Market

Beras Premium Langka, Perpadi: Bukti Pertanian Tidak Diperhatikan


Akar masalah dari langkanya beras premium di ritel modern, menurut Ketua Umum Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi), Sutarto Alimoeso, karena produksi beras di Indonesia, tak mencukupi. Pemerintah tak serius memajukan dunia pertanian. 

“Kenaikan ini terjadi karena kebijakan pemerintah di masa lalu yang enggak jelas. Mulai dari penerapan HET (Harga Eceran Tertinggi) beras pada 2017. Ketika persediaan beras menipis, harga naik hingga melampaui HET. Bisa jadi membuat ritel enggan sediakan beras premium. Karena, kalau jual di atas HET, nanti kena masalah,” papar Sutarto saat dihubungi Inilah.com, Jakarta, Selasa (13/2/2024).

Intinya, kata mantan Kepala Bulog (Kabulog) itu, kelangkaan beras premium yang berdampak kepada harga, disebabkan karena minimnya produksi. Suka atau tidak, produksi beras nasional selalu turun tiap tahun.

“Banyak dan kompleks penyebabnya (produksi beras turun). Mulai dari alih fungsi lahan pertanian. Di hulu, petani sulit dapat pupuk dan bibit yang bagus. Belum lagi soal minimnya pengairan dan penanggulangan penyakit. Di hilirnya, bisnis penggilingan kecil banyak yang tutup karena munculnya investor besar. Ini menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat,” kata Sutarto.

Dia memprediksikan, masalah kelangkaan dan kenaikan harga beras, bakal terus terulang. Karena itu tadi, akar permasalahannya tidak diselesaikan dengan tuntas. Lebih miris lagi, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pemerintah acapkali mengambil cara mudah. Impor beras besar-besaran. 

“Mudah-mudahan presiden baru bisa lebih cermat dalam melihat masalah ini. akar masalahnya kan jelas, produksi harus digenjot. Tinggal caranya yang harus disesuaikan dengan kondisi agar efektif,” paparnya.

Terkait enggannya ritel modern menyediakan beras premium, Sutarto benar. Karena, peritel terbentur HET di tengah harga beras yang naik sejak Februari 2024. Pengusaha ritel minta HET dikerek agar mereka bisa jualan beras atau bahan pangan lainnya.

“Kami memerlukan sikap pemerintah dan pihak berwenang untuk merelaksasi pula aturan main HET yang ditetapkan sehingga peritel dapat terus membeli, menyediakan dan menjual kebutuhan pokok bagi masyarakat,” ujar Roy, Minggu (11/2/2024).

Relaksasi ini, kata dia, untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk. Jangan sampai gerai ritel modern tidak menyediakan bahan pokok menjelang Ramadan dan Idul Fitri yang semakin dekat. Gara-gara harga jual ritel harus mengikuti HET pangan.

Gayung tak bersambut. Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menolak revisi HET beras. Karena, Bapanas sudah meminta Perum Bulog untuk menurunkan harga beras untuk ritel modern.

Arief meminta pengusaha ritel untuk sementara waktu, menurunkan margin dari penjualan beras. Dijaga agar harga beras tidak terlalu melampaui HET yang telah ditetapkan.  Saat ini, HET untuk beras premium berada di kisaran Rp13.900-Rp14.800 per kilogram, dan beras medium Rp10.900-Rp11.800 per kilogram. Angka itu jauh di bawah harga riil di pasaran. Berdasarkan data Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi), harga beras medium menyentuh Rp13.500 per kg, sedangkan beras premium Rp18.500 per kg. 

 

Back to top button