News

Ratusan Warga Karawang Kecanduan Tramadol dan Heximer, Apa Efek Narkotika Jenis Ini?

Ratusan warga Desa Mulyajana, Kecamatan Kutawaluya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat kecanduan obat terlarang jenis heximer dan tramadol. Apa sebenarnya efek yang ditimbulkan dari obat yang tergolong narkotika ini?

Ratusan warga itu terdiri dari anak-anak Sekolah Dasar (SD) hingga lanjut usia. Obat terlarang itu diperjualbelikan secara bebas oleh bandar. Modus penjualan yakni dengan menawarkan obat-obat tersebut secara gratis. Bandar mengklaim obat-obatan tersebut mampu meningkatkan stamina dan semangat kerja, sehingga banyak masyarakat tertarik menggunakan obat golongan psikotropika itu.

Pada Mei lalu, Satuan Reserse Narkoba Polres Metro Jakarta Barat sempat menemukan gudang penyimpanan jutaan pil tramadol dan heximer di Kedoya, Jakarta Barat. Pengungkapan tersebut berawal dari hasil interogasi terhadap pelaku tawuran yang ditangkap beberapa waktu lalu.

Sebelumnya, pada Maret 2023, anak pedangdut Lilis Karlina yang masih berusia 15 tahun ditangkap dengan dugaan peredaran obat terlarang di daerah Purwakarta, Jawa Barat. Barang bukti yang diamankan berupa berupa 925 butir obat jenis Hexymer, 740 butir obat tramadol, dan 200 butir obat trihexyphenidyl. Polisi juga membekuk I (26) yang bekerjasama dengan pelaku anak di bawah umur itu untuk melakukan penjualan obat terlarang.

Mengenal Tramadol dan Heximer

Tramadol sebenarnya digunakan untuk meredakan nyeri sedang hingga parah pada orang dewasa dan anak-anak berusia 12 tahun atau lebih. Seperti setelah melakukan operasi atau terkena cedera serius. Tramadol termasuk dalam kelas obat yang disebut analgesik opiat (narkotika). Ini bekerja dengan mengubah cara otak dan sistem saraf merespons rasa sakit.

Organ yang paling sering terkena tramadol adalah sistem saraf pusat, neuromuskuler, dan gastrointestinal. Sistem kardiovaskular, sistem dermatologi, endokrin, genitourinari, dan sistem visual juga dipengaruhi oleh tramadol. Sementara efek samping yang paling umum adalah mual, pusing, sembelit, muntah, mengantuk, dan sakit kepala. Efek samping yang serius termasuk depresi pernapasan, yang dapat menyebabkan kematian.

Tramadol dikontraindikasikan pada pasien yang memiliki reaksi hipersensitivitas terhadap opioid apapun. Efek samping yang paling sering dirasakan pengguna obat ini adalah kehilangan energi akibat efek pelemahan dari obat ini. Tak jarang, pengguna obat ini merasa “diserap” energinya dan tidak berdaya.

Ketika tramadol digunakan pada anak-anak, ada laporan medis tentang timbulnya masalah pernapasan yang serius dan mengancam jiwa seperti lambat atau sulit bernapas dan bisa mengakibatkan kematian. Tramadol tidak boleh digunakan untuk mengobati rasa sakit pada anak di bawah usia 12 tahun atau untuk menghilangkan rasa sakit setelah operasi pengangkatan amandel dan/atau kelenjar gondok pada anak di bawah usia 18 tahun.

Tramadol juga tidak boleh digunakan pada anak usia 12 sampai 18 tahun yang mengalami obesitas atau yang memiliki penyakit neuromuskuler (penyakit yang mempengaruhi saraf yang mengontrol otot sadar), penyakit paru-paru, atau apnea tidur obstruktif (kondisi di mana jalan napas menjadi tersumbat atau menyempit dan pernapasan berhenti untuk waktu yang singkat selama tidur) karena kondisi ini dapat meningkatkan risiko masalah pernapasan.

Karena tramadol dapat menyebabkan depresi pernapasan, pasien dengan riwayat depresi pernapasan berat, atau asma bronkial dengan tidak adanya peralatan yang diperlukan, sebaiknya menghindari penggunaan tramadol. Pasien yang menggunakan antidepresan trisiklik juga tidak boleh mengonsumsi tramadol. Begitu pula orang yang mengalami obstruksi saluran pencernaan (Gl) sebaiknya tidak menggunakan tramadol.

Karena potensi efek samping dari depresi pernapasan, pasien tidak boleh menggunakan alkohol, benzodiazepin, atau depresan sistem saraf pusat (SSP) lainnya pada waktu yang bersamaan. Penggunaan bersamaan obat ini dapat memperburuk depresi pernafasan dan dapat menyebabkan koma dan kematian. Karena tramadol dimetabolisme di hati, penggunaan bersamaan dengan obat lain yang menjalani metabolisme di hati harus dihindari. Menggunakan obat lain yang dimetabolisme oleh enzim ini juga dapat menimbulkan efek samping.

Sementara Heximer atau nama lainnya trihexyphenidyl adalah obat antikolinergik, yaitu bekerja dengan cara memblokir zat alami tertentu. Obat ini membantu mengurangi otot yang kaku, produksi keringat dan air liur yang berlebihan, dan meningkatkan kemampuan berjalan pada pengidap penyakit parkinson.

Obat-obatan antikolinergik juga mampu menghentikan kejang. Seperti kejang otot di bagian punggung, leher, dan kejang di bagian mata karena pengaruh obat psikiatri. Obat ini juga dapat berguna untuk mencegah atau mengobati kondisi otot serupa seperti efek samping ekstrapiramidal (EPS), yang disebabkan oleh obat antipsikotik generasi pertama seperti fluphenazine, haloperidol, dan chlorpromazine.

Adapun efek samping ditimbulkan, antara lain kepala pusing, penglihatan kabur, muncul kecemasan, jantung berdebar, hingga gangguan pada sistem pernapasan. Kandungan Trihexy ini juga dapat menyebabkan gejala serius lain jika terus menerus dikonsumsi karena juga dapat berpengaruh terhadap sistem pencernaan. Oleh sebab itu, penggunaan obat ini juga tak boleh sembarangan dan tidak boleh dijual secara bebas.

Hexymer termasuk dalam psikotropika golongan IV yang peredarannya memerlukan resep dokter dan ditandai dengan lambang merah. Obat yang mengandung bahan kimia trihexyphenidyl hydrochloride itu merupakan obat depresi.

Pada tahun 2008, ada laporan bahwa polisi dan tentara Irak menggunakan trihexyphenidyl untuk tujuan rekreasi dan obat resep lainnya. Dilaporkan bahwa obat-obatan tersebut diminum karena tampaknya dapat meredakan stres akibat perang.

Back to top button