News

Heru Lamban dalam Pembauran Angkutan Umum dan Pengelolaan Angkutan Logistik

Pengamat perkotaan dari Universitas Trisakti, Yayat Supriyatna paham bahwa menyelesaikan kemacetan di Jakarta tidak bisa dilimpahkan sepenuhnya kepada Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono. Namun setidaknya, ia mendorong adanya sebuah gebrakan dari Heru untuk mengurangi padatnya lalu lintas, salah satunya percepatan pembauran atau pengintegrasian angkutan.

Ia memandang selama enam bulan menjabat, Heru belum terlihat bergerak cepat dalam program pengintegrasian angkutan umum. “Nah jadi pertanyaannya yang harus dilakukan, ya bagaimana cara mempercepat integrasi antara angkutan umum gitu kan, untuk pekerja ya kan,” imbuh dia saat dihubungi inilah.com di Jakarta, Minggu (9/4/2023).

Selain percepatan integrasi, Yayat juga menilai Heru perlu untuk mengatur arus pengiriman barang dalam Ibu Kota. Menurutnya penting bila kendaraan angkutan logistik diatur jam kerjanya. “Kemudian angkutan logistiknya itu bisa tidak diatur yang pengiriman barang bisa dilakukan pada siang hari saja, kalau pagi dilarang lewat di jam-jam tertentu,” sambungnya.

Yayat juga meminta Heru mengebut pengerjaan LRT, agar segera beroperasi. Di matanya, moda yang satu ini bisa menjadi solusi bagi pekerja Ibu Kota yang tinggal di wilayah Bekasi dan Cibubur. Bahkan, ia menyarankan saat beroperasi nanti ada baiknya digratiskan terlebih dulu, agar menarik minat masyarakat menggunakannya.

“(Karena) orang Bekasi itu paling banyak penumpang LRT-nya nanti dibandingkan orang Cibubur, nah segera saja kerja sama kan kesana. Harus ada percepatan, jadi PT Kereta apinya atau pengelola LRT itu di Jabodetabek dapat dukungan Pemdanya. Pokoknya dijamin dibuat ini bagaimana caranya supaya orang mau naik angkutan umum,” pungkasnya.

Dia menegaskan langkah-langkah tersebut harus segera Heru realisasikan. Mengingat saat ini rasio jalan di Jakarta masih sekitar delapan persen dari total wilayah, tidak seimbang dengan pertumbuhan kendaraan sebanyak 12 persen.

Di samping itu, sistem ganjil genap juga sudah tidak efektif. Karena masyarakat mengakalinya dengan memiliki dua kendaraan pribadi, yang bisa digunakan secara bergantian. Lalu kemudian, kondisi ini diperparah dengan penerapan sistem tilang elektronik, dan ditiadakannya sistem tilang manual.

“Terus selain pihak kepolisian tidak bisa menilang konvensional ya kan, jadi orang sekarang cuek bebek. Yang melawan arus juga, apalagi menjelang buka puasa sudah makin padat,” jelas Yayat.

Heru Jangan Plonga-Plongo

Kritikan soal kemacetan dilontarkan relawan Anies Baswedan, Reiza Patters. Ia mengatakan peringkat DKI Jakarta sebagai kota termacet di dunia meningkat usai ditinggal Anies Baswedan. Menurutnya, peringkat Jakarta sebagai kota termacet di dunia sempat turun ke urutan 46 pada tahun 2021, saat Anies Baswedan masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Namun, indeks kemacetan DKI Jakarta pada tahun 2022 kembali naik ke peringkat 29 berdasarkan lembaga pemeringkat lalu lintas kota dunia, TomTom International BV. Menanggapi hal tersebut, Reiza menyebut Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono tidak bisa berbuat banyak dan peduli dengan kondisi Jakarta. “Heru planga plongo aja, dan nggak peduli sama kondisi DKI,” ujar Reiza, dikutip dari akun Twitter pribadi pada Jumat (7/4/2023).

Reiza bahkan menyindir Heru yang dianggap hanya mondar-mandir menghadiri acara seremonial penghargaan dan sebagainya tapi tidak benar-benar tahu apa yang harus diperbuat. Selain itu, program-program yang dibuat oleh Heru juga terkesan asal-asalan dalam pembuatannya dengan prinsip yang penting beda dari Anies.

Oleh karena itu, tak heran jika hasil kerja Heru dianggap tidak maksimal, salah satunya naiknya peringkat Jakarta sebagai kota termacet di dunia. “Mondar mandir seremonial, tapi nggak tahu harus ngapain. Asal mangap untuk asal beda dengan Anies. Ujungnya begini!” ujar Reiza.

Back to top button