Market

BI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi 2024 Tetap Kuat


Pertumbuhan dan stabilitas ekonomi Indonesia tidak bisa lepas dari pengaruh perekonomian global, terutama perekonomian AS dan China. Faktor penting lainnya adalah pelaksanaan Pemilu 2024, di mana potensi dampak ekonomi akan lebih besar dirasakan dari pemilu-pemilu sebelumnya, akibat penyelenggaraan pesta demokrasi (Pileg, Pilpres, dan Pilkada Serentak) secara bersamaan.

Di tengah kondisi global yang masih diselimuti ketidakpastian, Bank Indonesia memperkirakan perekonomian dalam negeri mampu bertumbuh positif pada tahun 2024 dan 2025. Berkaca dari pengalaman sebelumnya, sinergi di antara pemangku kepentingan menjadi kunci utama dalam menjaga momentum pemulihan dan pertumbuhan ekonomi.

BI memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 akan tetap kuat pada kisaran 4,7 persen sampai 5,5 persen dan akan meningkat menjadi 4,8 persen hingga 5,6 persen pada 2025. Pertumbuhan ini ditopang oleh peningkatan konsumsi dan investasi, kenaikan gaji aparatur sipil negara, pembangunan infrastruktur di Ibu Kota Nusantara (IKN), serta hasil ekspor hilirisasi. Selain itu, tingkat inflasi diperkirakan tetap terjaga dalam sasaran BI di kisaran 1,5 hingga 3,5 persen pada tahun 2024-2025.

Dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2023 yang digelar di Jakarta, akhir November lalu, Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut tingkat ketidakpastian global masih tinggi yang ditandai dengan lima karakter, yakni perlambatan ekonomi global dan divergensi pertumbuhan antarnegara, penurunan inflasi yang melambat, serta era suku bunga tinggi untuk waktu yang lama (higher for longer). Selain, itu, penguatan dollar AS terhadap mata uang negara lain dan mengalirnya portofolio investasi ke negara maju turut menambah ketidakpastian global.

Kendati demikian, hasil stress test BI menunjukkan, stabilitas sistem keuangan domestik terjaga dari dampak global. Perry mengatakan, ekonomi nasional mampu berdaya tahan dari pandemi COVID-19 dan dari gejolak global, hanya bermodalkan satu kunci, yakni sinergi.

Perry menyebut, BI akan tetap mempertahankan tingkat suku bunga acuan dengan tetap menyesuaikan dinamika ekonomi global yang terjadi untuk menjaga stabilitas (pro-stability) pada periode 2024. Hal ini dilakukan agar nilai tukar rupiah tetap stabil dan tingkat inflasi terjaga sesuai sasaran.

Di sisi lain, BI juga memberikan bauran kebijakan yang diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi (pro-growth), seperti kebijakan makroprudensial, sistem pembayaran, pendalaman pasar uang, keuangan inklusif dan hijau. Dengan berbagai bauran tersebut, pertumbuhan kredit diperkirakan tumbuh 10-12 persen pada 2024 dan akan meningkat menjadi 11-13 persen pada 2025.

Menurut Perry, kebangkitan ekonomi Indonesia memerlukan transformasi di sektor riil, seperti infrastruktur, konektivitas fisik dan digital, hilirisasi mineral batubara, pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, pariwisata, ekonomi kreatif, dan digitalisasi. Selain itu, dibutuhkan pula perizinan yang ramah untuk iklim bisnis dan investasi.

Sinergi bauran kebijakan ekonomi tersebut akan memperkuat ketahanan dan kebangkitan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan lebih tinggi dan stabilitas tetap terjaga ke depan. Dalam jangka menengah, pertumbuhan akan mencapai 5,3-6,1 persen pada tahun 2028. Inflasi juga terjaga rendah pada kisaran 1,5-3,5 persen, demikian juga neraca pembayaran tetap sehat, kata Perry.

 

Back to top button