News

Kisah Pilu Dua Siswa SMK Depok Jadi Kuli Pasir Demi Ikut Acara Sekolah Berujung Maut


Kecelakaan maut yang menimpa rombongan siswa SMK Lingga Kencana Depok, Jawa Barat, menyisakan kisah pilu yang mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan. Keluarga Dimas Aditya dan Mahesya Putra, dua siswa dari 11 korban tewas dalam kecelakaan bus di kawasan Ciater, Subang pada Sabtu malam lalu (11/5/2024), mengungkapkan perjuangan Dimas dan Mahesya demi untuk bisa ikut kegiatan akhir sekolah yang berujung maut itu.

Dimas dan Mahesya beberapa pekan sebelum keberangkatan acara perpisahan sekolah sekaligus wisuda tersebut harus bekerja keras untuk membayar biaya per murid sebesar Rp800 ribu. Kedua siswa yang dikenal baik dan penurut itu terpaksa bekerja kasar sebagai kuli pasir.

Hal tersebut diungkapkan Ibunda Dimas, Marsanih, yang sempat menanyakan ke anaknya itu soal pekerjaan sampingan yang dilakukan Dimas bersama Mahesya untuk biaya acara sekolah. “Saya tanya, ‘mau ke mana?’ Dijawab Dimas, ‘mau kerja, cari rezeki’. Bapaknya Dimas sudah meninggal. Dia dapat keringanan biaya sama yayasan (SMK Lingga Kencana),” ucap Marsanih mengenang, ketika ditemui awak media di Depok, dikutip Senin (13/5/2024).

Ia menuturkan uang yang diperoleh Dimas dari bekerja sebagai kuli pasir sebagian dipakai untuk membayar biaya perpisahan sekolah dan sebagian untuk membeli baju koko berwarna putih serta untuk uang saku dalam perjalanan. “Sebelum jalan bajunya dicuci dan dikasih pewangi. Sayangnya bajunya belum sempat dipakai,” ujar Marsanih.

Marsanih menyebut Dimas adalah sosok anak mandiri yang tak pernah membebankan orang tua mengingat ayahnya telah lama meninggal. Dimas, ungkap Marsanih, juga pernah bilang ingin cepat lulus sekolah agar bisa segera bekerja untuk membantu keluarga.

Serupa dengan Marsanih, Rosdiana, Ibunda Mahesya juga menceritakan putranya tidak pernah meminta yang sekiranya tak bisa diberikan oleh orang tuanya. Mahesya yang mempunyai empat orang adik juga menjadi tumpuan keluarga.

“Anaknya tidak pernah neko-neko. Anaknya baik. Dia juga tulang punggung keluarga. Mahesya membantu ekonomi keluarga. Dia bilang kalau sudah lulus sekolah mau kerja membahagiakan orang tua,” tutur Rosdiana.

Diberitakan sebelumnya, Dimas dan Mahesya yang dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Islam Parung Bingung, Pancoran Mas, Depok pada Minggu siang (12/5/2024), liang lahatnya bersebelahan.

Selain Dimas dan Mahesya, Ahmad Fauzi, salah satu siswa SMK Lingga Kencana yang juga menjadi korban tewas lainnya dalam kecelakaan tersebut diketahui untuk bisa ikut kegiatan akhir sekolah terpaksa harus bekerja sebagai pengemas paket di salah satu penyedia jasa pengiriman barang. Fauzi juga dikenal oleh teman-temannya sebagai anak yang rajin dan tak mau memberatkan orang tuanya.

 

 

 

 

Back to top button