News

Dua Ledakan Guncang Yerusalem, Tewaskan Warga Israel, Lukai 18 Lainnya

Dua bom meledak di halte bus pinggiran Yerusalem, Rabu (23/11) lalu, menewaskan seorang anak laki-laki Israel berusia 16 tahun dan melukai sedikitnya 18 orang lainnya. Ledakan berturutan itu terjadi pada pagi hari yang sibuk, bertenggang waktu sekitar 30 menit.

Menurut polisi Israel, ledakan pertama disebabkan oleh bahan peledak yang ditempatkan di dalam koper di terminal bus yang penuh sesak dengan penumpang dan tentara. Daerah itu segera ditutup segera setelah ledakan, dengan penyebaran polisi yang masif ke seluruh kota. Pintu masuk utama ke Yerusalem ditutup, seiring perburuan yang diluncurkan untuk mencari pelaku. Polisi belum menerima peringatan atau pernyataan apapun terkait serangan itu.

Sementara dinas keamanan Israel mengatakan mereka tidak tahu siapa yang melakukan pengeboman, seorang sumber ArabNews mengatakan operasi itu dilakukan oleh Brigade Martir Al-Aqsa, sayap militer gerakan Fatah. Lembaga keamanan percaya bahwa pelaku membawa ID biru Israel, yang memungkinkan mereka masuk ke Yerusalem barat.

Anggota parlemen, seorang ultra-nasionalis Israel, Itamar Ben-Gvir, salah satu kemungkinan yang akan menjadi mitra koalisi Benjamin Netanyahu, menuntut tindakan keras dari apparat keamanan. Ia memaksa pasukan keamanan Israel untuk menggeledah dari rumah ke rumah, mencari senjata yang disembunyikan, demi memulihkan kondisi keamanan.

Sejauh ini, belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Juru Bicara Hamas, Abdulatif Al-Qanoun, mengatakan organisasi itu, “Memberkati operasi tersebut, mengingat hal itu dilakukan dalam kerangka tanggapan terhadap penyerbuan Masjid Al-Aqsa oleh Yahudi, serta upaya peyahudian yang terus dilakukan Israel.

“Ini adalah hasil dari kejahatan tentara pendudukan dan para pemukim Yahudi terhadap rakyat kami dan Al-Aqsa. Ini menegaskan kembali dengan bukti konklusif bahwa operasi yang lebih heroiklah yang akan melawan terorisme Israel dengan berbagai cara,”kata dia.

Al-Qanoun mengatakan bahwa pendudukan Israel sekarang, “menuai akibat kejahatan dan agresinya terhadap rakyat kami dan Masjid Al-Aqsa. Kemarahan Al-Aqsha akan meledak dan menyebar ke seluruh wilayah.”

Tariq Ezzedine, juru bicara gerakan Jihad Islam, mengatakan serangan itu mengirim pesan kepada para pemimpin Israel dan pemukim Yahudi bahwa, “Semua kebijakan kriminal pemerintah Anda tidak akan melindungi Anda dari pukulan perlawanan rakyat Palestina.”

Tiga puluh warga Israel telah dibunuh oleh warga Palestina sejak awal tahun, sementara tentara Israel telah membunuh 148 warga Palestina di Tepi Barat dan 52 di Jalur Gaza.

Ketegangan meningkat di kota Jenin di Tepi Barat utara, akibat pengerahan besar-besaran polisi Israel, setelah orang-orang bersenjata dari Brigade Jenin mengambil tubuh seorang Druze muda dari Haifa yang meninggal pada Selasa malam dalam sebuah kecelakaan lalu lintas di kota itu.

Mereka menuntut untuk menukar tubuhnya dengan mayat warga Palestina yang dibunuh oleh tentara Israel yang masih menahan jenazah mereka. Tiran Fero, seorang Druze Israel, terlibat dalam “kecelakaan jalan yang serius” di Tepi Barat utara, kata militer Israel.

Seorang pejabat keamanan Israel mengatakan, pertukaran seperti itu tidak akan terjadi. Perdana Menteri Israel Yair Lapid mengatakan: “Jika tubuh Tiran tidak dikembalikan, para penculik akan membayar harga yang mahal.”

Sumber-sumber PBB mengkonfirmasi kepada Arab News bahwa utusan PBB untuk proses perdamaian Timur Tengah, Tor Wennesland, dan Otoritas Palestina berusaha meredakan situasi. Namun, belum ada kemajuan dalam upaya pemulihan jenazah Fero.

Mantan menteri Israel, Ayoub Kara, mengatakan dia sedang dalam pembicaraan dengan para pejabat di negara-negara Teluk untuk menekan Otoritas Palestina agar bergerak cepat untuk mengembalikan mayat itu. Sumber militer Israel mengatakan bahwa tentara sedang bersiap-siap untuk kemungkinan menyerbu kamp Jenin untuk mengambil mayat Fero.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan kematian Ahmed Shehadeh, 16, yang meninggal setelah peluru yang ditembakkan oleh tentara Israel, yang menembus jantungnya selama penyerbuan Nablus pada Selasa malam.

Sejumlah besar pasukan, disertai dengan buldoser, menyerbu wilayah timur Nablus sebagai persiapan untuk kunjungan pemukim Yahudi ke Makam Joseph. Ini menyebabkan bentrokan hebat di mana pasukan Israel melepaskan tembakan dan menggunakan granat kejut dan gas air mata untuk memprotes warga Palestina. Tiga orang terluka.

Kementerian Luar Negeri Palestina mengutuk pembunuhan Shehadeh, menyebutnya sebagai perpanjangan dari serangkaian pembunuhan di luar proses hukum dan bagian integral dari penargetan Israel terhadap anak-anak Palestina.

Eyal Alima, seorang analis militer Israel, mengatakan kepada Arab News bahwa pemboman di Yerusalem merupakan kegagalan dinas keamanan Israel untuk mengantisipasi dan mencegahnya. “Saya tidak berpikir bahwa itu merupakan indikasi kembalinya operasi pengeboman skala besar, seperti yang terjadi selama intifada kedua karena tentara Israel menguasai tanah di Tepi Barat dan Yerusalem, dan tidak ada struktur militer organisasi Palestina yang memungkinkan mereka membuat bom dan mengirim pesawat pengebom ke Israel.”

Alima menggambarkan situasi di Tepi Barat tengah menuju eskalasi kekerasan, terutama jika tentara Israel melancarkan operasi militer di kamp Jenin untuk mengambil mayat pemuda Druze itu. [Arab News]

Back to top button