Market

BUMN Kompak Merugi, Target Dividen Tahun Ini Makin Berat

Tahun ini, Menteri BUMN Erick Thohir (Etho) ingin menggenjot setoran dividen BUMN lebih tinggi ketimbang 2022 yang mencapai Rp80 triliun. Jelas ini, bukan perkara mudah. Banyak BUMN yang berdarah-darah.

Di paruh pertama, sejumlah BUMN mencatatkan kerugian yang cukup membuat hancur Menteri Etho. Solusinya hanya satu. Benahi kinerja BUMN pelat merah. Kalau memang ada BUMN sakit, segera obati. Jika tak mempan, ya bubarkan saja.

“Saya tidak jemawa kita sudah cukup, sudah baik dengan dividen yang diberikan ke negara sepanjang sejarah Rp80,2 triliun dengan keuntungan Rp205 triliun. Cukup? Tidak, harus bagus lagi. Oknum-oknum kami proses,” kata Menteri Etho, Jakarta, dikutip Sabtu (5/8/2023).

Mengingatkan saja, Menteri Etho menargetkan dividen pada 2024 yang berasal dari kinerja 2023 dari BUMN yang go public, sebesar Rp53,7 triliun. Sedangkan BUMN yang berstatus privat Rp26,5 triliun. Sehingga total setoran dividen tahun depan mencapai Rp80,2 triliun.

Diakui Menteri Etho, target dividen tergolong berat, mengingatya itu tadi, masih banyak BUMN terbuka yang merugi.
Kementeriuan BUMN menargetkan pendapatan dari BUMN sebesar Rp3.000 triliun, EBITDA Rp600 triliun, dan laba bersih tembus Rp250 triliun.

Namun, begitu banyak BUMN terbuka yang keuangannya mengalami ‘pendarahan’ hebat. Sehingga harus mengalami tekor. Misalnya, PT Indofarma Tbk (INAF), PT Indofarma Tbk (INAF) mencatatkan kerugian yang lebih besar seiring anjloknya pendapatan di semester I-2023.

Detilnya, INAF mencatatkan penjualan bersih Rp363,96 miliar pada semester I-023, atau turun 36,59 persen dari Rp574,05 miliar pada semester I-2022.

Penurunan penjualan terjadi di sejumlah segmen bisnis. Di produk ethical atau obat resep, penjualan Indofarma turun menjadi Rp208,84 miliar per Juni 2023 dari sebelumnya Rp265,54 miliar. Penjualan alat kesehatan juga turun menjadi Rp16,94 miliar dari Rp149,79 miliar per Juni 2022.

Penjualan produk FMCG sebesar Rp84,76 miliar pada semester I/2023, turun dari Rp144,76 miliar per Juni 2022. Namun, penjualan vaksin naik menjadi Rp32,92 miliar dari sebelumnya Rp251,88 juta.

Sementara itu, beban pokok penjualan INAF tercatat Rp350,36 miliar per Juni 2023, turun dari sebelumnya Rp502,55 miliar. Laba bruto Indofarma pun anjlok menjadi Rp13,60 miliar dari Rp71,50 miliar per Juni 2022.

Dikurangi sejumlah beban, Indofarma membukukan rugi yang diatribusikan ke pemilik entitas induk Rp120,34 miliar pada semester I/2023. Rugi INAF membengkak dari sebelumnya Rp90,71 miliar.

Total aset INAF mencapai Rp1,55 triliun per Juni 2023, naik dari Rp1,53 trilin pada akhir 2022. Ekuitas minus Rp33,99 miliar, sedangkan liabilitas Rp1,59 triliun.

Sebut saja, PT Wijaya Karya (Persero/WIKA) Tbk, mencatatkan rugi bersih yang membengkak dari Rp13,32 miliar di semester I-2022, menjadi Rp1,8 triliun di semester I-2023.

Padahal, pendapatan BUMN Karya ini masih tumbuh selama periode tersebut. Karena banyak kontrak yang dicanangkan pemerintah.  Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2023, rugi bersih WIKA melonjak. Di mana, beban dari pendanaan meningkat dari Rp550,22 miliar menjadi Rp1,23 triliun di semester I-2023.

Terjadi kenaikan signifikan dari beban lain-lain yang tercatat Rp1,21 triliun di semester I-2023, atau meningkat 211,8 persen ketimbang semester I-2022 yang mencapai Rp391,02 miliar.

Selain itu, PT Garuda Indonesia (Persero?GIAA) Tbk, mengalami keuangan yang babak belur. Semester I-2023, maskapai pelat merah ini mereguk boncos hingga US$76,5 juta, atau Rp1,14 triliun (asumsi kurs Rp15.000/US$).

Padahal, pendapatan perseroan dikabarkan naik signifikan. Berdasarkan laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Garuda mencatat rugi yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar US$76,5 juta, atau berbalik rugi dari periode sama 2022 yang mencetak laba US$3,76 miliar.

Secara rinci berdasarkan segmen, pertumbuhan pendapatan perseroan ditopang oleh penerbangan berjadwal sebesar US$1,10 miliar, penerbangan tidak berjadwal sebesar US$142,45 juta, dan pendapatan lainnya sebesar US$151,37 juta.

Adapun, beban usaha GIAA terpantau naik tipis 4,06 persen yoy menjadi US$1,26 miliar, dibanding periode tahun sebelumnya sebesar US$1,21 miliar.

Back to top button