Market

Era Jokowi, Utang Indonesia ke China Melejit Rp303 Triliun

Kedekatan pemerintahan Jokowi dengan China atau Tiongkok, bukan rahasia lagi. Tergambar dari porsi utang ke China melejit. Hingga 2022, angkanya mencapai US$20,225 miliar, atau setara Rp303,375 triliun (kurs Rp15.000/US$).

Berdasarkan hasil kajian lembaga riset Center of Economic and Law Studies (Celios), Jakarta, Kamis (15/6/2023), ketergantungan Indonesia terhadap China, melonjak di era Jokowi. “Terjadi peningkatan kerja sama yang pesat berlangsung sejak pemerintahan Jokowi. Seiring meningkatnya kemitraan dengan China, muncul kekhawatiran dari publik karena kerja sama ekonomi Indonesia dinilai terlalu condong ke China. Sudah tidak dapat dipungkiri bahwa kini Cina merupakan mitra dagang dan investor terbesar Indonesia,” papar Direktur Celios, Bhima Yudhistira.

Mungkin anda suka

Pada 2021, misalnya, nilai ekspor Indonesia ke China mencapai US$63,63 miliar, atau setara Rp954,45 triliun. Sedangkan impor dari China meningkat hingga US$60,71 miliar, atau Rp910,65 triliun.

Di sektor investasi, berdasarkan data Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), China adakah penyumbang investasi terbesar bagi Indonesia sepanjang Oktober-Desember 2022.Nilainya mencapai US$3,0 miliar, setara Rp45 triliun. Posisi China menggeser Singapura.

Sedangkan terkait utang Indonesia terhadap China, Direktur Studi China-Indonesia Celios, Zulfikar Rakhmat memperkirakan jumlahnya akan terus menumpuk hingga di atas Rp303,375 triliun. Seiring masuknya proyek-proyek Belt and Road Initiative (BRI) yang dilanching Presiden China, Xi Jinping pada 2013.

“Angka itu (utang Indonesia) berpotensi meningkat karena masih ada beberapa investasi dan proyek yang sudah ditandatangani atau komitmennya sudah disampaikan kedua belah pihak, tapi belum terimplementasi,” ujar Zulfikar.

Salah satu mega proyek China di Indonesia yang masuk program BRI, adalah proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) yang berkali-kali mengalami pembengkakan biaya (cost overrrun). Awalnya diestimasikan US$5,13 miliar (Rp76,95 triliun), membengkak berkali-kali hingga menjadi US$8 miliar, atau setara Rp120 triliun. Bayangkan, proyek yang awalnya dihargai Rp76,95 triliun bengkak menjadi Rp120 triliun. Bengkaknya 36 persen.

Selain itu, pelaksanaan proyek yang selalu dibanggakan Presiden Jokowi ini, banyak dirundung masalah. Yang berdampak kepada molornya operasional sepur berkecepatan350 km/jam itu. Celakanya, proyek ini dibiayai dari utang China. “Sekarang mulai muncul kekhawatiran akan risiko gagal bayar. Ini akan memicu kerugian yang lebih besar di masa depan,” tuturnya.

Back to top button