Ototekno

Dirgayuza Setiawan Ungkap Praktik dan Etika Penggunaan AI dalam Penulisan


Dirgayuza Setiawan, Penulis buku “100 Ide untuk Presiden dan DPR Baru,” berbagi pemahaman tentang praktik dan etika penggunaan kecerdasan buatan (AI ) dalam penulisan menjelang workshop Future Stories AI yang akan diselenggarakan pada 30-31 Mei 2024 mendatang. Tokoh intelektual muda itu menguraikan tantangan dan solusi terkait penggunaan AI dalam menciptakan konten yang berkualitas dan etis.

Dirgayuza yang sejak tahun 2015 berkecimpung dalam bidang AI dan Big data, menjelaskan bahwa teknologi ini kini semakin marak dan mudah diakses oleh publik. 

Menurutnya, kemampuan memanfaatkan AI akan menjadi tolak ukur baru dalam menilai kompetensi manusia. 

“Keterampilan dasar seperti menggunakan laptop, Excel, dan Word tidak lagi cukup. Ke depan, manusia akan dinilai dari kemampuannya memanfaatkan AI,” ujarnya kepada inilah.com, Jumat (24/5/2024).

Pemanfaatan Kecerdasan Buatan dalam Hubungan Indonesia-Australia

Dalam konteks hubungan Indonesia-Australia, Direktur Pengembangan dan Pengendalian Usaha ID Food tersebut menekankan pentingnya memanfaatkan AI, termasuk dalam bidang pendidikan. 

“Hubungan Indonesia dengan Australia sangat penting, terutama dalam bidang pendidikan. Pemerintah Australia dan lembaga bantuan nonpemerintah terus menyediakan ilmu pengetahuan dan pengembangan sumber daya manusia,” katanya.

Teknik dan Etika Penulisan dengan AI

Alumnus University of Melbourne dan Oxford University itu akan membahas teknik dan etika penulisan dengan AI dalam workshop mendatang. 

Ia menyoroti tantangan utama dalam penggunaan AI untuk penceritaan, terutama dalam aspek historis dan etis. 

“Tantangan dalam penggunaan AI untuk penceritaan termasuk masalah atribusi dan sitasi. Kita perlu memastikan bahwa teks yang dihasilkan oleh AI memiliki atribusi yang jelas, apakah diciptakan oleh pengguna atau AI itu sendiri,” jelasnya.

Pada awalnya, ia mencontohkan penerjemahan dokumen dilakukan secara manual. 

Namun, dengan adanya fitur auto translate, proses ini menjadi lebih mudah dan cepat. Dirgayuza menekankan pentingnya memahami fitur-fitur AI yang tersedia untuk pemanfaatan yang efektif. 

“Untuk bisa memanfaatkan AI secara efektif, kita harus mengenal fitur-fiturnya dan mempelajari cara menggunakannya, baik melalui membaca maupun menonton video tutorial di YouTube,” tambahnya.

Etika Penggunaan AI dalam Penulisan Konten

Ada tiga isu etika utama yang harus diperhatikan dalam penggunaan AI untuk menulis konten. 

Pertama, soal atribusi, yaitu memastikan teks yang dihasilkan AI memiliki atribusi yang jelas. 

Kedua, soal disclaimer dan atribusi, di mana perlu mencantumkan AI sebagai editor atau penulis konten. 

Ketiga, masalah independensi dan plagiarisme, yaitu memastikan karya tulis tidak mencuri hasil karya orang lain tanpa sepengetahuan.

Dirgayuza juga menegaskan bahwa karya tulis harus diciptakan oleh manusia, bukan AI. Data yang digunakan oleh AI harus memiliki sumber yang jelas untuk menghindari plagiarisme. 

“AI dapat melakukan plagiarisme tanpa disengaja karena mengambil data tanpa sepengetahuan manusia. Oleh karena itu, penting untuk mencantumkan sumber informasi saat menggunakan AI,” tegasnya.

Peran AI dalam Penulisan Konten

Melihat masa depan AI dalam dunia jurnalisme dan penulisan konten, Dirgayuza yakin bahwa AI akan memainkan peran penting dalam 5-10 tahun ke depan. 

“Konten akan menjadi lebih personal dan disesuaikan dengan kebutuhan individu. AI akan menjadi bagian penting dalam kehidupan kita dan mengubah cara kita mengakses informasi,” ujarnya.

Workshop Future Stories AI diharapkan dapat memperkuat jaringan antara Australia dan Indonesia melalui penceritaan yang inovatif berbasis AI, serta mendorong kolaborasi yang lebih erat di masa depan. 

Jangan lewatkan kesempatan untuk belajar dari para ahli terkemuka seperti Dirgayuza dan memahami lebih dalam tentang peran AI dalam penceritaan dan hubungan internasional.

Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran, kunjungi futuries.ai/register.

Back to top button