Market

Sosialisasinya Memble, Industri Perikanan Indonesia Tertinggal Jauh di ASEAN


Meski Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan ikan laut, sayangnya, valuasi industrinya masih jeblok. Di kawasan ASEAN, masih kalah dengan Thailand, Filipina dan Vietnam.

Ternyata, kata Menteri Kelautan dan Perikanan (Menteri KP), Sakti Wahyu Trenggono, biang keroknya adalah minimnya sosialisasi. “Sektor kelautan dan perikanan Indonesia masih kalah dari sejumlah negara di ASEAN. Ke depan, tata kelolanya kita harapkan bisa  lebih rapi,” kata Menteri Trenggono, Jakarta, dikutip Selasa (9/1/2024).

Di sisi lain, dia mengakui bahwa kebijakan Penangkapan Ikan Terukur (PIT) berbasis kuota, masih belum sepenuhnya diterima pelaku penangkap ikan. Bisa jadi masih terjadi disinformasi.

“Memang jujur saya akui bahwa program sosialisasi yang kita sampaikan belum betul-betul clear ya, sehingga masih ada disinformasi. Sebetulnya ini yang menjadi target kami di 2024 untuk kemudian memberikan penjelasan,” kata Menteri Trenggono.

Menteri Trenggono yang dikenal sebagai pengusaha Tower itu, meyakini, apabila aturan mengenai PIT berbasis kuota yang termaktub dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 11 Tahun 2023 dijalankan dan dipahami dengan baik, maka kelautan dan perikanan Indonesia akan menjadi satu industri yang tertata rapi.

“Jadi tidak melulu pengusaha itu bergerak di penangkapan, tetapi bagaimana mengoptimalkan para nelayan menjadi nelayan produktif, kemudian mereka masuknya di hilir, karena di sektor hilir sendiri kita belum baik ya,” jelasnya.

Dia pun menyinggung industri sektor perikanan Indonesia yang nilai ekonomi atau valuasinya masih jauh di bawah US$1 miliar. Bahkan, ia menyebut industri sektor perikanan Indonesia masih kalah dengan Thailand, Filipina, dan Vietnam.

“Di kita belum ada tuh perusahaan-perusahaan yang selevel itu, bahkan seperti kayak.. enggak usah kita lihat ke Jepang atau Amerika Serikat (AS), dengan tetangga kita seperti Thailand, Filipina, dan Vietnam saja kita sudah banyak kalah, karena cara penangkapan kita masih dengan cara penangkapan yang tradisional. Jadi artinya, alat tangkapnya yang tidak ramah lingkungan,” ujarnya.

“Ke depan, KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) bisa membuat suatu modeling-modeling. Dengan modeling ini harapannya nanti ada investor-investor lokal yang kemudian mereka mulai berpikir ‘yang sustain itu adalah seperti ini’. Seperti kayak misalnya ikan kakap, itu pasarnya besar sekali tapi belum ada yang melakukan budidaya secara serius di situ, yang ada adalah sporadis (tidak teratur),” pungkas Menteri Trenggono.
 

Back to top button