News

Sejarah dan Asal-Usul Zionisme, Israel Ingin Punya Negara

Serangan besar-besar pejuang Hamas dan milisi Palestina ke wilayah Israel, memicu perang yang berlangsung hingga kini. Korban meninggal terus berjatuhan. Hingga Kamis, 12 Oktober 2023, lebih 2.300 orang kehilangan nyawa, termasuk anak-anak.

Beberapa pihak menduga serangan mendadak Hamas ini, untuk menggoyang upaya normalisasi pemerintahan Benyamin Netanyahu dengan Arab Saudi.

Pensiunan jenderal Amerika Serikat sekaligus mantan komandan NATO, James Stavridis, mengungkapkan, perang pecah karena Palestina kecewa setelah Amerika Serikat, Israel, dan Arab Saudi melakukan pembicaraan soal normalisasi.

Upaya normalisasi ini tak lepas dari campur tangan Amerika Serikat, sekutu dekat Israel. 

Normalisasi ini akan menjadi ancaman bagi Palestina karena membuat posisinya melemah dan kian jauh menjadi negara merdeka.

Sementara Hamas bertekad akan terus memperjuangkan kemerdekaan Palestina dan menginginkan tanah Palestina dikembalikan berdasarkan batas sebelum perang Arab Israel pada 1967. 

Tanah itu meliputi sisa wilayah bersejarah Palestina, termasuk Jalur Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur.

Selama satu abad, wilayah yang sekarang ditempati Israel dan bangsa Palestina menjadi bara yang tidak pernah padam dan selalu memanaskan konstelasi politik Timur Tengah. 

Sejarah mencatat, tidak ada konflik yang begitu intens dan berkepanjangan seperti seteru Israel-Palestina.

Akar masalah Palestina dan Israel dimulai sejak munculkan gerakan zionisme.

Dikutip dari Wikipedia, zionisme adalah gerakan nasionalis Yahudi Internasional yang bertujuan mendirikan negara Yahudi di wilayah Palestina.

Masyarakat Yahudi berharap dengan memiliki negara sendiri mereka akan terbebas dari Antisemitisme dan penganiayaan yang menimpa mereka selama ribuan tahun.

Gerakan Zionis muncul di Eropa tengah dan timur pada pada akhir abad ke-19 dan menyerukan kepada orang-orang Yahudi untuk bermigrasi ke tanah Palestina yang diklaim sebagai tanah nenek moyang mereka.

Orang-orang Yahudi terakhir menempati tanah Palestina (saat itu bernama Yudea) pada zaman Kekaisaran Romawi di masa dinasti Hasmonean. 

Pada tahun 132-135 M orang-orang Yahudi memberontak terhadap Romawi. Namun mereka kalah dan dibuang dari Palestina oleh Kaisar Hadrian. Kaisar Hadrian kemudian mengubah nama Yudea menjadi Provinsi Romawi Syria-Palestina, untuk menghapus jejak orang-orang Yahudi.

Yahudi dan Arab Pernah Hidup Rukun

post-cover
Kubah Shakhrah (dikenal sebagai Dome of the Rock) di kompleks Masjid Al Aqsa, Yerusalem, 6 Desember 2017. Yerussalem adalah tempat suci bagi umat Muslim, Yahudi dan Kristen (Foto: Mahmoud Ibrahim – Anadolu Agency)

Inggris pernah menguasai area yang sekarang dikenal sebagai wilayah Palestina setelah penguasa sebelumnya, kerajaan Ottoman, dikalahkan dalam Perang Dunia I.

Saat itu, tanah tersebut dihuni oleh minoritas keturunan Yahudi dan mayoritas keturunan Arab. Mereka hidup berdampingan tanpa konflik.

Ketegangan antara dua kelompok mulai tumbuh setelah masyarakat internasional memberi tugas kepada Inggris untuk mendirikan “rumah nasional” bagi warga Yahudi di Palestina.

Bagi Yahudi, tanah itu milik leluhur mereka, tetapi warga Arab di Palestina juga mengklaim kepemilikan dan menentang pendudukan Yahudi.

Antara dekade 1920-an dan 1940-an, jumlah warga Yahudi yang datang ke Palestina makin meningkat. Mereka umumnya melarikan diri dari Eropa setelah  tragedi Holocaust dalam Perang Dunia II.

Dampaknya, konflik Arab-Yahudi makin meningkat. Begitu juga perlawanan terhadap kekuasaan Inggris.

Pada 1947, pemungutan suara di PBB memutuskan memecah Palestina guna memisahkan warga Yahudi dan Arab, sementara Yerusalem dijadikan kota internasional.

Usulan itu diterima para pemimpin Yahudi, tetapi ditolak kubu Arab, sehingga tidak pernah diterapkan.

Israel Umumkan Negara Merdeka

sejarah zionis
Sebuah masjid hancur akibat serangan Israel di Khan Younis, Jalur Gaza Selatan, Minggu (8/10/2023). Foto:  ANTARA FOTO/REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa

Inggris akhirnya meninggalkan Palestina pada tahun 1948 lantaran tidak mampu mengatasi masalah Israel dan kubu Arab. Kesempatan itu dimanfaatkan pemimpin Yahudi untuk mendeklarasikan berdirinya negara Israel.

Tentu saja keputusan ini membuat marah warga Palestina dan terjadilah perang. Israel yang mendapat dukungan penuh Amerika Serikat berhasil mengusir warga Palestina dari tanah mereka dalam peristiwa yang mereka sebut sebagai Al Nakba, atau “prahara”.

Salah satu yang paling terkenal adalah perang pada 1967, yang membuat Israel mampu menduduki Yerusalem Timur dan Tepi Barat, sebagian besar wilayah di Dataran Tinggi Golan di perbatasan Suriah, wilayah Gaza, dan Gurun Sinai di Mesir.

Sejak saat ini, ketegangan antara Palestina dan Israel terus berlangsung hingga saat ini.

.

.

Baca berita dan artikel menarik lain Inilah.com di Google News.

Back to top button