Market

Punya Direksi Baru, Astra Agro Optimistis Bisnis Sawit Tetap Menggeliat


Pasca mundurnya 3 direksi yakni  Mario C. Surung Gultom, Rujito Purnomo, dan Said Fakhrullazi, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) telah menunjuk penggantinya. Untuk menjaga kinerja perusahaan agar tetap mengilap.

Dalam RUPST yang digelar Selasa (23/4/2024), disampaikan bahwa perseroan telah menerima surat pengunduran diri 3 direksi yang memasuki masa pensiun. selanjutnya diajukan 3 nama baru dan telah disetujui pemegang saham.

Perubahan ini, kata Presiden Direktur  AALI Santosa, telah sesuai dengan rencana jangka panjang pengembangan eksekutif dan rencana suksesi pimpinan perseroan. Di mana susunan direksi AALI adalah: Presiden Direktur : Santosa; didampingi 6 direktur yakni Tingning Sukowignjo, M Hadi Sugeng Wahyudiono, Widayanto, Djap Tet Fa, Eko Prasetyo Wibisono, dan Arief Catur Irawan.

Masih kata Santosa, pada 2023, disiplin dalam proses panen mendorong kinerja operasional AALI tetap di jalur positif. Produksi Tandan Buah Segar (TBS) inti mengalami kenaikan 4,8 persen, dari 3,16 juta ton pada 2022 menjadi 3,31 juta ton pada 2023.

“Industri sawit Indonesia memang tengah menghadapi tantangan produktivitas. Salah satunya disebabkan usia rata-rata tanaman nasional yang menua. Sebanyak 46 persen merupakan tanaman yang memasuki pertumbuhan negatif,” paparnya.

Tantangan lain, lanjut Santosa, adalah anomali harga komoditas. Pada 2022, harga berbagai komoditas mengalami lonjakan yang bisa dikatakan sebagai anomali. Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) di pasar global naik tinggi.

Bahkan, kata Santosa, harga CPO pada 2022 adalah yang tertinggi dalam sejarah industri sawit. Kala itu harga CPO tembus US$1,813 per ton. Setahun kemudian anjlok ke level US$964 per ton. Atau mengalami penurunan 13,9 persen.

“Penurunan harga yang tajam ini menimbulkan koreksi kinerja keuangan industri sawit di Indonesia, termasuk perseroan,” ujar Santosa usai RUPST AALI di Menara Astra, Jakarta.

Pada 2023, lanjut dia, AALI membukukan pendapatan bersih Rp 21,83 triliun, atau turun 5 persen dibandingkan 2022. Perseroan membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan menjadi Rp1,06 triliun, turun 38,8 persen ketimbang 2022 sebesar Rp 1,73 triliun.

Kendati banyak tantangan, lanjut Santosa. Astra Agro tetap optimistis menghadapi masa depan industri sawit. Perseroan terus melakukan replanting untuk mengganti tanaman yang sudah tua. “Sepanjang 2023, kita berhasil remajakan perkebunan seluas 4.713 hektare dengan bibit unggul dari hasil riset kami. Ini strategi perusahaan dalam peningkatan produktivitas jangka panjang,” pungkasnya. 

Back to top button