News

Penjegalan Anies, Antitesis Jokowi, dan Peluang Menangi Pilpres

Di tengah para ketua umum partai politik sibuk saling berkunjung menggelar pertemuan untuk penjajakan koalisi selepas PDIP resmi mengusung Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden (capres) 2024, capres usungan Partai NasDem, Demokrat, dan PKS Anies Baswedan kembali melakukan pergerakan.

Terbaru, pada Senin lalu (1/5/2023), Anies hadir di Garut, Jawa Barat, untuk mengikuti selawat, zikir, dan doa bersama dengan simpul relawan dan alim ulama se-Garut. Dalam momentum tersebut, Anies kembali menyuarakan perubahan dan keadilan bagi semua orang sebagai slogan yang selama ini diangkat oleh mantan Gubernur DKI Jakarta itu bersama tiga partai pengusungnya.

Mungkin anda suka

Dengan mengusung slogan perubahan, Anies sejak dideklarasikan sebagai bakal capres selama ini memang dikenal sebagai antitesis Presiden Joko Widodo (Jokowi). Hal ini sangat berbeda dengan Ganjar Pranowo yang dikenal oleh publik bakal sebagai penerus Jokowi setelah nanti tak menjabat sebagai Presiden RI pada suksesi kepemimpinan nasional melalui Pemilu Presiden 2024.

Bagaimana sebenarnya peluang Anies untuk dapat mengikuti Pemilu Presiden 2024 di tengah hiruk-pikuk koalisi partai-partai politik dan untuk memenangkan pertarungan?

Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin menilai posisi Anies sebagai antitesis Jokowi atau sebagai pihak yang di luar pemerintahan untuk bisa maju sebagai capres sangat tergantung pada partai koalisi pengusungnya, yaitu NasDem, Demokrat, dan PKS.

“Anies sebagai antitesis Jokowi dianggap melawan pemerintahan yang didukung oleh partai oposisi, bisa dikatakan seperti itu. Kita tunggu saja apakah beliau bisa nyapres atau tidak? Kita tunggu di September 2023 nanti. Apakah Anies tidak ada yang mengerjai yang terkait dengan kasus hukum termasuk Formula E atau lainnya. Tunggu apa yang terjadi dinamikanya begitu,” ujar Ujang saat dihubungi Inilah.com di Jakarta, Kamis (4/5/2023).

Dalam pandangan Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) ini, upaya penjegalan pasti dilakukan namun sebagai hal yang biasa dalam politik. “Ada yang menghalang-halangi, ada yang menjegal lawan politik, tapi tergantung dari NasDem, Demokrat, dan PKS apakah mampu bertahan dari gempuran-gempuran lawan politik yang ingin membatalkan Anies sebagai capres, bagaimana menghadapi dalam konteks kasus hukum,” ungkap Ujang.

Direktur Riset Trust Indonesia, Ahmad Fadhli mengamati peluang Anies untuk dapat maju dan memenangi Pilpres 2024 yang berhadapan dengan Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto sejauh ini sama kuat.

“Selama tidak ada force majeure atau digagalkan sebelum bertarung, sampai detik ini peluang Anies sama kuat dengan peluang Prabowo dan Ganjar berdasarkan simulasi tunggal capres,” kata Fadhli kepada Inilah.com di Jakarta, Jumat (5/5/2023).

Dari berbagai lembaga survei yang merilis hasil survei nasional (surnas), kata Fadhli, sesungguhnya semua kandidat masih memiliki peluang yang sama. Ditambah lagi swing voters atau kelompok pemilih yang belum menentukan pilihan dari berbagai lembaga survei tersebut masih berkisar di antara 20-30%.

Artinya, swing voters lah yang akan menjadi penentu siapa yang akan menjadi pemenang pertarungan Pemilu Presiden 2024. “Dugaan saya swing voters ini masih wait and see, siapa pasangan cawapresnya, siapa partai pendukungnya, apa visi-misi dan program, serta keyakinan waktu pencoblosan,” jelas Fadhli.

Back to top button