News

Dari Jakarta hingga Paris, Aksi Dukungan Palestina Menjalar di Penjuru Dunia

Lautan manusia dari berbagai kalangan bersatu padu di bawah langit Jakarta, mendeklamasikan solidaritas mereka kepada Palestina. Ratusan ribu suara menggema, menyerukan keadilan dan kedamaian, berharap untuk segera mengakhiri serangan yang terjadi di Jalur Gaza. Minggu (5/11/2023) kemarin, Monumen Nasional Jakarta bukan sekadar simbol nasional, melainkan menjadi pusat solidaritas internasional.

Tak hanya di ibu kota Indonesia, gelombang dukungan serupa mengalir dari Washington hingga Paris, bergerak melintasi Milan – jutaan orang dari seluruh dunia memenuhi jalan-jalan besar kota, meneriakkan desakan untuk gencatan senjata segera.

Di Indonesia, kegiatan ini diramaikan oleh kehadiran tokoh-tokoh ternama, mulai dari mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, hingga Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. 

“Indonesia akan selalu berdiri bersama Palestina,” tegas Menlu Retno, menggarisbawahi solidaritas kemanusiaan yang menjadi inti dari aksi ini.

post-cover
Suasana Aksi Akbar Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina di kawasan Monas, Jakarta, Minggu (5/11/2023). 

Desakan yang kuat disampaikan oleh massa yang hadir. Mereka menuntut pemerintah untuk mengambil langkah tegas dengan tidak membuka hubungan diplomatik dengan Israel dan memboikot produk-produk Israel. Hal ini dianggap sebagai bentuk nyata dukungan terhadap Palestina hingga negara tersebut diakui sebagai negara merdeka.

Ketika Din Syamsudin membacakan pernyataan resmi, ia mengingatkan bahwa Palestina adalah salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. “Kami mendesak Indonesia untuk bekerja sama dengan OKI, ASEAN, serta Rusia dan China dalam mengambil sikap terhadap Israel,” tegas mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah tersebut.

post-cover
Pengunjuk rasa membentangkan spanduk dalam pawai “Solidaritas Palestina” di San Francisco, California, AS, Sabtu (4/11/2023). (Foto: AFP)

Echo protes turut terdengar di beberapa kota besar dunia. Di Washington, ribuan orang berkumpul mengkritik pemerintahan Presiden Joe Biden yang dianggap masih memberikan dukungan kepada Israel. Di Paris, spanduk-spanduk besar membawa pesan “Hentikan pembantaian di Gaza,” mengingatkan akan urgensi perdamaian yang harus segera terwujud.

Pengalaman pribadi yang menyayat hati disampaikan oleh Yara Abushab, mahasiswi kedokteran dari Universitas Gaza yang kini berada di Italia. Kehilangan dan kesedihan mendalam dirasakannya, menceritakan bagaimana ia kehilangan tempat-tempat yang ia kenal dan orang-orang yang ia cintai karena konflik yang tak kunjung usai.

post-cover
Para pengunjuk rasa berkumpul di depan Gedung Putih saat unjuk rasa mendukung warga Palestina di Washington, DC, AS, Sabtu (4/11/2023). 

Sementara di Paris, Prancis, ribuan pengunjuk rasa bergerak dari Plaza Republique menuju Nation. Kepala Kepolisian Paris mengizinkan unjuk rasa, tetapi tidak menoleransi perilaku antisemit atau simpati pada terorisme. Mereka memasang spanduk di truk bertuliskan ”Hentikan pembantaian di Gaza”. Sambil membawa bendera Palestina, mereka berteriak, ”Palestina akan hidup, Palestina akan menang.”

post-cover
Warga turut ambil bagian dalam pawai “Solidaritas Palestina” di Berlin, Jerman, Sabtu (4/11/2023). (Foto:Joerg Carstensen/dpa via AP)

Di Berlin, Jerman, sekitar 6.000 orang bergerak di pusat kota. Sebanyak 1.000 polisi diturunkan untuk memastikan ketertiban setelah protes pro-Palestina sebelumnya berujung kekerasan. Unjuk rasa juga terjadi di Duesseldorf, Jerman bagian barat.

Serangan Terbaru

Sementara itu, serangan di Gaza terus berlanjut meskipun telah ada seruan gencatan senjata. Mohammed Alaloul, seorang wartawan, menceritakan kesedihan dan kehilangan yang ia alami setelah serangan udara menimpa rumah tetangganya, sekaligus menghancurkan sebagian rumahnya sendiri, yang menelan korban jiwa dalam keluarganya.

Israel terus menggempur wilayah Gaza pada Minggu (5/11/2023). Pertempuran terus terjadi di wilayah padat penduduk meski sudah ada seruan gencatan senjata dari negara-negara Arab dan warga sipil. Israel mengebom kamp pengungsi Al-Maghazi di Gaza tengah, Sabtu, menewaskan 30 orang.

”Serangan udara Israel menarget rumah tetangga saya di kamp Al-Maghazi, rumah saya di sebelahnya turut hancur sebagian,” kata Mohammed Alaloul. Ia kehilangan dua anak dan seorang saudara, sementara istri, ibu, dan dua anak lainnya terluka.

Militer Israel menggambarkan Gaza sebagai pusat organisasi Hamas. Namun, Utusan Khusus AS untuk Bantuan David Satterfield mengatakan, 350.000-400.000 warga sipil tetap berada di Kota Gaza dan area sekitarnya. Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan, pasukan Israel terlibat pertempuran sengit di utara dan selatan Kota Gaza dan telah memasuki area berpenduduk padat.

Serangan Hamas ke wilayah Israel pada 7 Oktober telah menewaskan sekitar 1.400 orang. Pembalasan militer Israel dengan serangan ke Jalur Gaza telah menewaskan 9.480 orang.

Back to top button