Hangout

Ini Gejala yang Muncul 10 Tahun Sebelum Serangan Jantung

Serangan jantung dikenal sebagai ‘silent killer‘ yang menjadi salah satu penyebab utama kematian mendadak. Serangan jantung sering terjadi tanpa peringatan. Namun, penelitian terbaru menunjukkan gejala serangan penyakit ini bisa dideteksi dan muncul 10 tahun sebelumnya.

Penyakit jantung dan masalah kardiovaskular lainnya masih menjadi pembunuh nomor satu di dunia. Berdasarkan catatan Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO), diperkirakan sebanyak 17,9 juta kematian setiap tahunnya disebabkan oleh masalah kardiovaskular. Angka ini setara dengan 32 persen kasus kematian secara global. Dari angka tersebut, sebanyak 85 persen di antaranya disebabkan oleh serangan jantung dan stroke.

Di Indonesia, prevalensi penyakit kardiovaskular seperti jantung dan stroke juga terus mengalami peningkatan dan menempati peringkat tertinggi penyebab kematian di Indonesia, terutama di usia produktif.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan prevalensi kardiovaskular meningkat dari 25,8 persen pada tahun 2013 menjadi 34,1 persen pada 2018. Secara spesifik, prevalensi penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia berada di angka 1,5 persen. Sebagian besar kasus terjadi di daerah perkotaan.

“Jika dilihat dari tempat tinggal, penduduk perkotaan lebih banyak menderita penyakit jantung dengan prevalensi 1,6 persen dibandingkan penduduk pedesaan yang hanya 1,3 persen,” ujar Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu, mengutip laman Sehat Negeriku Kemenkes.

Gejala angin duduk

Salah satu tanda dari serangan penyakit jantung adalah angina pectoris (angina) yang menyerang tubuh. Orang awam menyebut kondisi ini dengan sebutan angin duduk. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kondisi yang disebut angina pektoris dapat muncul satu dekade sebelum serangan jantung.

Angina pectoris adalah nyeri dada akibat penyakit jantung koroner. Angin duduk terjadi ketika otot jantung tidak mendapatkan suplai darah yang cukup, akibat penyempitan atau penyumbatan pada pembuluh darah arteri di jantung. Angina pectoris bisa terjadi kapan saja dan pada siapa saja.

Penyakit ini sering ditandai dengan tekanan, rasa berat, sesak, atau nyeri di dada, menurut Mayo Clinic. Jadi jangan anggap remeh rasa nyeri pada dada yang disertai sesak napas, mual, dan keringat berlebih.

Sementara American Heart Association (AHA) mengungkapkan ada empat jenis angina pektoris, yaitu angina stabil, angina tidak stabil, angina vasospastik atau varian, dan angina mikrovaskular.

Angina stabil biasanya terjadi ketika Anda memaksakan diri untuk beraktivitas, ketimbang meluangkan waktu untuk beristirahat. Salah satu contohnya adalah keluhan nyeri dada yang muncul saat berjalan menanjak atau dalam cuaca dingin.

Sementara angina tidak stabil kerap dikenal sebagai sindrom koroner akut memiliki gejala dan kondisi yang lebih parah. Rasa nyeri pada dada yang disebabkan oleh angina tidak stabil biasanya berlangsung lebih lama, yakni sekitar 30 menit dengan nyeri dada yang lebih susah dihilangkan.

Jenis angina vasospastik atau varian lebih jarang terjadi, biasanya muncul saat sedang beristirahat. Nyeri dada yang ditimbulkan bisa cukup parah. Bisa segera hilang dengan minum obat untuk mengatasi angin duduk.

Sedangkan angina mikrovaskular bisa menyebabkan nyeri dada lebih parah dan lebih lama. Kadang disertai dengan sesak napas, kesulitan tidur, kelelahan, dan kekurangan energi. Tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh jenis angin duduk yang satu ini bisanya akan mereda saat Anda duduk atau beristirahat.

Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam Journal of AHA menemukan bahwa angina pektoris dapat terjadi 10 tahun sebelum terjadinya serangan jantung. Penelitian ini dibantu oleh NIHR Applied Research Collaboration West Midlands yang menganalisis data dokter umum, rumah sakit, dan kematian antara 2002-2018, melibatkan lebih dari setengah juta orang dewasa tanpa riwayat nyeri dada atau penyakit kardiovaskular sebelumnya.

Temuan mengungkapkan bahwa pasien dengan nyeri dada yang tidak berhubungan memiliki risiko serangan jantung 15 persen lebih tinggi pada tahun pertama, dengan peningkatan risiko yang berkelanjutan selama 10 tahun setelah kunjungan pertama ke rumah sakit. Ditemukan juga bahwa obat penurun lipid hanya diberikan kepada 30 persen pasien dengan faktor risiko tertinggi untuk penyakit kardiovaskular.

Menurut para peneliti, mereka yang memiliki nyeri dada yang tidak dapat dijelaskan dan profil risiko tinggi harus diberi perhatian lebih untuk mengurangi risiko serangan jantung di masa depan.

Saat publikasi penelitian, Profesor Kelvin Jordan, pemimpin proyek dan Profesor Biostatistik di Fakultas Kedokteran Universitas Keele, mengatakan, nyeri dada adalah alasan umum untuk pergi dan menemui dokter umum. Ada banyak penyebab potensial dari rasa sakit ini dan seringkali pasien tidak menerima diagnosis khusus.

“Studi kami menunjukkan bahwa pasien ini lebih mungkin mengalami serangan jantung di masa depan daripada pasien yang diberi alasan non-jantung untuk nyeri dada mereka,” katanya mengutip ToI.

Informasi ini akan membantu dokter mengidentifikasi pasien dengan nyeri dada yang tidak dapat dijelaskan dan paling berisiko sehingga mereka mendapat pengobatan atau dukungan lebih lanjut serta lebih dini. Sehingga dapat mengurangi kemungkinan serangan jantung di masa mendatang.

Gejala umum serangan jantung

Menurut AHA, beberapa tanda peringatan umum dari serangan jantung meliputi ketidaknyamanan di dada, ketidaknyamanan di area tubuh bagian atas lainnya, sesak napas, mual, keringat dingin, pusing, cemas dan batuk mengin.

Bagaimana membedakan antara nyeri dada yang berhubungan dengan serangan jantung atau hanyalah gangguan pencernaan? Harvard Health Publishing menyatakan bahwa nyeri dada yang membakar yang dimulai di tulang dada juga bisa menjadi tanda sakit maag (GERD).

Masih menurut AHA, sebagian besar serangan jantung melibatkan rasa tidak nyaman di bagian tengah dada yang berlangsung lebih dari beberapa menit atau mungkin hilang dan kemudian kembali lagi. Ini bisa terasa seperti tekanan yang tidak nyaman, meremas, sesak atau sakit.

Meskipun kedua kondisi tersebut dapat memicu ketidaknyamanan nyeri dada, sulit untuk membedakannya. Saat itulah Anda harus memperhatikan gejala terkait lainnya. Mulas sering disertai dengan rasa sakit yang membakar di dada, rasa pahit atau asam di mulut, atau rasa sakit yang memburuk saat berbaring atau membungkuk.

Serangan jantung paling sering menimbulkan nyeri dada ringan disertai nyeri atau rasa tidak nyaman yang menjalar di rahang, leher, punggung, lengan, atau bahu disertai sesak napas. Namun, jika itu tidak cukup untuk membedakan keduanya, lakukan diagnosis melalui tes dan pemeriksaan jantung.

Sementara mengutip laman Center for Disease and Prevention Control (CDC) Amerika Serikat, ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan penyakit jantung. Mulai dari tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, diabetes, merokok dan paparan asap rokok, obesitas, pola makan tak seimbang, serta gaya hidup sedenter.

Masyarakat seyogianya diingatkan kembali akan ancaman nyata penyakit kardiovaskular serta dianjurkan untuk menghindari beberapa faktor risiko di atas. Selain menghindari paparan asap rokok, Anda juga bisa mengurangi asupan lemak jenuh dalam pola makan harian. Jangan lupa juga untuk rutin berolahraga atau beraktivitas fisik. [ikh]

Back to top button