Hangout

IDAI Ungkap Lonjakan Kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak Oktober 2022 Capai 131 Laporan

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menerima laporan adanya lonjakan kasus dari gagal ginjal akut pada anak di Indonesia. Data per 10 Oktober 2022 terhitung terdapat 131 laporan kasus yang diterima oleh IDAI mengenai kasus gagal ginjal akut pada anak Indonesia.

“Data yang dilaporkan sudah mencapai 131 kasus,” ujar dr.Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) sebagai Ketua Pengurus Pusat IDAI saat ditemui lewat zoom meeting, Jakarta, Selasa (11/10/2022).

Mungkin anda suka

Selain di Jakarta, kasus gagal ginjal akut pada anak yang masih misterius ini juga ditemukan di Surabaya dan Malang.

Sementara itu, dr. Risky Vitria Prasetyo,SpA(K) menjelaskan pada bulan Agustus 2022 hingga saat ini terdapat 10 kasus yang ditemukan Surabaya, sedangkan terdapat 7 sampai 8 kasus yang ditemukan di Malang.

Sejauh ini sudah 14 provinsi yang melaporkan kasus gagal ginjal akut. Berdasarkan data yang didapatkan oleh IDAI yang terkena gagal ginjal akut ini biasanya anak-anak di bawah 5 tahun. Namun, kasus di Jakarta ditemukan rata-rata anak-anak yang berusia 8 tahun yang terkena penyakit ini.

Gejala Gagal Ginjal Akut pada Anak

Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI, dr. Eka Laksmi Hidayati, SpA(K) menjelaskan penyakit gagal ginjal akut yang ditemukan berdasarkan data pasiennya mengalami gejala dari ringan sampai gejala berat.

“Diawali dengan gejala infeksi batuk, pilek, diare dan deman lalu tiga sampai lima hari mendadak tidak ada urine. Betul-betul hilang sama sekali,” ujar Eka.

Namun Ia menjelaskan bahwa anak-anak yang datang ke rumah sakit mengeluhkan kurangnya kadar urine saat buang air kecil. Umumnya, anak-anak yang terkena penyakit ini pada awalnya mereka memiliki ginjal yang normal hal ini juga di validasi oleh dr.Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K).

“Ginjal awal normal,” ujarnya.

Sejauh ini, IDAI sudah melakukan investigasi terhadap penyakit gagal ginjal akut yang masih misterius mulai dari swab pada saluran tenggorkan hingga swab rektal melalui anus namun masih belum menemukan virus yang konsisten.

“Dari investigasi belum ada konklusi dan belum ditemukan virus yang konsisten,” ujar Eka.

IDAI mengimbau agar orang tua tetap waspada dan memperhatikan kadar urine pada anak mereka. IDAI juga berharap agar Dinas Kesehatan memberikan data yang lebih akurat untuk mencari penyebab virus ini.

Back to top button