Market

PT Pefindo Catat Kepemilikan Bank di SBN Turun


PT Pemeringkat Efek Indonesia atau Pefindo menyimpulkan jika melihat data kepemilikan, porsi kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN) di industri perbankan cenderung menunjukkan tren penurunan.

Direktur Pefindo, Hendro Utomo mengatakan tren ini di tengah kenaikan nilai outstanding SBN rupiah yang meningkat dari awal 2023 sebesar Rp5.310,43 triliun menjadi Rp5.639,21 triliun di akhir tahun 2023 lalu.

Hal yang sebaliknya justru terjadi pada kepemilikan perbankan pada SBN, yang pada 2 Januari 2023 tercatat sebesar Rp1.804,61 triliun, jumlah tersebut kemudian menurun menjadi hanya Rp1.495,19 triliun.

Hal tersebut juga menurunkan porsi kepemilikan SBN oleh perbankan dari 33,98 persen menjadi tinggal 26,51 persen secara keseluruhan.

“Sehingga dapat disimpulkan, tidak ada hubungan searah antara penerbitan SBN oleh Pemerintah dengan peningkatan kepemilikan oleh perbankan,” kata Hendro seperti mengutip dalam keterangan resminya, Rabu (10/1/2024).

Pemerintah seharusnya cenderung berhati-hati untuk menerbitkan surat utang untuk mengurangi beban yang tinggi bagi neraca fiskal akibat beban bunga SBN. Sehingga pemerintah akan menunggu momen tepat untuk menerbitkan surat utang, terutama di tengah ekspektasi penurunan suku bunga di tahun ini.

“Itu artinya, ada ruang untuk memperbaiki fiskal dengan menerbitkan surat utang pada tingkat kupon yang lebih rendah, yang mana bertujuan untuk mengurangi beban fiskal,” kata Hendro.

Tentang kepemilikan perbankan dalam SBN, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah meminta perbankan menggenjot penyaluran kredit ke sektor riil, terutama untuk Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM).

Permintaan tersebut disampaikan dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2023, Rabu (29/11/2023) lalu. Berdasarkan aduan dari pelaku usaha, ia mengungkapkan peredaran uang yang digelontorkan ke sektor bisnis semakin kering.

“Jangan-jangan terlalu banyak yang dipakai untuk membeli SBN (Surat Berharga Negara), atau terlalu banyak dipakai beli SRBI (Sekuritas Rupiah Bank Indonesia) atau SVBI (Sekuritas Valas Bank Indonesia),” pinta Jokowi.
 

Back to top button