Market

Impor Beras Jalan Terus, Food Estate Apa Kabar?

Kamis, 22 Des 2022 – 21:21 WIB

Proyek food estate terancam mangkrak, Jakarta, Selasa (29/11/2022). (Foto: Green Peace).

Ketua Umum Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi), Sutarto Alimoeso menilai food estate, bagus secara konsep. Namun implementasinya belum terlihat sampai kini.

“Awal-awal, food estate cukup gencar dan bagus konsepnya. Namun kini, engga jelas. Belum ada kabar yang menggembirakan dari food estate,” papar Sutarto kepada Inilah.com, Jakarta, Kamis (22/12/2022).

Selanjutnya, mantan Kepala Bulog (Kabulog) ini, menyayangkan perkembangan food estate yang terkesan ‘terbengkalai’. Padahal, kalau proyek itu berjalan, Indonesia akan jauh dari krisis pangan yang dikhawatirkan banyak negara. Selain itu, biaya membangun food estate cukup besar. Sayang kalau jadi proyek mangkrak.

“Kalau dijalankan betul-betul, mungkin bagus. Kita tidak perlu impor beras. Asalkan tanahnya juga cocok untuk menanam padi,” tuturnya.

Sutarto betul. Di akhir tahun ini, Perum Bulog mendapat izin impor sebanyak 500 ribu ton beras. Namun baru 200 ribu ton yang datang di akhir tahun ini. Langkah impor ini untuk meredam harga beras yang semakin liar kenaikannya di pasaran. selain, persediaan beras di Bulog terus menipis.

Pada 9 Juli 2020, Presiden Jokowi bersama Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, meninjau lokasi food estate di Desa Bentuk Jaya (Kabupaten Kapuas) dan Desa Belanti Siam (Pulang Pisau), Kalimantan Tengah.

Proyek food estate ini, termasuk salah satu Program Strategis Nasional (PSN) 2020-2024. Tujuannya mulia yakni membangun lumbung pangan nasional di lahan seluas 165.000 hektare (ha). Pada 2020 digarap 30.000 ha sebagai percontohan penerapan teknologi pertanian 4.0.

Saat itu, Presiden Jokowi menerangkan bahwa pembangunan food estate menjadi langkah nyata pemerintah dalam membangun lumbung pangan nasional. Mengantisipasi ancaman krisis pangan sebagaimana diingatkan FAO, dampak pandemi COVID-19.

Masih kata Sutarto, pemerintah seharusnya memberikan stimulus bagi milenial Indonesia untuk masuk sektor pertanian. Berikan anak muda Indonesia lahan gratis minimal 2 ha, sehingga akan terbentuk klaster-klaster pertanian secara alamiah di daerah.

“Bangun juga infrastrukturnya. Sehingga mekanisasi atau modernisasi sektor pertanian semakin mudah masuk. Saya kira, banyak anak muda potensial Indonesia yang akan tertarik jadi petani, kalau itu terjadi,” ungkapnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), petani di Indonesia dikuasai generasi X yang umurnya 41-56 tahun. Persentasenya mencapai 38,02 persen. Sedangkan petani dari generasi baby boomer (57-75 tahun) berada di posisi kedua dengan persentase 34,41 persen.

Posisi ketiga adalah petani dari generasi Y atau milenial (25-40 tahun) sebanyak 21,92 persen. Selanjutnya, petani dari generasi pre-boomer sebanyak 3,38 persen. Dan, petani dari generasi Z dan post-Z, masing-masing persentase 2,24 persen dan 0,02 persen.

Back to top button