Hangout

Sejarah Kapal Pinisi Asli Indonesia yang Mendunia

Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo yang juga menjabat Ketua AMMTC Indonesia turun langsung sebagai tuan rumah pada acara ASEAN Ministerial Meeting on Transnational Crime (AMMTC). 

Sebanyak 14 delegasi negara-negara ASEAN dan negara sahabat ini mengikuti AMMTC ke-17 di Labuan Bajo. Pertemuan yang memiliki tujuan mempererat hubungan negara ASEAN khususnya delegasi ini digelar di kapal Pinisi untuk menikmati keindahan Labuan Bajo. 

Dibalik tampilan yang mewah, ternyata kapal pinisi yang digunakan dalam acara AMMTC ke-17 ini memiliki sejarah dan fakta menarik. 

Sejarah Kapal Pinisi - inilah.com
Ilustrasi: Sejarah Kapal Pinisi/ Foto: Gettyimages

Dikenal sebagai salah satu kapal yang telah ada sejak 1500-an, kapal pinisi banyak digunakan oleh para pelaut Bugis, Konjo, dan Mandar di Sulawesi Selatan. 

Kapal ini diperkirakan sudah ada sekitar abad ke-14 masehi. Kapal pinisi pertama kali dibuat oleh Sawerigading, Putra Mahkota Kerajaan Luwu. 

Pembuatan kapal ini dilakukan untuk berlayar menuju negeri Tiongkok. Perjalanan Sawerigading ke Tiongkok untuk meminang putri Tiongkok bernama We Cudai. 

Namun setelah tinggal lama di Tiongkok, Sawerigading merasa rindu dengan kampung halamannya. 

Kemudian ia menuju kampung halamannya kembali menggunakan kapal tersebut. Di tengah perjalanan, perahu yang digunakannya diterjang badai besar dan menyebabkan kapalnya pecah menjadi tiga bagian. 

Ketiga bagian itu terdampar di wilayah Ara, Tanah Beru, dan Lemo-lemo di Kabupaten Bulukumba. Setelahnya pecahan kapal tersebut dirakit kembali oleh masing-masing masyarakat daerah tersebut menjadi kapal yang megah. 

Kapal tersebutlah yang dikenal dengan sebutan kapal pinisi. Suku Bugis sering menggunakan kapal tersebut untuk mencari nafkah dengan berlayar hingga ke Eropa dan Afrika.

Kemudian, pada Desember 2017 kapal ini resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya  Tak Benda (Intangible Cultural of Humanity).

Pembuatan kapal pinisi ini juga masih bisa ditemui di beberapa wilayah Sulawesi yakni Tana Beru, Bira, dan Batulicin di Kabupaten Bulukumba. 

Menariknya, rangkaian proses pembuatannya merefleksikan nilai sosial dan kehidupan sehari-hari yakni kerja bersama, bekerja keras, keindahan, dan penghargaan terhadap lingkungan sekitar. 

Pembuatan kapal pinisi ini juga memperhatikan ketelitian dari sisi teknik dan navigasi.

Jenis Kapal Pinisi 

Jenis dan Sejarah Kapal Pinisi- inilah.com
Ilustrasi: Jenis dan Sejarah Kapal Pinisi/ Foto: Gettyimages

Ada miskonsepsi dalam pengertian kapal pinisi ini. Kapal pinisi bukanlah sebuah nama melainkan jenis sistem struktur kapal itu sendiri. 

Istilah pinisi mengacu pada jenis sistem layar (rig), tiang-tiang, layar, dan konfigurasi tali dari suatu jenis kapal layar Indonesia. Kapal pinisi memiliki tujuh hingga delapan layar pada dua tiang. 

Adapun beberapa jenis kapal bersistem layar pinisi, tetapi umumnya ada dua jenis, yakni Palari dan Lamba atau Lambo. 

Palari adalah bentuk awal lambung pinisi dengan lunas yang melengkung dan ukurannya lebih kecil dari jenis Lamba. 

Biasanya, kapal ini dikemudikan dengan dua kemudi di belakang baling-baling, tetapi kebanyakan kapal pinisi bermesin menggunakan lambung jenis lambo. 

Kemudian Lamba merupakan kapal pinisi jenis modern yang masih bertahan hingga saat ini. Kapal ini dilengkapi dengan motor diesel (PLM-Perahu Layar Motor) menggunakan lambung ini. 

Lambung ini menggunakan satu kemudi tengah, tetapi beberapa ada yang memiliki dua kemudi samping sebagai hiasan atau tambahan saja.

Untuk pembuatan sebuah kapal pinisi tak sembarang, karena membutuhkan bahan baku kayu dari hutan yang memiliki jenis kayu tertentu.

Kayu tersebut dipilih dengan kemampuan yang tidak mudah pecah, kedap air, dan tidak dimakan kutu air. Pada umumnya, jenis kayu yang dipakai adalah Kayu Suryan (Vitoe Canvansus Reinw).

Selain jenis kayu, umur kayu tersebut juga diperhatikan. Untuk membuat sebuah kapal pinisi yang besar dibutuhkan kayu berumur 50 tahun dan untuk pembuatan kapal pinisi kecil dibutuhkan kayu berumur 25 tahun.

Uniknya dalam pembuatan kapal pinisi ini ada prosesi doa yang berlangsung setiap tahapan awal hingga akhirnya. Lalu sebelum proses pembuatan lambung kapal, masyarakat akan melakukan upacara doa dan kenduri lagi dan tetua adat akan memimpin prosesi tersebut.

Kemudian pada saat peluncuran kapal ini ke laut prosesnya seperti kelahiran bayi. Saat peluncuran kapal ini, akan ada sesi berdoa agar segala sesuatunya berlangsung lancar dan kapal bisa bermanfaat dan selamat mengarungi lautan.

Baca berita dan artikel menarik lain Inilah.com di Google News

Back to top button