Market

Wujudkan Kemandirian Pangan, Buya Anwar: Lupakan Tiongkok, Dukung Temuan IPB University


Ketua PP Muhammadiyah, Buya Anwar Abbas mengatakan, pemerintah seharusnya mamacu inovasi dan peran aktif kampus untuk memajukan sektor pertanian. Bukan malah merangkul asing, padahal anak bangsa punya kemampuan berlebih.

Misalnya, IPB University yang berhasil menemukan pupuk serta bibit unggulan, perlu diberdayakan demi meningkatkan produksi beras nasional.

“Masalah pangan terutama beras bagi bangsa Indonesia, sangat penting karena dia merupakan makanan pokok bagi sebagian besar warga negara. Untuk itu perluasan dan peningkatan produktivitas lahan, menjadi sesuatu yang sangat penting,” papar Buya Anwar, Jakarta, Kamis (16/5/2024).

Selanjut Buya Anwar mengapresiasi inovasi IPB University yang berhasil menemukan pupuk hayati IPB Provibio. “Menurut Rektor IPB University, Arif Satria, pupuk hayati IPB Provibio telah uji-coba di Sukoharjo, Jawa Tengah. Hasilnya luar biasa, bisa hemat sampai 40 persen. Sekaligus meningkatkan produksi 1,.5 ton per hektare,” kata Buya Anwar.

Menurut kalkulasi sang rektor, lanjut ekonom dari PP Muhammadiyah ini, secara teknologi, penggunaan pupuk ini, mampu untuk mengamankan kebutuhan pangan nasional.

“Apalagi IPB berhasil menemukan  padi varietas unggul baru bernama IPB 9G. Di mana,  varietas ini lebih tahan penyakit, produktivitasnya cukup tinggi, antara 9 -12 ton per hektare. Selain itu, cukup hemat pupuk,” paparnya.

Dalam hitung-hitungan Menteri Pertanian (Mentan), lanjut Buya Anwar, jika menggunakan 100 persen benih ini, bisa menghemat subsisi pupuk sampai Rp10 triliun.  

“Dengan adanya temuan-temuan tersebut , dalam konteks usaha kita untuk  menciptakan kemandirian pangan, maka hal demikian tentu menjadi kabar yang menggembirakan,” paparnya.

Selanjutnya, Buya Anwar yang juga Wakil Ketua Umum (Waketum) MUI ini, berharap, pemerintah benar-benar memberikan atensi dan affirmative action dengan mendukung temuan benih dan pupuk dari IPB University. Apalagi, varietas baru  tersebut  bersifat amfibi. 

“Selain bisa ditanam di sawah juga bisa ditanam di lahan kering,” imbuhnya.

Beberapa waktu lalu, Menko Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan sempat menyampaikan rencana pengembangan sawah dengan Tingkok (China). Lantaran China dinilai berhasil mengembangkan padi hibrida di negaranya. Pada 2007, padi hibrida pernah coba ditanam di Indonesia, namun tidak cocok. 

“Rencana kerja sama dengan pihak China dalam pengembangan proyek ketahanan pangan di kawasan food estate Kalimantan, jelas aneh dan perlu dikritisi. Tapi kalau temuan IPB perlu didukung pemerintah. Demi mewujudkan kemandirian pangan dengan kemampuan anak bangsa sendiri,” pungkasnya.

 

Back to top button