara dan memahami kekhawatiran yang ditimbulkan, dan menekankan komitmen kami terhadap kebebasan pers yang dijamin dalam UUD Indonesia,” kata Dubes Rosan seperti dikutip dari VOA Indonesia.

“Fokus dalam acara foto yang dihadiri Patsy Widakuswara adalah untuk mendapatkan foto dalam waktu singkat, dan pertanyaan biasanya memang tidak ditanggapi. Acara itu terjadi sebelum pertemuan bilateral, bukan konferensi pers.”

“Teriakan dan suara nyaring menimbulkan kekhawatiran bagi pihak keamanan, yang berujung pada diambilnya keputusan untuk membatasi perilaku serupa, meskipun kami menghormati hak reporter untuk mengajukan pertanyaan,” imbuhnya.

Dubes Rosan juga memastikan insiden tersebut sudah ditangani di tempat dan Patsy telah diizinkan kembali ke ruangan pertemuan.

“Kami tetap berkomitmen untuk menjunjung kebebasan pers dan akan berusaha untuk mengklarifikasi dan mematuhi protokol masing-masing acara untuk mencegah kesalahpahaman atau gangguan di masa depan,” kata dia.

Back to top button