Ototekno

Berjuang untuk Hak Cipta, Seniman Ramai-ramai Gugat AI yang Jiplak Karya Mereka

Seniman asal Nashville, AS, Kelly McKernan, telah menghabiskan bertahun-tahun membentuk gaya seninya yang unik, dengan perpaduan cat akrilik dan cat air dalam berbagai nuansa warna cerah. Namun, kini McKernan merasakan ancaman baru terhadap karyanya: kecerdasan buatan (AI).

Dalam waktu kurang dari setahun, McKernan mulai menyadari adanya gambar di dunia maya yang mirip dengan karyanya, yang ternyata dihasilkan oleh mesin AI. Ini memicu kekhawatiran besar di antara para seniman, karena AI mulai dianggap mengancam eksistensi dan hak cipta mereka.

McKernan kini menjadi salah satu dari tiga seniman yang mencoba melindungi hak cipta dan karir mereka dengan mengajukan gugatan hukum terhadap pembuat alat AI yang bisa menghasilkan imajeri baru sesuai perintah. Gugatan ini diajukan pada Januari oleh McKernan dan dua seniman lainnya, Karla Ortiz dan Sarah Andersen, terhadap Stability AI, pembuat generator teks-ke-gambar bernama Stable Diffusion.

Tidak Cuma Masalah Teknis

Pihak pengadilan federal San Francisco masih belum memutuskan apakah perusahaan AI benar-benar melanggar hak cipta saat mereka menganalisis miliaran gambar dan menghasilkan sesuatu yang berbeda.

“Ini adalah pertarungan Daud melawan Goliat,” kata McKernan mengutip laman Japan Today, Sabtu (2/9/2023). “Seseorang sedang meraup keuntungan dari karya saya. Saya memiliki tagihan sewa yang belum dibayar, dan saya kekurangan $200. Ini sungguh keadaan yang sangat sulit.”

Fenomena ini bukan hanya mengancam seniman visual, tetapi juga berbagai jenis kreator lainnya—aktor Hollywood, novelis, musisi, hingga programmer komputer—yang kini merasa terancam oleh kemajuan AI.

Christoph Schuhmann, seorang guru dari Hamburg, Jerman, yang mengelola database penelitian AI besar, Large-scale Artificial Intelligence Open Network (LAION), mengakui bahwa dia mengerti kekhawatiran seniman. Menurutnya, dalam beberapa tahun ke depan, semua orang bisa menghasilkan apa saja—video, gambar, teks—hingga sulit membedakan antara konten yang dihasilkan oleh AI dan manusia.

Menuju Masa Depan yang Belum Pasti

Ortiz dan McKernan sama-sama merasa khawatir tentang masa depan industri ini. “Ketakutan saya adalah industri kami akan menyusut sampai titik di mana sangat sedikit dari kita yang bisa mencari nafkah,” kata Ortiz.

Kini, mereka berdua dan banyak seniman lainnya menunggu keputusan hukum—sebuah pertarungan yang berfokus pada pelestarian apa yang membuat manusia menjadi manusia.

“Melawan ini penting, karena itulah esensi dari menjadi manusia,” pungkas McKernan.

Back to top button