Market

Patok Bunga Tinggi SRBI, Kamrussamad Tuding BI Bikin Sulit Sektor Keuangan


Anggota Komisi XI DPR asal Fraksi Gerindra, Kamrussamad mengkritik keras kebijakan Bank Indonesia (BI) mematok imbal hasil tinggi untuk surat utang yang diterbitkannya, yakni Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

“Beberapa dampak buruk dilihat dari hal berikut. Pertama, SRBI menekan pasar obligasi, khususnya SBN (Surat Berharga Negara). Hal ini disebabkan SRBI menawarkan suku bunga yang lebih tinggi ketimbang SBN,” kata Kamrussamad, Jakarta, Sabtu (11/5/2024).

Kedua, kata dia, memicu defisitnya keuangan negara. Dalam jangka panjang, utang pemerintah berpeluang meningkat.

“Data menunjukkan, suku bunga SRBI ternor 6, 9 dan 12 bulan, mulai Januari hingga Mei 2024, serta suku bunga SUN, cukup jauh jaraknya. Di mana, suku bunga SUN 1 tahun bergerak di bawah suku bunga SRBI untuk seluruh tenor,” papar Kamrussamad.

Sebelum kenaikan suku bunga acuan, SRBI tenor 6 bulan, 9 bulan dan 12 bulan masing-masing di bawah 7 persen, sedangkan SUN sekitar 6,33 persen.

Setelah kenaikan BI rate menjadi 6,25 persen, suku bunga SRBI naik hingga menembus 7,53 persen pada 8 Mei 2024 untuk maturity 12 bulan, sedangkan SUN 1 tahun naik menjadi 6,73 persen.

“Dari data tersebut terlihat bahwa kebijakan BI menaikkan SRBI tidak efektif. Bahkan menekan perekonomian nasional dan dikhawatirkan berdampak buruk terhadap fundamental sektor riil.
 

Back to top button