NewsMarket

Harus Utang Pun tak Apa Demi IKN, Sri Mulyani Sakiti Hati Rakyat

Pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang menganggap remeh masalah utang negara, jelas menyakiti hati rakyat.

Demikian disampaikan ekonom senior Prof Anthony Budiawan dalam perbincangan dengan INILAHCOM, Jakarta, Kamis (6/1/2022). “Ya, jelas menyakit hati rakyat. Tidak memiliki sense of nation. Sedikit-sedikit utang,” papar Anthony.

Menurut Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS) ini, pernyataan Sri Mulyani yang menggampangkan soal utang pemerintah, jelas tidak mencerminkan birokrat yang mumpuni. Seratus delapan puluh derajat dengan predikat menkeu terbaik yang sering diperoleh Sri Mulyani. “Itu bukan pernyataan orang yang terpelajar. Tidak pula mencerminkan menkeu terbaik sedunia yang pernah disandang Sri Mulyani,” tuturnya.

Saat mengunjungi Institut Teknologi Kalimantan, Balikpapan, Kalimantan Timur, Sri Mulyani menyebut, banyak masyarakat yang tidak paham dengan pengelolaan utang pemerintah.

Masyarakat hanya tahu jumlah utang negara yang terus bertambah. Tanpa mengetahui apa kegunaanya, selanjutnya mereka memberikan tanggapan negatif. “Banyak masyarakat dan mahasiswa atau dosen di kampus yang tidak tahu aset keuangan negara, banyak yang tahu hanya dari headline berita,” kata Sri Mulyani, Kamis, (6/1/2021).

Sri Mulyani mengatakan, setiap utang dan penarikan pajak dari masyarakat, selalu dicatat pemerintah. Dana tersebut digunakan untuk berbagai proyek pembangunan yang manfaatnya bisa dirasakan langsung oleh masyarakat.

Penarikan utang melalui surat berharga negara misalnya, digunakan pemerintah untuk membangun Ibu Kota Negara (IKN) baru di Kalimantan Timur. Duit dari utang juga bisa digunakan untuk membangun sekolah, membiayai sekolah anak-anak Indonesia ke luar negeri, menambah dosen-dosen berkualitas untuk menyiapkan sumber daya manusia unggulan.

Berbagai program tersebut nantinya akan kembali menghasilkan pendapatan negara. Kemudian akan digunakan kembali untuk membayar utang. “Itu adalah dari kita sendiri, sebagian dari utang yang nanti kita bayar lagi,” katanya.

 

 

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button