News

Afsel: Bencana Besar di Gaza Apabila Gencatan Senjata Gagal Dicapai


Menteri Luar Negeri Afrika Selatan Naledi Pandor memperingatkan bahwa kegagalan dalam perundingan soal pembebasan sandera dan gencatan senjata di Gaza akan membawa ‘tragedi dan malapetaka luar biasa’.

Mungkin anda suka

Kepada lembaga penyiaran publik SABC, Selasa (5/3/2024), Pandor mengatakan bahwa Duta Besar Afsel untuk PBB diminta berbicara dengan para duta besar negara lain, dan mendorong agar resolusi mendesak untuk gencatan senjata disahkan.

“Kami pikir saat ini semua orang harus fokus pada gencatan senjata segera,” kata Pandor.

Dia menambahkan bahwa jika gencatan senjata tidak tercapai, dunia akan menyaksikan bencana yang lebih buruk dari apa yang telah terjadi di wilayah kantong Palestina itu.

“Saya harap saya bisa mengucapkan ‘Ramadan Mubarak’ dan ‘Selamat Menjalankan Ibadah Puasa’ kepada rakyat Palestina dan seluruh umat Islam. Tetapi bagi rakyat Palestina, saya hanya melihat situasi yang mematikan jika dunia tidak segera mengatasi masalah mendesak tentang gencatan senjata,” kata Pandor.

Dia mengatakan, jika negara-negara militer terkuat seperti AS dan Inggris bersatu dan mengirim pasukan mereka untuk mengawal ratusan truk bantuan ke Gaza dengan aman, banyak nyawa akan terselamatkan.

“Saat ini… Saya masih merasa ngeri kita akan melihat lebih banyak malapetaka bagi rakyat Palestina… Saya benar-benar merasa tidak berguna sebagai manusia karena kita tidak bisa menyelamatkan orang-orang dari situasi mereka yang mematikan,” katanya.

Afsel mengutuk perang Israel di Gaza dan akhir tahun lalu, negara itu menuntut Israel di Mahkamah Internasional (ICJ) di Belanda atas genosida.

Putusan sela pengadilan pada Januari memerintahkan Israel untuk menghentikan genosida dan menjamin bahwa bantuan kemanusiaan dapat diberikan kepada warga sipil di Gaza.

Serangan-serangan Israel di wilayah itu telah menewaskan sedikitnya 30.631 orang, melukai 72.043 lainnya, dan mengusir 85 persen warga Palestina dari tempat tinggal mereka di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan. Sekitar 60 persen infrastruktur di sana telah rusak atau hancur, menurut PBB.
 

Back to top button