Market

AS Kena Resesi, IMF: Ekonomi Global Tahun Ini Paling Berat

Sejak 2021 hingga 2023, perekonomian global boleh dibilang terjun bebas. Turun drastis. Dana Moneter Internasional (International Monetery Fund/IMF), meramalkan ekonomi 2023 paling berat.

Dikutip dari Reuters, Jumat (13/1/2023), Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, pertumbuhan ekonomi global diharapkan stabil di level 2,7 persen.

IMF, kata Georgieva, telah memangkas proyeksi ekonomi 2023 dari 2,9 persen, menjadi 2,7 persen. Menguat adanya kekhawatiran akan melonjaknya harga minyak, harga barang serta tutupnya industri yang menimbulkan gelombang PHK.

“Pertumbuhan terus melambat pada 2023. Gambaran yang lebih positif adalah ketahanan pasar tenaga kerja. Selama orang bekerja, meskipun harga tinggi, orang berbelanja, itu akan membantu kinerja pasar,” kata Georgieva.

Pada Oktober 2022, IMF memerkirakan pertumbuhan ekonomi global 2023, mengalami perlambatan menjadi 2,7 persen. Turun tipis ketimbang 2022 sebesar 3,2 persen. Tapi, terjun bebas dibandingkan 2021 sebesar 6 persen.

Di tengah pesimisme terhadap perekonomian global 2023, Georgieva menyebut China berpotensi menjadi penyelamat. Semakin terbukanya aktivitas perekonomian China, bisa menjadi kabar baik. Pada 2021, China menyumbang 35 persen-40 persen terhadap perekonomian global.

Namun, Georgieva mengatakan, semuanya bergantung perkembangan pandemi COVID-19 di negeri Tirai Bambu itu. termasuk kebijakan peemerintah China dalam menyikapinya. “Yang paling penting adalah agar China tetap berada di jalurnya dan tidak mundur dari itu. Perkembangan di China sangat mungkin menjadi satu-satunya faktor terpenting untuk pertumbuhan global,” lanjutnya.

Bagaimana dengan AS? Georgieva mengatakan, AS tak bisa diharapkan. Untuk lepas dari himpitan resesi saja, AS perlu kerja keras. Peluangnya, negeri Paman Sam itu mengalami resesi ringan.

Back to top button