News

Satu dari 10 Orang di Indonesia Alami Gangguan Jiwa, Kesehatan Mental Harus Diperhatikan

Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa kesehatan mental menjadi sebuah hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah Indonesia.

“Saya ingin sampaikan adalah bahwa semua, di dunia itu penyakit gangguan jiwa itu banyak sekali, jadi ada 910 juta, 1 dari 8 orang di dunia kena gangguan jiwa,” jelas Budi saat rapat kerja dengan Komisi IX DPR, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, dikutip Kamis (9/11/2023).

“Di Indonesia 1 dari 10 orang mengalami gangguan jiwa yang terdeteksi,” sambungnya.

Ia pun mengelompokkan orang dengan gangguan jiwa ini menjadi tiga kategori, yakni mulai dari anxiety 9,8 persen menjadi depresi 6,1 persen, kemudian skizofrenia sebanyak 0,2 persen.

“Yang masih dirawat di rumah sakit adalah skizofrenia, tapi anxiety ini tidak tertangkap biasanya, padahal banyak sekali yang kena. Ini hormonalnya sudah terpengaruh katanya ada hormon seratonin dan dopamin kemudian nanti bisa jadi depresi,” terangnya.

“Agar jangan terus turun menjadi anxiety, tidak terawat menjadi depresi, tidak terawat jadi skizo. Kalau skizo masuk rumah sakit jiwa itu sudah telat, sama kayak kanker. Harusnya begitu dia anxiety diajarin bagaimana cara treatment terapinya,” lanjutnya.

Meski begitu, ia mengakui bahwa deteksi dini terhadap gangguan jiwa di Indonesia masih terbilang lemah.

“Dan memang deteksinya di sini masih belum advance, jadi sifatnya masih observasi. Kalau gangguan jiwa ini masih sangat manual, pakai kuisioner,” ujarnya.

Screening ini baru kita lakukan di Kemenkes dan hasilnya juga mengejutkan saya, ternyata banyak juga yang anxiety, depresi padahal mereka tidak running untuk pemilu,” sambungnya.

Tak hanya itu, layanan kesehatan jiwa yang diberikan dapat berupa konseling ataupun secara medis dengan penggunaan obat-obatan, di 5.694 puskesmas, 279 RSU, dan 44 RSJ.

Menkes Budi juga menyatakan saat ini, WHO sudah mengeluarkan aturan baru bahwa perawatan bagi orang dengan gangguan jiwa tidak lagi di rumah sakit, melainkan dikembalikan ke komunitas atau masyarakat.

“Jadi semua yang disorder seperti bipolar disorderanxiety disorder teknik penanganannya di dunia sudah bergeser bukan dari RS,” tegasnya.

“Trennya bukan lagi ke rumah sakit jiwa, karena traumatiszed, sudah ada stigma oleh masyarakat. Jadi strategi WHO dikembalikan ke komunitas ke masyarakatnya, jadi nanti akan ada kerja sama dengan kemensos,” lanjutnya.

Karena bagaimanapun, lanjut dia, mereka yang dengan gangguan jiwa tetap seorang manusia normal.

“Ya kalau kita sakit kanker masa malah diusir dari rumah, seperti orang tua yang kena alzheimer masa diusir dari rumah, itu kan sesuatu yang tidak manusiawi,” pungkas Budi.

Back to top button