Ototekno

Gambar Buatan AI Kian Meresahkan, Seniman Bikin ‘Senjata’ Anti-Pemalsuan


Sebagai bagian upaya melindungi hak cipta karya seni dari penyalahgunaan oleh kecerdasan buatan (AI), para seniman berkolaborasi dengan peneliti universitas untuk mengembangkan solusi teknologi canggih. Paloma McClain, ilustrator asal Amerika Serikat, berinisiatif melindungi karyanya setelah mengetahui bahwa beberapa model AI dilatih menggunakan karya seninya tanpa pemberian kredit atau kompensasi.

Sebagai respons, McClain menggunakan software gratis bernama Glaze yang dikembangkan oleh peneliti di Universitas Chicago. Glaze bekerja dengan mengubah piksel pada karya digital sehingga tidak dapat dikenali oleh model AI, namun tetap tidak terlihat berbeda oleh mata manusia.

“Kami menyediakan alat teknis untuk membantu melindungi pencipta manusia dari model AI yang invasif dan abusif,” Profesor ilmu komputer Ben Zhao dari tim Glaze mengutip laman Japan Today, Selasa (26/12/2023). 

Teknologi ini dikembangkan dalam waktu empat bulan dan merupakan turunan dari teknologi yang digunakan untuk mengganggu sistem pengenalan wajah.

Selain Glaze, tim Zhao juga mengembangkan peningkatan bernama Nightshade yang bertujuan untuk membingungkan AI, seperti dengan membuat AI salah menginterpretasikan gambar anjing sebagai kucing. Nightshade diharapkan memberikan efek yang signifikan jika cukup banyak seniman menggunakan teknologi ini.

Startup Spawning telah mengembangkan software Kudurru yang mendeteksi upaya pencurian gambar dalam jumlah besar dari suatu situs online. Lebih dari seribu situs web telah terintegrasi ke dalam jaringan Kudurru.

Spawning juga meluncurkan haveibeentrained.com, sebuah situs web yang memungkinkan seniman mengetahui apakah karya mereka telah digunakan dalam model AI dan memungkinkan mereka untuk menolak penggunaan tersebut di masa depan.

Sejalan dengan perlindungan gambar, peneliti di Washington University di Missouri telah mengembangkan software AntiFake untuk mencegah AI meniru suara manusia. AntiFake menambahkan suara yang tidak terdengar oleh manusia pada rekaman digital, sehingga “mustahil untuk mensintesis suara manusia,” kata Zhiyuan Yu, peneliti di balik proyek ini.

Inisiatif-inisiatif ini menandai langkah penting dalam upaya memastikan penggunaan data dalam pengembangan AI dilakukan secara etis, dengan tujuan akhir adalah membangun kerangka kerja di mana semua data yang digunakan untuk pelatihan AI bersumber dari persetujuan dan kompensasi.

Back to top button