News

DPR Minta Dirjen Imigrasi Perketat Pengawasan Wisman di Bali

Anggota Komisi III DPR I Wayan Sudirta meminta kepada Dirjen Imigrasi Kemenkumham Silmy Karim melakukan upaya pengawasan ketat terhadap wisatawan asing yang masuk ke Bali. Sebab saat ini keberdaan Warga Negara Asing (WNA) di Balik membuat resah atas penyimpangan mereka.

Menurut Wayan selama ini pengawasan yang dilakukan oleh pihak Imigrasi masih belum menyeluruh. Sehingga banyak wisatawan asing yang akhirnya membuat keonaran di wilayah Bali.

Mungkin anda suka

“Oleh karena itu, dengan pak Dirjen yang baru saya bersemangat sekarang bapak ini bukan orang sembarangan loh ditempatkan disana,” ujar Wayan saat RDP dengan Dirjen Imigrasi Kemenkumham di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (21/6/2023).

Dia menjelaskan selama ini warga Bali terus berupaya menjaga budaya ditengah gempuran budaya asing yang masuk lewat para wisatawan mancanegara.

Namun dengan banyaknya kasus wisatawan asing membuat warga Bali merasa dilecehkan. Bahkan warga Bali sudah berkorban banyak karena pendapatnya atau devisa yang masuk diambil oleh pemerintah pusat.

“Bisa jadi ini hikmah yang baik buat wilayah Bali. Pak Dirjen jika pariwisata di Bali itu disebut sebagai pariwisata budaya itu ada maksud, boleh datangkan pariwisata tapi untuk memperkuat budaya bukan sebaliknya,” sambungnya.

Legislator fraksi PDIP ini pun menawarkan supaya pihak imigrasi membuat sebuah kerja sama, agar DPR dapat mengawasi hal ini. “Kalau perlu bikin satgas pak. Kita bantu sebagai mitra kami akan bekerja sama,” tandasnya.

Selain itu, ia juga mengingatkan Silmy soal dampak besar yang akan terjadi jika persoalan ini tidak diselesaikan. Bahkan saat ini sudah mulai terjadi pembatasan dari warga Bali untuk seluruh wisatawan yang masuk.

“Jika sekarang orang Bali sudah mulai melarang termasuk wisman nusantara naik gunung, ini kan sudah lampu merah. Karena mereka sudah tidak mengerti birokrasi, mereka tidak mampu memberdayakan hukum yang berlaku, akhirnya mereka menyuarakan tidak boleh lagi naik gunung,” bebernya.

“Kalau lain kali ancamannya lebih keras tentu mereka akan menolak pariwisata. Ini kan fatal karena devisa kita cukup besar dari pariwisata. Maka jangan sampai kita terlambat karena penyesalan itu selalu datang terlambat,” tutup Wayan.

Back to top button