Market

Bantah IPO Tak Sukses, Wamen BUMN: Lihat Saham PGEO Secara Fundamental

Melihat saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk atau PGE yang berkode saham PGEO dinilai harus lebih pada sisi fundamental, bukan secara short term atau jangka pendek. Penilaian itu datang Wakil Menteri BUMN I Pahala Mansury.

“Dari sisi fundamental, perusahaan ini fundamental kuat dengan EBITDA margin kuat, balance sheetnya pun sangat baik, kita sih optimis. Jangan lihat dari apa yang terjadi secara short term, tapi fundamentalnya secara keseluruhan,” kata Pahala dalam konferensi pers di Main Hall, BEI, Jakarta, Jumat (24/2/2023).

Pada debut perdagangan saham hingga pukul 11.24 WIB, saham PGEO ditransaksikan melemah Rp60 (6,9 persen) ke posisi Rp815 per unit saham dari pembukaan di angka positif 925 dari harga awal Rp875 per unit saham. Penurunan ini nyaris membuat saham PGEO mengalami autorejection bawah alias ARB.

Pahala membantah apabila IPO Pertamina Geothermal Energy tidak sukses, mengingat dana yang berhasil dikumpulkan mencapai Rp9,05 triliun.

Selain itu, lanjut dia, terlihat dari jumlah kelebihan permintaan atau oversubscribe hingga 3,81 kali dari porsi pooling, atau melampaui target yang telah ditetapkan sebelumnya.

“Saya rasa kalau dibilang tidak sukses tidak betul. Kita harus melihat bagaimana IPO dari sisi jumlah dana yang berhasil dikumpulkan saat ini,” ujar Pahala.

Dia menjelaskan PGE merupakan perusahaan energi dengan EBITDA margin terbaik untuk saat ini. “EBITDA dia sebesar 244 juta dolar AS, EBITDA margin mendekati di atas 70 persen,” ujar Pahala.

Menurut dia, secara fundamental kinerja entitas usaha PT Pertamina (Persero) ini baik hingga kuartal III-2022, tercatat laba bersih mencapai 111,43 juta dolar AS.

Adapun, laba tersebut didorong oleh pendapatan yang mencapai 287,39 juta dolar AS hingga kuartal III-2022. “Kalau kita lihat selama ini total pendapatan PGE itu setiap tahun meningkat 5 hingga 10 persen,” ujar Pahala.

Perusahaan di bidang panas bumi ini resmi mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan meraih dana sebesar Rp9,05 triliun.

“Pelepasan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) untuk mendukung rencana perseroan mengembangkan kapasitas terpasang perseroan sebesar 600 MW (mega watt) hingga 2027 mendatang,” ujar Direktur Utama PGE Ahmad Yuniarto.

PGE menargetkan untuk meningkatkan basis kapasitas terpasangnya yang dioperasikan sendiri, dari 672 MW saat ini menjadi 1.272 MW pada tahun 2027, serta untuk mendukung ambisi PGE untuk terus tumbuh dan mengembangkan seluruh value chain dari sumber daya panas bumi Indonesia, sesuai dengan tagline PGE ‘Energizing Green Future’.

PGE saat ini mengelola 13 Wilayah Kerja Panas Bumi dengan total kapasitas terpasang sebesar 1.877 MW. Rinciannya, kapasitas sebesar 672 MW dikelola langsung (own operation) dan 1.205 MW melalui skema Kontrak Operasi Bersama (Joint Operation Contract).

Adapun kapasitas PLTP 672 MW yang dikelola langsung oleh PGE berasal dari 6 Wilayah Kerja Panas Bumi, yaitu Kamojang di Jawa Barat 235 MW, Karaha di Jawa Barat 30 MW, Lahendong di Sulawesi Utara 120 MW, Ulubelu di Lampung sebesar 220 MW, Lumut Balai di Sumatera Selatan 55 MW dan Sibayak di Sumatera Utara 12 MW.

Back to top button