News

Perusahaan Militer Swasta Melihat Peluang dalam Perang Ukraina

Beberapa hari terakhir, beredar iklan lowongan pekerjaan yang mencari ‘tentara bayaran’ untuk dikirim ke perang Ukraina.

“Dicari: mantan tentara yang bersedia diam-diam pergi ke Ukraina dengan bayaran hingga US$2.000 (sekitar Rp28,5 juta) per hari plus bonus untuk membantu menyelamatkan keluarga dari konflik yang semakin suram.”

Terdengar seperti potongan naskah film action, tapi iklan lowongan pekerjaan itu nyata karena berasal dari Silent Professionals, situs ketenagakerjaan bagi mereka yang bekerja di industri militer dan keamanan swasta.

Menurut informasi orang dalam, permintaan atas pekerjaan itu meningkat. Di tengah perang yang memilukan di Ukraina, kontraktor swasta AS dan Eropa mengatakan mereka mengincar peluang, mulai dari misi ‘ekstraksi’ hingga membantu persediaan logistik.

“Ada ‘kegaduhan di pasar’ untuk kontraktor swasta di Ukraina saat ini,” kata Robert Young Pelton, seorang penulis Kanada-AS dan pakar perusahaan militer swasta (PMC), seperti dilansir BBC News, Rabu (9/3/2022).

Namun, permintaan akan jasa keamanan bayaran –banyak dari mereka adalah mantan tentara dengan kemampuan untuk berperang dan membunuh– di tengah perang dikhawatirkan menyisakan banyak masalah dan potensi keributan.

Bahkan ketika sukarelawan Barat bergabung dalam perjuangan di Ukraina, di mana mereka berharap dibayar sama dengan rekan-rekan asal Ukraina, sejumlah uang ditawarkan oleh pihak swasta untuk layanan keamanan seperti yang diiklankan di Silent Professionals.

Perang Ukraina

Platform perekrutan itu tidak akan mengatakan untuk siapa iklan itu ditujukan, tapi menurut Pleton, kontraktor keamanan disewa antara Rp431 juta hingga Rp86 miliar untuk membantu memindahkan orang dari Ukraina. Angkanya bisa lebih tinggi untuk seluruh kelompok keluarga yang pergi dengan aset mereka, katanya.

Harga untuk evakuasi tergantung pada kerumitan pekerjaan, menurut Tony Schiena, CEO Mosaic, perusahaan konsultasi keamanan dan intelijen yang bermarkas di AS dan sudah beroperasi di Ukraina.

“Ketika ada lebih banyak orang, risikonya semakin tinggi. Anak-anak dan keluarga lebih sulit. Itu semua tergantung pada metode yang kita gunakan,” ujar dia.

Misi Mosaic sebagian besar disokong oleh intelijen, bukan senjata, kata Schiena, mantan agen intelijen Afrika Selatan yang petinggi perusahaannya mencakup beberapa mantan pejabat tinggi intelijen AS.

Mereka bekerja untuk klien swasta, perusahaan dan PIP –orang-orang yang terpapar politik– untuk membantu mengevakuasi mereka dari Ukraina, sambung Schiena.

Dia mengeklaim ‘agen intelijen dari negara yang cukup besar’ yang ingin mengeluarkan warganya termasuk kliennya.

“Tergantung pada bagaimana konflik itu terjadi, saya kira akan ada permintaan rutin untuk (PMC). Ada kebutuhan yang konstan, dan ketika (perang) meningkat atau menurun, akan selalu ada sesuatu yang harus kita lakukan,” kata Schiena kepada BBC News.

Perusahaan militer dan keamanan swasta sudah ada selama beberapa dekade, tapi mulanya dipicu oleh perang di Irak dan Afghanistan setelah peristiwa 9/11. Mereka bekerja atas nama pemerintah Barat dan kepentingan komersial.

Pada puncak perang Irak, puluhan ribu kontraktor swasta, seperti Blackwater, beroperasi di sana. Tugasnya berkisar dari misi bersenjata seperti perlindungan konvoi hingga memberi makan dan menampung pasukan di pangkalan militer. Blackwater menjadi terkenal karena sejumlah insiden besar, termasuk kematian 14 warga sipil Irak yang ditembak mati oleh kontraktornya di Baghdad pada 2007.

Di Eropa Timur, perusahaan keamanan swasta telah lama dimanfaatkan untuk melindungi orang kaya dan korporat.

Selama pecahnya Yugoslavia, sejumlah perusahaan juga disewa untuk membantu memperlengkapi, melatih, dan mengorganisir pasukan Bosnia dan Kroasia –semua dengan restu dari pemerintah AS.

Sifat industri ini artinya sulit untuk melacak jumlah kontraktor, tetapi ini adalah industri yang berkembang. Sebuah laporan dari Aerospace & Defense News menemukan industri militer dan keamanan swasta global akan bernilai lebih dari US$457 miliar (Rp6.500 triliun lebih) pada 2030, naik sekitar US$224 miliar pada 2020.

Perang Ukraina

Kontraktor atau tentara bayaran?

Kontraktor militer asing mengatakan mereka tidak berperang di Ukraina. Beberapa berkata bahwa mereka sedang didekati untuk membantu LSM dan organisasi kemanusiaan di Ukraina atau negara tetangga yang membutuhkan orang-orang dengan keterampilan dan pengalaman khusus yang bekerja dalam situasi sulit di zona konflik.

“Sebagian besar orang yang saya kirim adalah dokter, asisten dokter, paramedis, perawat, dan mantan anggota operasi khusus, atau anggota operasi non-khusus, yang merupakan dokter hewan tempur,” kata Mykel Hawke, mantan perwira pasukan khusus AS yang telah bekerja sebagai kontraktor zona perang.

Kontraktor Barat diatur oleh hukum dan peraturan negara mereka sendiri, kata Christopher Mayer, mantan Kolonel Angkatan Darat AS yang bekerja dengan PMC di Irak.

Mereka seharusnya melindungi orang, tempat atau aset, daripada terlibat dalam pertempuran secara langsung.

Banyak orang di industri ini tersinggung dengan anggapan bahwa mereka adalah ‘tentara bayaran’ atau prajurit keberuntungan.

“Ini adalah jenis pekerjaan yang sama yang Anda lihat di AS dan di tempat lain. Perbedaannya bahwa di daerah konflik, kemungkinan harus menggunakan kekuatan mematikan, jauh lebih tinggi,” kata Meyer.

Akan tetapi, dalam praktiknya, garis batasnya menjadi kabur.

“Jika Anda punya keahlian menjadi kontraktor swasta, Anda memiliki keahlian untuk menjadi tentara bayaran. Tidak ada batasan yang jelas di antara keduanya,” kata Sean McFate, mantan penerjun payung AS yang kemudian menjabat sebagai kontraktor di Afrika dan tempat lain.

“Itu tergantung pada keadaan pasar dan keputusan masing-masing orang. Orang-orang bicara tentang legitimasi dan siapa kliennya. Itu semua tidak penting. Jika Anda bisa melakukan satu hal, Anda bisa melakukan yang lain,” imbuhnya.

Proliferasi PMC bisa menyebabkan ‘kekacauan dan kebrutalan’ yang besar, dia memperingatkan.

“Tentara bayaran secara historis memperpanjang konflik demi keuntungan. Hal itu bisa sampai di abad pertengahan di mana orang super kaya memiliki tentara pribadi, dan saya tidak tahu bagaimana wujudnya,” lanjut McFate.

Perang Ukraina

Contoh perusahaan semacam itu mengambil pendekatan kekerasan pada sebuah konflik, termasuk Executive Outcomes yang berbasis di Afrika Selatan, yang berjuang atas nama pemerintah Angola dan Sierra Leone pada 1990-an.

Sandline International, yang berkantor di London, Inggris terlibat dalam konflik di Papua Nugini, Liberia, dan Sierra Leono.

Dan anggota kelompok tentara bayaran Rusia disebut berada di Ukraina.

Tapi Simon Mann, mantan perwira pasukan khusus Inggris yang mendirikan Executive Outcomes and Sandline mengatakan kepada BBC News bahwa menggunakan kontraktor Barat untuk misi berbau kekerasan di Ukraina ‘sangat tidak mungkin’ dan akan menimbulkan pertanyaan hukum dan organisasi yang rumit.

“Bagaimana (mereka) didanai? Bagaimana perintahnya? Di mana mereka ditempatkan dalam pertempuran di Ukraina? tanyanya. “Apakah mereka terdaftar dalam angkatan bersenjata nasional sebelum operasi dilakukan? Jika tidak, lalu apa posisi hukum mereka? Korban? Perlindungan medis? Asuransi kematian dan cacat?”

Pria yang menghabiskan beberapa tahun di penjara setelah dituduh memimpin kudeta yang gagal di Guinea Ekuatorial pada 2004 ini mengatakan bahwa dirinya mengetahui, bagaimanapun, misi evakuasi yang mematok biaya Rp188 juta per orang.

“Kebanyakan diselenggarakan oleh tipe PMC. Orang-orang yang kebetulan memiliki kontak di lapangan,” ujar Mann.

Beberapa pihak telah memperingatkan bahwa misi penyelamatan berbayar ke Ukraina sangat berbahaya bagi kontraktor dan klien, dan bahwa industri ini dibanjiri orang-orang yang salah mengartikan kemampuan dan pengalaman mereka.

Orlando Wilson, eks-tentara Inggris dan mantan pengelola kontraktor keamanan, mengatakan dia percaya sebagian besar pembicaraan seputar kontraktor swasta di Ukraina adalah ‘sampah’.

“Saya tidak mengerti bagaimana orang bisa beroperasi di Ukraina saat ini, setidaknya tidak secara pribadi,” katanya.

“Jika Anda tertangkap oleh salah satu pihak atau salah satu milisi, mereka hanya akan menganggap Anda sebagai mata-mata, hanya itu. Itu tidak aman bagi orang yang melakukan dan tidak aman bagi si klien,” ujar Wilson.

Ikhsan Suryakusumah

Emancipate yourselves from mental slavery, none but ourselves can free our minds...
Back to top button