Empati

Miris, Dedi Mulyadi Temukan Keluarga Makan Nasi Campur Garam

Anggota DPR RI Dedi Mulyadi menemukan keluarga di Purwakarta, yang mengalami kemiskinan hingga harus makan nasi dicampur dengan garam atau bumbu penyedap rasa.

“Sampai saat ini, kemiskinan masih menjadi permasalahan dasar yang terus dibenahi oleh pemerintah,” kata Dedi, Kamis (3/11/2022).

Dedi menyampaikan cukup banyak masyarakat yang terjebak dalam kemiskinan kultural. Kemiskinan tersebut membuat mereka terjebak dalam rutinitas yang semakin terpuruk.

Seperti keluarga yang ditemukan Dedi di Kampung Sukamanah, Desa Cigelam, Kecamatan Babakan Cikao, Purwakarta. Sebuah keluarga hidup di rumah bedeng, di lahan milik Jasa Marga berdekatan dengan jalan tol.

Sehari-hari keluarga tersebut hidup dari penghasilan kepala keluarganya, Agus Deni, yang berjualan minuman keliling di pasar malam dan acara hiburan.

Dalam sehari, pengahasilan keluarga Agus tak lebih dari Rp50 ribu. Dengan kondisi tersebut, Agus dan keluarga harus makan seadanya. Siang itu, Mimin, sang istri, mengaku sudah makan nasi dengan lauk potongan timun yang dimasak dengan bumbu kunyit. Biasanya, nasi dengan garam atau penyedap rasa, jadi menu sehari-hari keluarga tersebut.

Agus dan Mimin masih menghidupi dua anaknya yang masih kecil, satu di antaranya bersekolah SD. Sementara anak paling besar bekerja sebagai tukang parkir di rest area dengan penghasilan Rp30 ribu per hari.

Dedi kemudian mengecek kondisi dapur keluarga tersebut. Ternyata mereka tidak memiliki bahan pokok seperti beras dan lauk pauk. Bahkan gas untuk memasak dan air galon dalam kondisi habis.

Kondisi rumah keluarga tersebut memprihatinkan. Mereka tinggal di sebuah bedeng beralaskan tanah, berdinding triplek, dan kain sarung.

Di sisi lain Dedi melihat tetangga Mimin masih mengumpulkan kayu bakar untuk memasak. Sedangkan Mimin selama ini ia tergantung pada gas melon untuk masak dan air galon untuk minum.

Dedi kemudian memberikan sejumlah uang kepada Mimin sebagai bekal hidup.

Ia meminta uang hasil jualan suaminya ditabung untuk tambahan modal usaha. Sementara untuk makan satu bulan ke depan bisa memanfaatkan uang yang baru saja diberi.

“Ini salah satu fenomena kehidupan. Kita tidak mungkin tahu kehidupan mereka kalau tidak masuk ke dapur mereka,” tandasnya.

Back to top button