Pengaruh Irjen Ferdy Sambo diyakini masih sangat kuat, bukan hanya di internal Polri tetapi di institusi lain. Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Sugeng Teguh Santoso menyebut, sikap Komnas HAM dan Komnas Perempuan yang menyebut istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, mengalami pemerkosaan di Magelang menjadi salah satu indikasinya.
Sugeng menilai, narasi pemerkosaan atau pelecehan seksual yang dialami Putri Candrawathi terus dipertahankan pihak Ferdy Sambo bukan tanpa maksud. Pasalnya, apabila terdapat bukti telak istri eks Kadiv Propam Polri mengalami peristiwa tersebut bisa menjadi amunisi yang digunakan pada persidangan nantinya. Bahkan, Ferdy Sambo bisa lolos dari jerat perkara pembunuhan berencana dengan hukuman maksimal pidana mati.
“Saya lihat menguat strategi tersangka FS untuk berusaha meloloskan diri dari kasus pembunuhan berencana,” kata Sugeng, di Jakarta, Senin (5/9/2022).
Menurutnya, terbuka celah hukum yang bisa dimanfaatkan Ferdy Sambo dengan mengerahkan sejumlah institusi di luar Polri untuk lolos dari jeratan hukuman maksimal pasal 340 subsider 338 juncto 55 dan 56 kepada Ferdy Sambo. Komnas HAM dan Komnas Perempuan membuka jalan bagi sang jenderal itu.
“Komnas HAM dan Komnas Perempuan copy paste keterangan Ibu PC,” sambung dia.
Di sisi lain, Sugeng mengungkapkan gelagat Ferdy Sambo yang ingin meloloskan diri juga ditunjukkan dengan penolakan beberapa adegan saat rekonstruksi yang berdasarkan keterangan Bharada E atau Richard Eliezer Pudihang Lumiu. Hal ini menandakan Ferdy Sambo ingin mempertahankan skenario versinya untuk lolos dari jeratan hukum.
Sugeng menuturkan, indikasi kuatnya pengaruh Ferdy Sambo dalam proses pengusutan kasus pembunuhan Brigadir J ditandai dengan tak ditahannya Putri Candrawathi meski menyandang status tersangka. Kemudian narasi pelecehan seksual yang dialami Putri Candrawathi kembali mengudara meski laporan polisi terkait pelecehan seksual sudah dihentikan. “Ibu PC tidak ditahan dan bicara soal pelecehan seksual yang telah dihentikan versi Duren Tiga,” ujarnya.
