Ototekno

Elon Musk Panaskan Konflik Hamas-Israel dengan Tweet Kontroversial

Miliarder teknologi Elon Musk menghadapi gelombang kemarahan publik setelah merekomendasikan dua akun Twitter atau X—yang satu dikenal karena menyebarluaskan informasi palsu dan yang lainnya memiliki catatan anti-Semit atau kebencian terhadap Yahudi—sebagai sumber informasi tepercaya terkait serangan terhadap Israel. Hal ni terjadi di tengah kondisi Israel yang sedang dilanda serangan paling mematikan dalam 50 tahun terakhir.

Musk, yang memiliki lebih dari 159 juta pengikut di Twitter, mengarahkan para pengikutnya untuk memantau akun @WarMonitors dan @sentdefender untuk informasi seputar konflik tersebut. Namun, netizen dengan cepat menunjukkan bahwa @WarMonitors telah berulang kali menggunakan kata ‘Yahudi’ sebagai bentuk pelecehan di platform.

post-cover

Pengamat dari Haaretz, koran Israel, Sam Sokol, menulis, “Akun yang direkomendasikan Musk untuk informasi tentang eskalasi Israel-Hamas adalah akun anti-Semit dengan sejarah menyebarkan informasi salah.”

Menambahkan ke daftar kontroversi ini, Sent Defender, akun lain yang disebutkan oleh Musk, juga memiliki riwayat memposting berita palsu. Emerson T. Brooking, seorang peneliti di Atlantic Council Digital Forensics Research Lab, menamakan @sentdefender sebagai “akun yang benar-benar beracun”.

Tidak lama setelah itu, Musk menghapus tweetnya dan menggantinya dengan versi yang direvisi, menghapus sebutan untuk kedua akun tersebut. Ia juga menegaskan bahwa ia akan mencabut rekomendasinya jika akun-akun tersebut tidak menggunakan kata-kata yang akurat dalam pelaporan mereka.

Kontroversi ini telah menambah kekhawatiran tentang peningkatan konten anti-Semit di platform Twitter, terutama sejak diakuisisi oleh Musk pada Oktober 2022. 

Organisasi anti-kebencian, Anti-Defamation League, telah mengecam Musk atas izinnya terhadap konten anti-Semit, meskipun ia sendiri telah menegaskan bahwa ia ‘melawan antisemitisme dalam bentuk apa pun’.

Meski Musk telah berupaya untuk memperbaiki kesalahan ini, insiden ini menunjukkan tantangan yang dihadapi oleh pemilik platform media sosial dalam menavigasi dunia informasi dan desinformasi, terutama dalam konteks konflik internasional yang kompleks dan emosional.

Back to top button